Data yang akurat, mutakhir, komprehensif, dan terbuka adalah syarat bagi pengelolaan pembangunan yang berkualitas dan inklusif. Hal tersebut tertuang dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 17 sasaran ke-18 yang menyebutkan bahwa pada tahun 2020, diharapkan seluruh negara berkembang dapat meningkatkan ketersediaan data berkualitas tinggi, andal, dan yang mencerminkan keadaan terkini.

Kurangnya ketersediaan data yang akurat dapat berakibat pada perencanaan pembangunan dan alokasi sumber daya pembangunan yang tidak tepat sasaran dan tidak efektif. Di sisi lain, data yang tidak terbuka dapat mengurangi kesempatan masyarakat untuk mendukung pemerintah menjalankan fungsi pemantauan akan kegiatan-kegiatan yang terjadi di lapangan.

Di era digital yang menghubungkan seluruh dunia, kesempatan untuk memanfaatkan data semakin terbuka lebar. Ketersediaan data yang akurat, yang diiringi dengan keterbukaan data, harus dianggap sebagai kesempatan besar untuk menjadikan data sebagai acuan dalam berbagai aksi, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga proses pengambilan keputusan para pemangku kepentingan.

Data yang tersedia saat ini juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan rencana pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan ramah sosial. Namun ketersediaan data yang beragam tersebut perlu dianalisis dengan tepat agar penggunaannya semakin optimal. Dengan beragamnya data yang tersedia, memahami dan menyampaikan kembali data tersebut seringkali menjadi kendala tersendiri.

Guna memudahkan upaya masyarakat dan pemangku kepentingan dalam menganalisis dan menggunakan data yang tersedia, lahirlah berbagai platform visualisasi data dengan tampilan yang mudah dipahami semua kalangan. Sebagai contoh, World Resources Institute memiliki berbagai platform yang menampilkan data-data penting terkait iklim, hutan, dan pembangunan berkelanjutan dengan tampilan ramah pengguna (user-friendly interface).

Platform data tersebut antara lain adalah Resource Watch, Global Forest Watch, dan Climate Watch Indonesia. Selain itu ada pula platform visualisasi data yang dikembangkan lembaga lain seperti Global Fishing Watch yang menunjukkan aktivitas kapal-kapal penangkap ikan di seluruh dunia, serta Air Visual yang bisa memperlihatkan kualitas udara di berbagai kota di seluruh dunia.

Memahami data dan mengembangkannya menjadi sebuah narasi yang kuat juga merupakan langkah yang penting dalam mempercepat jalannya pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh, data buruknya kualitas udara Jakarta yang terlihat dalam Air Visual membuat masyarakat menyadari permasalahan polusi udara hingga berhasil mendorong pemerintah untuk bertindak. Baru-baru ini, Gubernur DKI Jakarta akhirnya mengeluarkan Instruksi Gubernur tentang Pengendalian Kualitas Udara.

Contoh lainnya adalah seri Pantau Jejak yang diterbitkan secara berkala oleh WRI Indonesia dengan memanfaatkan data satelit untuk menganalisis lokasi-lokasi yang terindikasi terjadi penebangan hutan secara ilegal. Indikasi ini dapat menjadi panduan bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk memperketat pengawasan di lokasi tersebut.

Oleh karena itu, melihat pentingnya ketersediaan, transparansi, dan penggunaan data oleh masyarakat luas, WRI Indonesia bermaksud untuk menyelenggarakan diskusi publik dengan tema “Bercerita dengan Data”.

Cakupan Diskusi:

  • Mengamati Tren Hilangnya Tutupan Hutan Indonesia dengan Global Forest Watch
  • Melihat deforestasi di kawasan lindung akibat konversi lahan menjadi perkebunan atau pertambangan. Studi kasus: Bukit Suligi dan Tesso Nilo
  • Melihat penyebab krisis iklim di Indonesia dengan Climate Watch Indonesia
  • Menemukan, memahami dan menganalisis data lintas sektor dengan Resource Watch
  • Cara memahami dan menggunakan data yang tersedia sebagai landasan dalam mengemukakan gagasan dan mengambil keputusan
  • Memberikan contoh-contoh tulisan berbasis data

Pembicara:

  • Hidayah Hamzah (WRI Indonesia, Koordinator Global Forest Watch)
  • Himayatus Shalihah (WRI Indonesia, Analis Peneliti untuk Climate Watch Indonesia)
  • Corey Filliault (World Resources Institute, Communications Specialist for Resource Watch)
  • Andika Putraditama (WRI Indonesia, Manajer Komoditas & Bisnis Berkelanjutan)
  • Emily Cassidy (World Resources Institute, Data Journalist)