Dalam Bahasa Inggris, kata "land" (lahan) menunjukkan rasa memiliki. Sementara akhiran "-scape" dapat berarti "membentuk" dalam banyak bahasa. Maka, dalam pengertian etimologi, istilah "landscape" (lanskap) dapat berarti bahwa lingkungan akan selalu dipengaruhi oleh manusia dan kegiatannya. Pada kenyataannya, kita hidup di masa "lanskap manusia" sebagai sebuah istilah yang dapat diterapkan kapan saja dan di mana saja dalam tatanan global secara umum. Geoffrey Jellicoe mendefinisikan “lanskap manusia” sebagai sebuah “lingkungan yang telah dibentuk dan dikelola oleh kegiatan manusia.” Mengelola lanskap secara berkelanjutan dapat memiliki arti yang berbeda. Di satu sisi, hal ini dapat berarti memberikan apa yang diinginkan masyarakat tanpa mengganggu kualitas kehidupan, terutama di kalangan masyarakat dunia maju. Dapat pula berarti menjamin perlindungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bisa juga diartikan sebagai penyediaan akses terhadap sumber daya yang menjadi kebutuhan pokok. Sebagian besar terkait dengan perlindungan ekosistem, kualitas air, integritas dan kelestarian sumber daya dengan fokus pada elemen-elemen yang menekan lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan lanskap secara berkelanjutan merupakan tantangan yang besar. Lahan menjadi faktor kunci karena perannya sebagai sumber daya sekaligus penyedia ekosistem. Mencocokkan kebutuhan lahan untuk beragam pemanfaatan oleh berbagai pemangku kepentingan dengan ketersediaan lahan yang terbatas berdasarkan faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi, dan kebijakan adalah hal yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan sektor-sektor yang berkaitan dengan lahan secara berkelanjutan. Dalam hal ini, perencanaan tata guna lahan yang efektif memainkan peran penting dalam menyaring rencana-rencana pembangunan dan tata ruang yang tidak berkelanjutan; lebih lanjut, hal tersebut juga dapat mengarahkan program dan investasi ke arah proses pertumbuhan yang berkelanjutan dan hemat biaya.

Seminar Lanskap Sumatera Selatan ke-1 merupakan kegiatan pertemuan regional diantara lembaga pemikir, praktisi berpengalaman, dan pembuat kebijakan yang inovatif untuk membicarakan praktik-praktik lanskap yang berkelanjutan. Kegiatan ini juga menjadi forum strategis untuk berdiskusi dan bertukar pengetahuan, temuan inovatif, pemikiran kritis, pengalaman berharga, dan pembelajaran terkini menyangkut pengelolaan lanskap di seluruh kawasan. Secara khusus, seminar ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana pemangku kepentingan yang berbeda dapat mempraktikkan metode, model, alat bantu, dan kerangka kerja yang terkait dengan konsep "lanskap" di lapangan.

Topik utama dari Seminar Lanskap Internasional ini diantaranya:

  • Rencana Pertumbuhan Hijau untuk Lanskap Berkelanjutan

  • Menjaga, Merawat, dan Merestorasi Lanskap Gambut

  • Menuju Penciptaan Kondisi yang Memungkinkan Lanskap Berkelanjutan: Produktifitas di Kawasan Dataran Rendah

Pembicara yang akan hadir dalam Seminar Lanskap Internasional ini diantaranya:

  • Alex Noerdin (Governor, South Sumatra Province)

  • Dr. Najib Asmani Head of Green Growth Initiative in South Sumatera)

  • James Roshetko, PhD (Leader Trees, Agroforestry Management and Market Unit, The World Agroforestry Centre Southeast Asia, ICRAF)

  • Dr. Medrilzam (Director of Environment, Ministry of Development Planning)

  • Dodi Reza Alex (Chairman, Sustainable District Association)