Pembuatan video atau film dokumenter seringkali melibatkan adegan rekaan untuk menjadikan narasi visual dokumenter tersebut berjalan baik. Pembuatan video Indonesian Peat Prize juga tidak terkecuali. Salah satu adegannya adalah saat Nirarta Samadhi, Direktur WRI Indonesia, berbicara dengan petani sawah lebak di Desa Belanti, Kecamatan Sirah Pulau Padang (SP Padang), Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada 28 Juli.

Menurut ketua kelompok tani SP Padang, sekitar 2.000 hektar sawah lebak di kecamatan ini telah tergenang secara permanen setidaknya selama 8 tahun terakhir. Gagal panen telah dialami 8 tahun berturut-turut sejak dibangunnya kanal pengeringan gambut untuk kelapa sawit pada kawasan yang semula adalah area penampung air yang berfungsi menjaga keseimbangan tata air pertanian sawah lebak.

Pada adegan rekaan tersebut, agar terlihat alami, Nirarta Samadhi mengajukan pertanyaan tentang penyebab genangan permanen kepada Pak Romli yang telah 40 tahun bertani di sawah lebak di Desa Belanti. Jawaban Pak Romli sungguh menyentuh. Dikatakannya bahwa petani sawah lebak dan pengusaha kelapa sawit seharusnya sama-sama memperoleh manfaat dari lahan masing-masing. Tidak seharusnya petani saja yang sejahtera sementara pengusaha kelapa sawit tidak dapat berusaha, namun juga pengusaha tidak sepatutnya memperoleh manfaat dari lahannya dengan merugikan petani sawah lebak. Pak Romli menambahkan bahwa unjuk rasa untuk menyuarakan kondisi para petani sawah lebak kepada pengusaha kelapa sawit bukanlah langkah yang baik dan bijak. Hanya pertikaian dan penderitaan yang akan dihasilkan dari unjuk rasa.

Pak Romli telah membenarkan pandangan bahwa tidak ada seorangpun yang ingin hidup dengan masalah. Pada dasarnya, konflik bukanlah sesuatu yang dicari dan diharapkan untuk terjadi. Semoga harapan Pak Romli menjadi catatan dan pengingat bagi kita semua untuk terus mengedepankan kesejahteraan manusia sembari melindungi lingkungan.