Tak Sekadar Ladang Berpindah: Merumuskan Kembali Pendekatan dalam Praktik Pembakaran
oleh -Sekitar 14 hingga 34 juta masyarakat pedesaan di kawasan Asia Tenggara melakukan praktik ladang berpindah sebagai sumber mata pencarian mereka.
Sekitar 14 hingga 34 juta masyarakat pedesaan di kawasan Asia Tenggara melakukan praktik ladang berpindah sebagai sumber mata pencarian mereka.
Sebelum ada Kebijakan Satu Peta, Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki data, peta, dan informasi geospasial masing-masing. Akibatnya, makin banyak terjadi tumpang tindih pemanfaatan lahan dan mengakibatkan konflik lahan di Indonesia. Kehadiran Kebijakan Satu Peta dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan konflik-konflik tersebut.
Memindahkan ibu kota ke Pulau Kalimantan mungkin tidak akan memperbaiki kondisi Jakarta dan membutuhkan pembangunan besar di lokasi yang baru. Melihat berbagai data dari Resource Watch dan Global Forest Watch, kami mengumpulkan lima data yang memperlihatkan lima isu yang perlu dipertimbangkan sebelum memindahkan ibu kota.
Tidak dapat dipungkiri, pembakaran lahan memang masih kerap terjadi hingga saat ini. Namun kita juga perlu melihat bahwa ada pula pekebun yang bertanggung jawab dan peduli terhadap kelestarian lingkungan. Tulisan Thontowi Suhada ini akan membahas kisah para pekebun dari dua kabupaten di Riau yang sedang berusaha berbenah dan mulai melakukan perubahan.
Memindahkan ibu kota akan memberikan tekanan yang besar pada ibu kota yang baru dan bisa jadi tidak akan menyelesaikan permasalahan yang dimiliki Jakarta.
Hutan adalah tempat yang kompleks yang menyangkut banyak kepentingan. Indonesia adalah tempat yang sangat memahami hal ini, dengan bentang hutan hujan yang luas menjadi tempat yang penting bagi kehidupan namun mengalami kerusakan parah di saat yang bersamaan.
Indonesia adalah salah satu negara tropis yang berhasil mengurangi deforestasi.
Terlepas dari status privatnya, hutan rakyat dapat memberikan kontribusi signifikan untuk mencapai tujuan perhutanan sosial.
Jelajah Konservasi adalah sebuah konsep pembelajaran melalui perjalanan ke beberapa kawasan konservasi dalam rangka peningkatan pengetahuan dan kapasitas kepemimpinan staf eselon menengah KSDAE yang menangani kawasan konservasi.
Dengan adanya peta yang terintegrasi, penentuan lahan untuk perhutanan sosial dapat dilakukan dengan lebih akurat dan peta indikatif areal kehutanan sosial juga dapat makin dimutakhirkan.