WRI Insights adalah bagian dari misi WRI untuk menyediakan analisis yang objektif dan mendalam mengenai masalah lingkungan terpenting yang dihadapi dunia saat ini.
Di era informasi yang cepat dan terfragmentasi saat ini, kami berharap WRI Insights dapat menyediakan penjelasan pada pengambil keputusan di seluruh dunia.
Edisi Kesembilan ini menyajikan 5 Wilayah Teratas untuk Dipantau yang terindikasi mengalami penebangan hutan ilegal selama periode 1 Januari – 31 Maret 2020.
Komitmen Indonesia untuk lautan yang global, sehat, dan berkelanjutan dapat mendukung percepatan pemulihan ekonomi. Situasi pandemi COVID-19 mungkin menjadi tantangan, tetapi hal tersebut dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk membanguan kembali fondasi ekonomi yang tangguh pasca pandemi.
Riset menunjukkan ada cara baru yang dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan gambut tapi bisa tetap menjamin kehidupan ekonomi masyarakat. Salah satu cara menurunkan risiko kebakaran hutan dan lahan adalah dengan memulihkan (restorasi) lahan gambut setidaknya kembali ke kondisi basah.
Peningkatan emisi gas rumah kaca (GSK) di udara menyebabkan kenaikan tingkat suhu bumi yang memicu pemanasan global. Di beberapa area peningkatan suhu bumi menyebabkan kawasan hutan menjadi rawan dan mudah terbakar. Banyaknya kebakaran hutan yang terjadi akan meningkatakan kadar emisi, yang memicu semakin cepat terjadinya perubahan iklim.
Kondisi perekonomian yang di diperkuat dengan teknologi digital sebagai fasilitas memudahkan masyarakat untuk berkolaborasi dengan lebih mudah, luas, dan transparan. Dalam beberapa tahun terakhir, urun dana melalui platform digital semakin sering dijadikan salah satu alternatif pendanaan inisiatif di bidang lingkungan. Inisiatif ini membuka ruang kepada masyarakat untuk turut serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang erat hubungannya dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sebagai bentuk timbal balik dari kontribusi mereka.
Pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi telah mendorong puluhan juta orang mengalami kemiskinan dan ini hanya gambaran sebagian mengenai bagaimana krisis iklim dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia. Namun, dengan pemanfaatan sarana teknologi dan pengetahuan dapat membantu kita untuk membangun kembali lebih baik setelah pandemi. Simak 5 pilar berikut yang perlu diperhatikan dalam membangun kembali pemulihan hijau dan tangguh dari COVID 19.
Dalam menghadapi kondisi krisis iklim saat ini, dibutuhkan berbagai langkah dan inisiatif yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Berikut ada 3 cara yang perlu diketahui untuk beralih ke ekonomi yang lebih sirkular.
Berbagai lembaga internasional seperti Bank Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Dana Moneter Internasional (IMF), telah menyerukan agar respons jangka panjang negara dalam mengatasi pandemi COVID-19 juga digunakan untuk mengatasi krisis iklim. Pengelolaan sektor energi yang beralih dari bahan bakar fosil menuju energi terbarukan harus diutamakan untuk mengurangi dampak krisis iklim. Selain itu, transisi energi terbarukan juga dapat membuka peluang investasi jangka panjang yang membantu pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Aplikasi EMISI menawarkan fitur yang dapat mempermudah aksi perubahan iklim sehingga bisa dilakukan oleh siapa pun, kapan pun, dan dimanapun di Indonesia untuk melawan krisis iklim dan menjadi #PejuangBumi.
Pembukaan lahan dengan cara dibakar kerap dilakukan dengan karena dianggap lebih mudah, lebih murah, dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Padahal, membakar lahan justru bisa menimbulkan dampak negatif terhadap lahan gambut. Apa saja dampaknya?
Wisma PMI 3rd Floor
Jl. Wijaya I No. 63, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan, 12170
Phone +62 (21) 22775816
Fax +62 (21) 22775825
