Insights: WRI's Blog

Banyak yang menganggap COP24 di Katowice, Polandia bulan Desember mendatang sebagai negosiasi iklim terpenting sejak tahun 2015, saat 196 negara menandatangani Kesepakatan Paris. COP24 adalah momen penting bagi para pihak untuk membuat Kesepakatan tersebut menjadi nyata.

Apa yang sedang dan dapat dilakukan Indonesia untuk secara efektif mengurangi emisinya dalam rentang waktu yang pendek tersebut?

Agenda G20 bersepakat bahwa kebijakan ekonomi terkait erat dengan kebijakan lingkungan. G20 dapat membantu percepatan aksi adaptasi, kebijakan iklim dan pangan berkelanjutan.

Upaya restorasi yang partisipatif harus melibatkan masyarakat lokal dan menyediakan sarana bagi mereka untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan restorasi.

Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki salah satu hutan yang paling kaya di dunia. Upaya-upaya belakangan ini berhasil menyelamatkannya dari puncak kehilangan tutupan lahan di tahun 2015. Tulisan berikut menunjukkan bagaimana mereka melakukan pembangunan secara berkelanjutan.

Para peneliti mengungkapkan bahwa emisi global harus mencapai nol di pertengahan abad ini untuk mencegah terjadinya bencana iklim terburuk.

Laporan terbaru dari para peneliti iklim tersohor menemukan bahwa jika suhu bumi meningkat di atas 1,5°C maka akan menimbulkan cuaca ekstrem, kematian terumbu karang, kekurangan pangan, dan masih banyak lagi. Konferensi Iklim PBB di Katowice, Polandia, Desember mendatang bisa menjadi kesempatan besar untuk menemukan solusinya.

Menyelaraskan aksi kesehatan dengan aksi iklim dapat menghasilkan beberapa strategi baru dan inovatif.

Perkotaan harus hidup dan dibangun dengan cara berbeda sebagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Konsumsi daging dan susu di dunia akan terus meningkat hingga 70 persen pada tahun 2050. Emisi dari sektor pertanian dapat menggagalkan upaya menahan pemanasan global di bawah 1,5°C.