Jakarta, ibu kota Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, menghadapi beberapa permasalahan perkotaan, seperti penurunan kualitas udara dan banjir.

Pada tahun 2019, Jakarta pernah menjadi kota dengan tingkat polusi tertinggi di dunia dengan nilai Air Quality Index (AQI) 188, yang menunjukkan kualitas udara tidak sehat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara dapat menimbulkan risiko kematian dini, terutama melalui penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, dan infeksi pernapasan akut pada anak-anak.

Selain polusi udara, banjir juga merupakan masalah besar bagi Jakarta. Pada awal 2020, banjir di Jakarta dan sekitarnya menyebabkan ribuan warga mengungsi dan 9 orang meninggal dunia, dengan kerugian materil diperkirakan mencapai Rp960 miliar.

Untuk menanggulangi banjir dan polusi udara, pohon bisa menjadi solusinya. Pohon terbukti mampu meningkatkan kualitas udara perkotaan karena memiliki fungsi menyerap dan menjerap zat-zat polutan di udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, mesin industri, pembangunan infrastruktur, penggunaan peralatan elektronik, dan sebagainya. Dalam menanggulangi banjir, pohon dapat mengurangi volume air hujan yang mengalir di permukaan tanah dengan menahan air di tajuk. Pohon juga meningkatkan resapan air ke dalam tanah melalui sistem perakaran dan produksi sampah vegetasi organik di tanah.

Sayangnya, pembangunan Jakarta yang pesat seringkali berakibat pada menurunnya jumlah pohon. Pembangunan jalur light trail transit (LRT) misalnya, telah mengorbankan 2.551 batang pohon sepanjang jalur Rawamangun-Dukuh Atas. Meskipun terdapat kewajiban untuk mengganti 10 kali lipat dari jumlah pohon yang ditebang, kurangnya ketersediaan lahan membuat penanaman pohon pengganti tidak bisa segera dilakukan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang berupaya memperbaiki sistem pengelolaan pohon. Untuk itu, dibutuhkan peta tutupan pohon Jakarta yang dapat menjadi acuan dalam pengelolaan pohon mulai dari perencanaan penghijauan, pembibitan, inventarisasi, pemeliharaan, dan perlindungan pohon, termasuk penebangan pohon. Peta tutupan pohon juga dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur kota agar tercipta keseimbangan antara pembangunan fisik dengan upaya pelestarian lingkungan kota.

Mengapa Pemetaan Tutupan Pohon Perlu Dilakukan secara Partisipatif?

1. Berbagi pengetahuan untuk meningkatkan akurasi data sesuai kondisi lapangan

Di area perkotaan yang lahannya digunakan untuk berbagai kebutuhan, identifikasi pohon pada citra satelit lebih sulit dilakukan jika dibandingkan dengan area dengan tutupan lahan seragam seperti hutan dan perkebunan. Dengan partisipasi berbagai pihak yang mengetahui kondisi riil di lapangan, proses identifikasi obyek pohon pada citra satelit dapat dilakukan dengan lebih akurat dan cepat. Salah satu tantangan dalam proses ini adalah subyektivitas peserta, yang mungkin mempengaruhi ketepatan identifikasi pohon. Oleh karena itu, diperlukan penyamaan persepsi antar peserta dalam mengidentifikasi obyek citra satelit agar data sampling yang diperoleh konsisten dan menghasilkan analisis yang akurat.

2. Membuka ruang kolaborasi untuk pengelolaan pohon

Pohon di Jakarta terdapat di area publik dan area privat. Di area publik seperti taman, hutan kota, dan jalur hijau, pohon pada umumnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Di area privat, pohon dimiliki oleh perorangan atau lembaga swasta, sehingga tidak dapat dikelola secara langsung oleh pemerintah. Dengan pemetaan tutupan pohon, akan diketahui proporsi luasan tutupan pohon di area publik dan area privat sebagai acuan dalam menyusun strategi kolaborasi pengelolaan pohon antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta, dan masyarakat.

3. Meningkatkan rasa kepemilikan dan kepedulian akan pohon

Pemetaan partisipatif melibatkan para pihak langsung dalam pembuatan peta tutupan pohon, baik dalam kontribusi informasi kondisi riil di lapangan maupun dalam proses interpretasi. Dengan proses ini, diharapkan para pihak dapat meningkatkan rasa kepemilikan atas hasil peta tutupan pohon dan meningkatkan kepedulian mereka terhadap pohon, sehingga mendorong partisipasi dalam upaya perbaikan data dan pelestarian pohon.

4. Mendorong perencanaan yang lebih akuntabel, efektif, dan efisien

Pemetaan tutupan pohon dibuat dengan melibatkan berbagai pihak dapat menghasilkan produk kebijakan yang akuntabel. Dengan keterlibatan berbagai pihak, peta tutupan pohon dapat lebih diterima oleh publik sebagai gambaran kondisi tutupan pohon saat ini dan sebagai dasar perencanaan pengelolaan ruang terbuka hijau di Jakarta. Selain itu, pemetaan secara partisipatif dapat menjawab berbagai tantangan seperti keterbatasan anggaran, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan alat, serta keterbatasan waktu dalam pembuatan peta tutupan pohon.

Bercermin dari pengalaman Jakarta dalam melakukan pemetaan partisipatif serta besarnya manfaat yang dapat dihasilkan, sangat memungkinkan bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk menerapkan pemetaan partisipatif dalam mengembangkan peta tutupan lahan.

<p>Suasana pemetaan tutupan pohon Jakarta secara partisipatif menggunakan tool CEO. Foto oleh Ahmad Sahab/WRI Indonesia</p>

Suasana pemetaan tutupan pohon Jakarta secara partisipatif menggunakan tool CEO. Foto oleh Ahmad Sahab/WRI Indonesia

Pemetaan Tutupan Pohon berbasis Teknologi Urun Daya

Dalam sebuah lokakarya pemetaan tutupan pohon secara partisipatif yang digagas oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, diperkenalkan platform Collect Earth Online (CEO), yaitu teknologi berbasis web yang memungkinkan pengguna melakukan interpretasi citra satelit resolusi tinggi secara kolaboratif.

Dalam hal pemetaan partisipatif, CEO memiliki beberapa keunggulan, antara lain: 1) dapat diakses secara gratis dan terbuka, 2) mudah digunakan tanpa harus memasang software khusus, 3) dapat menyelaraskan berbagai sumber citra satelit secara otomatis, 4) dapat membuat peta tutupan pohon pada areal yang luas dengan jumlah sampel yang relatif kecil, 5) dapat melibatkan berbagai pihak, dan 6) pengumpulan data dilakukan secara online baik secara bersamaan maupun dalam waktu dan tempat yang berbeda.

Peta tutupan pohon sangat diperlukan dalam pengelolaan pohon di wilayah perkotaan seperti Jakarta. Pemetaan tutupan pohon yang dilakukan secara partisipatif akan memberikan gambaran kondisi tutupan pohon di Jakarta kepada para pihak, sehingga diharapkan timbul kepedulian dan tercipta kolaborasi para pihak dalam pengelolaan pohon untuk menciptakan Kota Jakarta yang hijau dan lestari.