Provinsi Papua Barat sering disebut sebagai benteng terakhir hutan tropis Indonesia. Namun, dengan skenario pembangunan saat ini yang melepaskan ijin-ijin perkebunan skala besar di Papua Barat, dikhawatirkan berpotensi mengonversi 20% tutupan hutannya -yang mencakup lebih dari 1.9 juta Mha. Pembukaan lahan hutan ini berpotensi dapat melepaskan 1,3-1,9 GtCO2 ke atmosfer, yang jika terjadi, Indonesia kemungkinkan besar tidak dapat memenuhi target NDC untuk mengurangi target emisi nasional pada tahun 2030.

Mengingat pentingnya peran Papua dan Papua Barat dalam penurunan emisi gas rumah kaca, upaya untuk menerjemahkan inisiatif atau kebijakan nasional, seperti rencana pengurangan emisi nasional (NDC) dan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (LCDI) ke dalam rencana pembangunan daerah menjadi sangat penting.

Universitas Papua (UNIPA) dan WRI Indonesia, sejak tahun 2019, telah melakukan kegiatan pengayaan menggunakan metode sistem dinamis untuk memahami kondisi dan scenario atas kontribusi Papua Barat untuk pencapaian NDC. Salah satu hasil dari kegiatan ini adalah kertas kerja dan 5 paper proceeding serta repositori data pendukung untuk pembangunan permodelan pembangunan rendah karbon serta platform daring Climate Watch Indonesia versi Papua Barat yang kini tengah dirampungkan.

Untuk berbagi hasil sementara dari kegiatan-kegiatan kerja sama WRI Indonesia, sekaligus mendapatkan masukan dari publik Papua Barat, kami pun menyelenggarakan "Lingkar Belajar Tanah Papua: Peran Penting Papua Barat dalam Pembangunan Rendah Karbon."

Pembukaan:

  • Dr. Aplena Elen Siane Bless, Universitas Papua

Pembicara:

  • Dr. Mahawan Karuniasa, Environment Institute
  • Hendri, UNIPA
  • Saraswati Prabawardani, UNIPA
  • Ihwan Tjolli, UNIPA
  • Rully Wurarah, UNIPA

Penutup:

  • Arief Wijaya, WRI Indonesia

Kontak: Eko.Supryanto@wri.org atau Sakinah.Haniy@wri.org.