Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk menggali dinamika dan tantangan terkait pengelolaan ekosistem pesisir di Indonesia seperti mangrove, terumbu karang, dan padang lamun. Analisis yang dikembangkan juga diharapkan dapat mendukung proses pembuatan kebijakan dan kelembagaan, seperti moratorium mangrove, rencana pengelolaan kawasan pesisir, dan ekowisata sebagai mekanisme perbaikan pengelolaan ekosistem pesisir.

Di mana

Indonesia, dengan fokus sub-nasional di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mengapa

Area pesisir dan kelautan merupakan bagian tak terpisahkan dari kekayaan sumber daya alam Indonesia. Indonesia adalah negara dengan sebaran mangrove terbesar di dunia, serta salah satu negara dengan areal terumbu karang terbesar di dunia (Giri, et al., 2010; CMEA Decree 4/2017; Spalding, Ravilious and Green, 2001; Statista, 2011). Melimpahnya sumber daya tersebut memiliki manfaat yang besar, tidak hanya sebagai sumber penghidupan ekonomi masyarakat (semisal untuk perikanan, logistik, dan pariwisata); tetapi juga memberikan berbagai manfaat jasa lingkungan seperti perlindungan garis pantai, perlindungan banjir rob, dan penyimpanan karbon (karbon biru). Murdiyarso, et al. (2018) mengestimasi ekosistem pesisir Indonesia, termasuk mangrove dan padang lamun, menyimpan hingga total 3,53 milyar metrik ton karbon.

Upaya konservasi ekosistem pesisir penting untuk mengoptimalkan manfaat ekosistem tersebut di Indonesia secara berkelanjutan. Terlebih mengingat masih adanya tekanan terhadap ekosistem tersebut akibat dari aktivitas manusia seperti pariwisata yang tidak ramah lingkungan, konversi lahan, dan polusi laut. Upaya konservasi tersebut sejauh ini telah tertuang dalam berbagai kebijakan nasional, yang antara lain mencakup: target rehabilitasi 1,8 juta hektar bakau di tahun 2045; penetapan 195 Daerah Perlindungan Laut untuk melindungi kekayaan pesisir dan laut; serta upaya pembaruan secara terus-menerus atas ketersediaan dan kualitas data spasial ekosistem pesisir. Upaya pembaruan data sangat penting bagi proses pemantauan ekosistem serta pembuatan keputusan terkait. Selain itu, kesadaran akan pentingnya mekanisme karbon biru dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia telah semakin meningkat.

Berdasarkan upaya dan target tersebut, proyek NCA berupaya memberikan bukti-bukti yang didasarkan pada data spasial dan non-spasial untuk mendukung para pembuat kebijakan, lembaga non-profit, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pembuatan kebijakan dan berbagai upaya bersama menuju pengelolaan ekosistem pesisir yang berkelanjutan di Indonesia.

Bagaimana

Aktivitas pekerjaan NCA utamanya mencakup 3 poin berikut:

  1. Menganalisis status dan tren perubahan kondisi ekosistem pesisir di Nusa Tenggara Timur (NTT). Poin ini juga mencakup analisis dan peodelan spasial untuk meninjau efektivitas dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di NTT.
  2. Menggambarkan sebaran dan kondisi ekosistem pesisir di Indonesia yang mencakup mangrov, padang lamun, dan terumbu karang. Ini juga mencakup evaluasi menyeluruh atas ketersediaan, aksesibilitas, kesenjangan, serta kualitas data dan informasi pesisir yang mendukung proses tersebut.
  3. Menghasilkan risalah kebijakan mengenai ekowisata dan moratorium mangrove sebagai mekanisme potensial untuk meningkatkan pengelolaan kawasan pesisir.

Mitra

Kegiatan ini didukung oleh Bank Dunia dan dibangun melalui berbagai upaya konsultasi dengan ahli dan pemangku kepentingan yang hingga kini mencakup Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.