Ringkasan

Analisis komprehensif berbasis peta pada skala dan laju perubahan yang berdampak pada hutan Indonesia dan penyebab serta para pelaku yang mengakibatkan deforestasi -- mengubah Indonesia dari negara yang akaya akan hutan menjadi negara yang miskin akan hutan.

Ringkasan Utama

Indonesia diberkahi dengan hutan-hutan tropis terluas dan beragam hayati di dunia. Puluhan juta rakyat Indonesia secara langsung bergantung pada hutan-hutan ini untuk kehidupan mereka, entah itu mengumpulkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari atau bekerja di sektor pengolahan kayu. Hutan-hutan ini adalah rumah bagi banyak flora dan fauna yang tak tertandingi di negara dengan ukuran yang sebanding manapun. Bahkan saat ini, hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia kembali dengan penemuan spesies baru.

Namun tragedi sedang berlangsung di Indonesia. Negara ini sekarang berada pada pusat perhatian dunia, dengan kemarahan domestik dan internasional atas kerusakan yang merajalela pada sumber daya alam yang besar. "Keajaiban ekonomi" di Indonesia dari tahun 1980-an dan 1990-an ternyata telah didasarkan, sebagiannya, pada kehancuran ekologis dan penyalahgunaan hak dan adat istiadat masyarakat setempat. Sebagai contoh, salah satu sektor yang paling cepat berkembang di negara itu, industri pulp dan kertas, belum mendirikan perkebunan yang diperlukan untuk menyediakan pasokan yang cukup dari kayu pulp. Sebaliknya, penghasil pulp sebagian besar bergantung pada pembukaan hutan alam. Perekonomian tersebut dipenuhi oleh pelanggaran hukum dan korupsi.

Penebangan liar telah merajalela selama bertahun-tahun dan diyakini telah menghancurkan sekitar 10 juta hektar hutan. Industri pengolahan kayu di Indonesia beroperasi di ketidakjelasan hukum, dimana perusahaan-perusahaan besar yang---sampai krisis ekonomi tahun 1997---menarik miliaran dolar investasi dari Barat, memperoleh lebih dari setengah pasokan kayu dari sumber-sumber ilegal. Kayu secara rutin diselundupkan melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga, membuat jutaan dolar pendapatan pemerintah Indonesia hilang setiap tahunnya.

Meskipun bukti-bukti kehancuran yang dikumpulkan menggunung, keluruhan gambaran telah dibuat rumit oleh data yang bertentangan, dis-informasi, klaim-klaim dan tandingannya. Kebutuhan untuk penilaian yang objektif dari situasi ini sudah mendesak - kebutuhan akan informasi dasar yang kuat untuk setiap individu dan organisasi yang berusaha membawa perubahan yang positif.

Kesulitan mendapatkan data dirasa sangat besar, namun laporan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan itu. Laporan ini memberikan ringkasan yang komprehensif tentang skala dan laju perubahan yang memengaruhi hutan Indonesia dan mengidentifikasi kekuatan dan para pelaku yang menyebabkan deforestasi. Forest Watch Indonesia dan Global Forest Watch telah mengumpulkan data resmi terbaik yang tersedia beserta laporan dari pemerhati lingkungan di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Berapa banyak hutan Indonesia yang tersisa, dan berapa banyak yang telah hilang selama 50 tahun terakhir?
  • Bagaimana kondisi hutan yang masih tersisa saat ini?
  • Apa kekuatan pendorong utama di belakang deforestasi, dan siapa yang merupakan pelaku utama?
  • Mengingat kondisi politik dan ekonomi saat ini di Indonesia, bagaimana prospek reformasi kebijakan kehutanan?

Temuan kami tidak menyediakan dasar untuk optimisme yang cukup kuat, meskipun tanda-tanda yang jelas dari perubahan di Indonesia.

Donor bilateral dan multilateral utama sekarang bekerja secara aktif dengan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan strategi dan rencana aksi untuk melakukan reformasi. Kementerian Kehutanan Indonesia berkomitmen untuk menerapkan tindakan spesifik di tingkat nasional dan baru-baru ini mengesahkan rencana berskala besar untuk memerangi penebangan liar.

Namun walaupun reformasi kebijakan saat ini berhasil, sangat jelas bahwa Indonesia berada dalam masa transisi dari negara yang kaya akan hutan ke negara yang miskin akan hutan, seperti yang telah terjadi di Filipina dan Thailand.

Jutaan hektar bekas hutan sekarang tertutup sisa-sisa hutan yang telah terdegradasi, semak belukar, dan rumput alang-alang disana-sini. Dengan hilangnya hutan, Indonesia kehilangan keanekaragaman hayati, pasokan kayu, pendapatan, dan jasa ekosistem.

Lahan hutan yang rusak dapat ditanami kembali dan dikelola oleh manusia untuk menyediakan kayu, hasil kebun, buah-buahan, dan produk-produk non-kayu lainnya. Jasa ekosistem seperti pengaturan air tawar dan retensi tanah dapat dikembalikan. Bagian dari tragedi di hutan Indonesia adalah bahwa saat ini program hutan tanaman industri dan sistem konversi hutan ke perkebunan belum memberikan kontribusi untuk pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan justru mempercepat deforestasi.

Secara resmi, keputusan dalam sektor kehutanan tidak lagi berorientasi pada pembukaan dan konversi lahan tetapi, dalam kenyataannya, pembukaan dan konversi masih terus dipraktekkan. Sistem ini harus direstrukturisasi dengan mengharuskan pembangunan perkebunan baru di wilayah lahan kritis yang sudah tersedia untuk penanaman. Persyaratan ini harus ditegakkan. Indonesia berada di persimpangan jalan di mana banyak sumber daya alam yang telah hancur atau rusak, tapi masih banyak juga yang terjaga. Pengembangan lahan perkebunan untuk memasok kayu dan ekspor tanaman berharga adalah bagian penting dari strategi ekonomi negara.

Dalam tahun-tahun mendatang, jalan termudah adalah dengan terus mengizinkan operasi penebangan dan perkebunan - dan membiarkan semakin banyak tanah disia-siakan seiring pengembangannya -- dan kemudian terus merambah ke hutan-hutan alam yang tersisa, dan memberikan keuntungan bagi pengembang dengan profit besar secara cuma-cuma. Jalan yang lebih sulit namun berkelanjutan adalah merebut kembali lahan yang saat ini menganggur dan melestarikan hutan primer yang masih tersisa. Enam puluh empat juta hektar hutan telah ditebang selama 50 tahun terakhir. Tidak ada pembenaran ekonomi maupun etika untuk membiarkan 64 juta hektar lagi hilang selama 50 tahun ke depan.

Togu Manurung
Direktur Forest Watch Indonesia

Jonathan Lash
Presiden World Resources Institute

Tab Ubah Suai