Ekosistem Leuser di ujung utara pulau Sumatera, Indonesia, adalah hutan hujan terbesar ketiga sesudah hutan hujan Amazon di Amerika Selatan dan hutan hujan Kongo di Afrika. Membentang seluas 2,6 juta hektar (), ekosistem hutan hujan Leuser dan sekitarnya merupakan habitat alami terakhir bagi badak, gajah, harimau, beruang madu dan orangutan di bumi.

Berada di provinsi Aceh, Indonesia, yang menarik perhatian dunia internasional untuk membantu pemulihan pasca bencana tsunami tahun 2004, Ekosistem Leuser kembali menjadi perhatian dunia karena berbagai tantangan lingkungan yang dihadapi. Aktor Leonardo DiCaprio and yayasanya memfokuskan perhatian pada perambahan lahan, penebangan, pembangunan jalan, perburuan dan penambangan ilegal yang terus meningkat pesat dan mengancam habitat hutan hujan penting ini. Permasalahan ini mendesak Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) sebagai mitra Global Forest Watch untuk meningkatkan upaya perlindungan kesehatan lingkungan masyarakat Aceh dalam jangka panjang.

Langkah pertama dalam mengatasi masalah ini adalah mengidentifikasi titik-titik di mana permasalahan ini terjadi di kawasan Ekosistem Leuser yang luas. Bersama dengan tim analis yang membuat peta deforestasi hutan terkini berdasarkan citra satelit, staf HAkA mendistribusikan peta ini kepada mitra-mitra lokal seperti Forum Konservasi Leuser (FKL) yang melalui stafnya akan mengajak masyarakat setempat, termasuk pejabat setempat, untuk memerangi kegiatan-kegiatan ilegal tersebut.

Proses peninjauan citra satelit yang dilakukan secara manual oleh HAkA untuk menemukan jalan dan petak-petak tanah gundul adalah proses panjang yang memakan waktu. HAkA telah mulai menggunakan sistem ‘peringatan dini’ GLAD dari Global Forest Watch (GFW) untuk mempercepat proses identifikasi area yang berpotensi mengalami deforestasi setiap minggunya. Menggabungkan sistem GLAD dengan citra satelit dan pengetahuan ahli tentang area tersebut dapat membantu para penggiat menentukan prioritas secara efektif dalam menyelidiki kegiatan-kegiatan yang merugikan. Para penyelidik di FKL dapat melakukan tugasnya dengan lebih akurat, sehingga tidak perlu mengunjungi jalanan yang telah ditebang untuk mencari petunjuk tanpa tujuan yang jelas.

<p>Tanda-tanda penebangan di Ekosistem Leuser. Foto oleh Elizabeth Bourgault.</p>

Tanda-tanda penebangan di Ekosistem Leuser. Foto oleh Elizabeth Bourgault.

Respon Cepat

Pada kunjungan terakhir ke kantor HAkA, sebuah bangunan sederhana di Banda Aceh yang memang dirancang untuk tidak menarik perhatian, tim HAkA memberitahu kami bagaimana data kebakaran rGFW telah membantu mempercepat respon yang diberikan dalam sebuah kasus. Peringatan GFW mendeteksi kebakaran di kawasan lindung sehingga HAkA dapat membagikan informasi ini ke otoritas setempat yang langsung mendatangi lokasi kejadian dan menahan pihak yang bertanggung jawab atas kebakaran tersebut. Tanpa fitur peringatan kebakaran harian GFW, insiden ini akan terlambat ditangani.

Kemampuan untuk memproses data dan mengambil tindakan secara hampir real time tersebut sangat penting bagi HAkA dalam memberikan informasi kepada penyelidik dan otoritas setempat. Saat FKL menerima peta deforestasi dari HAkA, tim kecil mereka yang terdiri dari Pengawas Lapangan ditugaskan untuk menginvestigasi dan membuat laporan, yang mencakup titik GPS, gambar, nama, informasi kontak dan informasi lain yang dapat disimpan secara aman, di 13 distrik di sepanjang Ekosistem Leuser. Menerima lebih dari 100 laporan setiap bulannya, Pengawas Lapangan memiliki tanggung jawab besar untuk mengidentifikasi empat area prioritas untuk dilaporkan secara resmi kepada polisi.

Untuk mempersingkat prosesnya, HAkA dan para mitranya telah mulai mengintegrasikan aplikasi Forest Watcher, yang menerima peringatan GFW secara offline agar dapat ditindaklanjuti di lapangan. Dengan Forest Watcher, data dari lapangan tidak perlu dimasukkan secara manual sehingga pelaporan dan penyebaran informasi menjadi lebih mudah. Sejak peluncurannya pada bulan September 2017 lalu, kami terus menerima masukan dari kelompok pengguna utama, seperti HAkA, untuk mengembangkan alat ini dalam membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan mereka. Dengan peringatan GLAD dan Forest Watcher, prioritas dapat ditentukan dengan lebih baik untuk mendukung HAkA, FKL dan penegak hukum setempat.

Optimisme tim HAkA sangat terasa selama kunjungan kami. Di samping publikasi terbaru yang diterbitkan dalam kampanye yang digagas oleh DiCaprio, peran aktif gubernur baru dalam menanggapi masalah-masalah ini dan kepedulian masyarakat terhadap perlindungan hutan yang semakin tinggi menumbuhkan harapan dalam upaya pelestarian ‘semangat Gunung Leuser’. GFW jelas memiliki potensi besar untuk terus mendukung para pejuang lingkungan yang terus berperan aktif melindungi tanah mereka.