Ini adalah cerita lama: Kehilangan tutupan pohon di dunia sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan sangat berdampak pada keanekaragaman hayati, iklim dan masyarakat adat.

Pertanyaannya, kenapa? Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Dan apakah kita dapat mengembalikan tutupan pohon atau mungkin lahan ini akan dimanfaatkan untuk hal lain? Penelitian baru kami yang diterbitkan di Science hari ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Bersama dengan The Sustainability Consortium dan University of Maryland, kami melakukan interpretasi visual atas ribuan gambar satelit di Google Earth untuk mengidentifikasi penyebab gangguan hutan di seluruh dunia. Informasi ini kami gunakan dalam melatih suatu model komputer mendeteksi penyebab utama hilangnya tutupan pohon secara global dari tahun 2001 hingga 2015. Mulai hari ini, peta ini dapat diakses di Global Forest Watch.

Ada lima faktor penyebab hilangnya tutupan pohon yang ditampilkan. Jika kita dapat mengetahui implikasi dari setiap faktor ini, kita dapat lebih memahami kondisi hutan saat ini.

Deforestasi yang Didorong oleh Komoditas: 27 persen

Hasil analisis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dalam skala global dan regional. Kami tidak menyarankan penafsiran hasil analisis ini di tingkat daerah. Analisis ini menunjukkan penyebab utama kehilangan dalam bidang seluas 10 km, dimana dapat diidentifikasi lebih dari satu faktor pendorong dalam suatu bidang dalam waktu dan ruang tertentu.

Deforestasi yang didorong komoditas adalah penyebab utama hilangnya 27 persen tutupan pohon di dunia dari tahun 2001 hingga 2015. Area terdeforestasi ini setara dengan seperempat wilayah India. Jenis kehilangan ini merupakan deforestasi yang sebenarnya, dimana tutupan hutan dikonversikan secara permanen untuk tujuan lain. Di sini, pohon ditebang untuk mendukung kegiatan-kegiatan seperti pertanian, pertambangan serta produksi minyak dan gas. Deforestasi yang didorong oleh komoditas ini banyak terjadi di hutan-hutan tropis di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Ratusan perusahaan secara terbuka menyatakan komitmen mereka terhadap produksi dan pengadaan berkelanjutan komoditas global seperti minyak sawit, kedelai, daging sapi dan emas. Untuk pertama kalinya, kita dapat menghitung seberapa besar kontribusi produksi komoditas terhadap deforestasi dan mengukur dampak kolektif dari komitmen-komitmen tersebut. Berhadasarkan hasil studi kami, masih banyak yang harus dilakukan. Produksi komoditas menyebabkan rata-rata lima juta hektar deforestasi per tahun.

Perladangan Berpindah: 24 persen

Di daerah-daerah tropis, masyarakat setempat melakukan perladangan berpindah, suatu praktik tradisional dimana suatu lahan dibabat dan dibakar untuk penanaman bahan pangan dalam jangka pendek. Setelah panen, lahan ini ditinggalkan agar hutan dapat tumbuh kembali. Praktik ini dan bentuk-bentuk lain dari pertanian multikultur berskala kecil adalah penyebab utama dari 24 persen kehilangan tutupan pohon di dunia.

Dampak dari kehilangan tutupan pohon akibat perladangan berpindah berbeda-beda di setiap tempat. Selain itu, dampak waktu yang dirasakan juga berbeda-beda. Oleh karena itu, lebih sulit menentukan seberapa jauh dampak kehilangan tutupan pohon yang diakibatkan oleh perladangan berpindah dibandingkan dengan deforestasi yang didorong oleh komoditas. Di beberapa wilayah di Peru, siklus perladangan berpindah dikelola dengan baik dan mendorong stabilitas praktik pertanian multikultur dan regenerasi hutan. Di daerah lain, seperti Republik Demokratik Kongo, pertumbuhan populasi yang pesat semakin menekan lahan sehingga periode bera, periode dimana lahan tidak ditanami, menjadi lebih pendek dan kesempatan regenerasi hutan semakin kecil, yang pada akhirnya mengakibatkan degradasi hutan jangka panjang. Perluasan lahan multikultur juga memengaruhi hutan primer utuh yang sangat berharga bagi keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon.

Urbanisasi: 0,6 persen

Perluasan dan pengembangan pusat kota adalah penyebab utama sebagian kecil (0,6 persen) kehilangan hutan di dunia. Lebih dari dua per tiga kehilangan lahan ini terjadi di bagian timur Amerika Serikat. Pepohonan di dalam dan sekitar perkotaan membantu menyediakan udara dan air minum bersih serta membantu pengelolaan limpasan air hujan dan banjir di perkotaan. Kehilangan tutupan pohon berpotensi menghasilkan dampak ekonomi yang signifikan dan menurunkan kualitas hidup jutaan penduduk kota. Kebakaran: 23 persen

Kebakaran adalah penyebab utama 23 persen kehilangan tutupan pohon yang terpusat di hutan-hutan bagian utara Kanada dan Rusia. Beberapa kebakaran terjadi secara alami dan merupakan bagian penting dari suksesi ekologis alami. Namun, banyak kebakaran disebabkan oleh manusia, baik secara langsung melalui pembakaran yang disengaja atau tidak disengaja maupun secara tidak langsung melalui perubahan iklim yang disebabkan oleh kegiatan manusia, yang mengakibatkan peningkatan kejadian kebakaran. Di Amerika Serikat, masalah kebakaran paling sering terjadi di area-area dimana perumahan dan vegetasi liar berdekatan. Biasanya, hutan-hutan yang mengalami kebakaran akan beregenerasi secara bertahap. Namun, kebakaran ekstrem yang seringkali diperparah oleh perubahan iklim dapat berdampak jangka panjang pada habitat liar, penyimpanan karbon dan siklus kebakaran alami.

Kehutanan: 26 persen

Kehutanan adalah penyebab utama 26 persen kehilangan tutupan pohon antara tahun 2001 dan 2015, kejadian ini terpusat di hutan-hutan alami dan pertanian pohon di Amerika Utara, Eropa, Rusia, Cina, Brazil bagian selatan, Chili, Afrika Selatan dan Australia. Kebanyakan kasus kehilangan tutupan pohon ini merupakan kejadian sementara akibat penebangan dan penumbuhan kembali pohon secara terencana untuk memenuhi pasokan produk kayu. Sertifikasi merupakan salah satu mekanisme yang diajukan untuk memastikan pengelolaan siklus penebangan dan penumbuhan kembali pohon yang baik, sehingga pemasokan produk kayu dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka panjang, di samping berbagai manfaat sosial dan lingkungan lainnya.

Menurut analisis kami, siklus panen tahunan rata-rata memengaruhi kurang dari 1 persen tutupan pohon di wilayah yang didominasi kehutanan. Saat ini, sertifikasi banyak ditemukan di belahan bumi utara. Sementara di daerah tropis, penerapan sertifikasi terhalang oleh biaya besar yang diperlukan untuk pemantauan dan audit secara efektif.

Mendapatkan Gambaran yang Lebih Lengkap

Sejak tahun 2014, Global Forest Watch menyediakan data terbaru dan terbuka mengenai kehilangan tutupan pohon tahunan masukan mengenai waktu dan tempat terjadinya kehilangan di seluruh dunia bagi para pengguna dalam mengambil tindakan. Hari ini, platform tersebut selangkah lebih dekat dalam mencapai upayanya menemukan penjelasan penyebab kehilangan ini–informasi yang diperlukan oleh pengambil keputusan untuk mengembangkan solusi yang tepat.

Analisis menunjukkan bahwa kehilangan tutupan pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Tidak semuanya perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan dan para pelaku konservasi. Jika hutan dapat beregenerasi, kehilangan tutupan pohon yang disebabkan oleh kehutanan, kebakaran dan perladangan berpindah seringkali hanya bersifat sementara. Sebaliknya, konversi hutan untuk pertambangan, produksi minyak dan gas, pertanian industri dan urbanisasi biasanya bersifat permanen.

Kami menemukan bahwa lebih dari seperempat kehilangan tutupan pohon di dunia terjadi di wilayah-wilayah yang bergantung pada produksi komoditas, terutama di Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Informasi ini menunjukkan bahwa masyarakat internasional harus lebih cepat bertindak untuk mengakhiri deforestasi jika kita ingin mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 15. Perusahaan-perusahaan dapat memprioritaskan yurisdiksi berisiko tinggi dalam rantai pasokan komoditas mereka, pemerintah dapat membantu mendukung restorasi hutan yang digunakan secara intensif untuk pertanian berskala kecil, sementara para penduduk yang ingin ikut ambil bagian dapat membantu memberikan informasi mengenai kejadian deforestasi yang mengancam hutan-hutan yang penting bagi kita.