Infografis ini untuk sementara hanya tersedia dalam Bahasa Inggris

Meskipun namanya terdengar asing, polutan iklim berumur pendek perlu menjadi perhatian kita semua. Polutan-polutan ini merupakan akibat dari cara kita mengonsumsi energi, makanan, kendaraan, dan pendingin ruangan.

SLCP yang mungkin paling dikenal, gas metana, berasal dari produksi minyak dan gas serta produksi beras dan ternak. Gas metana juga muncul dalam proses peluruhan sampah organik di tempat pembuangan sampah dan fasilitas pengolahan air. Sementara itu, ozon troposferik adalah produk turunan dari polutan udara lainnya, termasuk gas metana. Pembakaran biomassa untuk tungku masak atau pembakaran batu bara untuk tenaga listrik dan pemanas ruangan dapat menghasilkan karbon hitam. Kemudian ada HFC yang merupakan gas yang dikeluarkan dari sistem pendingin udara dan kulkas, di mana kedua produk ini sama-sama sedang populer, seiring dengan meningkatnya suhu dan pendapatan masyarakat di seluruh dunia.

SLCP yang biasanya dihasilkan dari produksi makanan dan kegiatan rumah tangga sehari-hari juga berpotensi merusak. Contohnya ozon troposferik yang berbahaya bagi kesehatan dan mengakibatkan hasil panen menurun serta karbon hitam yang meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan jantung. Di tingkat global, para ahli memperkirakan bahwa pengurangan SLCP dapat mencegah setidaknya 52 juta metrik ton kerugian hasil panen per tahun dan sekitar 2,4 juta kematian dini akibat polusi udara di tempat terbuka setiap tahunnya pada tahun 2030.

Dengan demikian, pengurangan SLCP dapat memberikan banyak manfaat pembangunan berkelanjutan, termasuk pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, peningkatan kesehatan, energi bersih, kesetaraan gender, dan terwujudnya kota berkelanjutan dalam jumlah yang lebih besar. Namun, pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat. Contohnya, emisi karbon hitam yang dihasilkan dalam kegiatan memasak dan memanaskan hanya bisa dikurangi jika tersedia bahan bakar yang lebih bersih dengan harga yang terjangkau. Akan tetapi, solusi tersebut harus mengalah di tengah isu budaya yang sensitif dan implikasi budaya terkait kegiatan memasak di suatu wilayah dan budaya tertentu agar manfaatnya dapat dirasakan oleh semua orang—terutama membuka peluang bagi wanita dan anak perempuan.