Pada awal Februari 2025, para petani di Provinsi Sulawesi Tenggara harus merelakan gagal panen pada lahan padi  seluas 68 hektare akibat serangan hama. Beberapa petani menyebutkan, kegagalan akibat hama ini terjadi pertama kalinya. Kisah yang mirip juga menimpa petani di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Lahan sawah seluas 35 hektar terendam banjir yang menimpa desa mereka, dan menyebabkan rusaknya tanaman padi yang akan siap dipanen. 

Krisis iklim yang semakin parah akibat memanasnya suhu bumi menjadikan lahan pertanian di berbagai daerah di Indonesia menjadi rentan terhadap berbagai dampak seperti makin tingginya ancaman banjir, serangan hama, dan menurunnya kesuburan tanah. Pertanian cerdas iklim yang rendah karbon menjadi arah transformatif untuk memastikan kesejahteraan petani dan meningkatkan ketahanan pangan Indonesia.

Secara global, pertanian menempati peringkat kedua sebagai sektor dengan kontribusi emisi tertinggi, yakni sebesar 11,7% dari total emisi. Emisi terbesar dari sektor ini berasal dari peternakan dan penggunaan lahan pertanian. Selain itu, sektor pertanian juga dapat meningkatkan emisi melalui perubahan penggunaan lahan dan konsumsi energi.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup telah menetapkan target pengurangan emisi dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) dan Strategi Jangka Panjang untuk Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (LTS-LCCR) 2050. Hal ini menunjukkan pentingnya menyelaraskan target tersebut untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. 

Kebutuhan untuk penyelarasan target reduksi emisi dengan rencana pembangunan telah mengarah pada perlunya penyusunan peta jalan dekarbonisasi. Melalui pertemuan kick-off pada Februari 2025 bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, serta didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), WRI Indonesia memperoleh masukan berharga untuk mendukung penyusunan peta jalan dekarbonisasi sektor pertanian. 

Kickoff Meeting Roadmap Pertanian

Gambar 1: Pertemuan antara Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan WRI Indonesia dalam menyelaraskan rencana  peta jalan dekarbonisasi sektor pertanian.

Mengurangi emisi merupakan langkah penting, namun perlu diimbangi dengan upaya meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Terlebih lagi, pencapaian swasembada pangan dan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menjadi dua prioritas utama pemerintah sejak Oktober 2024, menambah tantangan sekaligus peluang bagi sektor ini. Oleh karena itu, strategi pengurangan emisi di sektor pertanian menitikberatkan pada dukungan teknologi, pendanaan, dan pengembangan kapasitas.

Dr. Irawan Asaad, Direktur Mitigasi Perubahan Iklim KLH, menyatakan, “Saat ini, inventarisasi emisi kita masih berada di bawah skenario Business as Usual (BaU) dari CM2. Tetapi, dengan tren emisi yang meningkat sejak 2020 hingga 2023 dan diperkirakan akan mencapai BaU, kita harus tetap berusaha mencapai target pembangunan hijau dan berkelanjutan. Kami berharap peta jalan ini dapat menyatukan kita semua dalam komitmen bersama.”

Indonesia sebagai salah satu negara yang merespons Persetujuan Paris terkait penurunan emisi GRK, menyebutkan tiga skema target penurunan emisi yang berbeda, yaitu jika tidak ada perubahan apapun dalam proses bisnis (Business as Usual – BaU), jika perubahan dilakukan dengan kemampuan sendiri (CM1), dan jika perubahan dilakukan dengan dukungan pihak internasional (CM2). Dalam dokumen pembaruan Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC), Indonesia meningkatkan komitmen penurunan emisi hingga 31,89 persen untuk CM1 dan 43,2 persen untuk CM2.

Pertemuan awal untuk menyusun peta jalan Net Zero Emission (NZE) di sektor pertanian menandai komitmen pemerintah Indonesia dalam menerapkan kebijakan berbasis rendah emisi guna mencapai target emisi. Penyusunan peta jalan dekarbonisasi pertanian ini merupakan bagian dari inisiatif “2050 is Now”, yang bertujuan mengintegrasikan upaya dekarbonisasi dengan pembangunan sosial-ekonomi di negara-negara sasaran, termasuk Indonesia. WRI Indonesia berperan sebagai mitra strategis pemerintah dalam mengembangkan model untuk sektor-sektor penyumbang emisi karbon, salah satunya sektor pertanian.

Dari awal rangkaian pertemuan ini, beberapa langkah utama telah diidentifikasi. Pertama, peran WRI Indonesia tidak hanya terbatas pada perhitungan emisi, tetapi juga menyediakan hasil analisis paralel untuk menyusun dokumen peta jalan NZE berdasarkan hasil pemodelan sistem dinamis dan analisis spasial. Selain itu, akan dilakukan eksplorasi terhadap strategi untuk mengurangi emisi sektor pertanian, termasuk mengintegrasikan Nilai Ekonomi Karbon (NEK), dengan fokus khusus pada mekanisme Pembayaran Berbasis Hasil (Results-Based Payment/RBP) dan produktivitas tanaman yang berkaitan dengan emisi metana, yang mencerminkan pemahaman menyeluruh mengenai sektor pertanian.

Egi Suarga, Climate Manager WRI Indonesia menekankan pentingnya peta jalan untuk memastikan perencanaan dan implementasi dari target pemerintah dapat tercapai. Egi mengungkapkan, “Sektor pertanian memegang peran tidak hanya pada mitigasi, tetapi juga adaptasi iklim. Sektor ini memiliki keterkaitan erat dengan ketahanan pangan sehingga selain emisi, produktivitas pertanian juga perlu menjadi perhatian. Meskipun sektor pertanian telah disebut dalam dokumen perencanaan perubahan iklim, dokumen ENDC maupun LTS-LCCR belum menetapkan peta jalan untuk mencapai pengurangan emisi, bahkan NZE di sektor ini.”

Inisiatif ini bertujuan untuk menyelaraskan proyeksi pengurangan emisi sektor pertanian antara Kementan, Bappenas, dan KLH. Dengan pertemuan yang menghasilkan beberapa rekomendasi dan masukan ini, pembuatan peta jalan akan sesuai dengan visi ketahanan pangan, melalui peta jalan dekarbonisasi yang komprehensif dan terarah. Strategi dekarbonisasi melalui pembuatan peta jalan akan membantu inisiatif Net Zero Emission (NZE) dan membangun sektor pertanian cerdas iklim.