Perkenalkan Global Forest Watch Pro, WRI Indonesia Ajak Pengusaha Sawit Deteksi Dini Potensi Deforestasi di Lanskap Perkebunan
Bertempat di Pontianak, Kalimantan Barat, World Resources Institute (WRI) Indonesia berkolaborasi dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) cabang Kalimantan Barat, serta didukung oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Penguatan Kapasitas Perusahaan Anggota GAPKI Kalimantan Barat melalui Pelatihan Perangkat Keberlanjutan Global Forest Watch (GFW) Flagship & GFW Pro”. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu, 24 April 2024 ini diikuti oleh perwakilan perusahaan anggota GAPKI cabang Kalimantan Barat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan wawasan terkait European Union Deforestation Regulation (EUDR) dan implementasinya pada industri kelapa sawit berkelanjutan. Dalam kesempatan ini, peserta juga berkesempatan melakukan simulasi monitoring tutupan lahan dan pemantauan titik api secara langsung melalui website GFW.
Dalam kesempatan tersebut Supply Chain and Livelihood Transformation Senior Manager WRI Indonesia Bukti Bagja memperkenalkan GFW Flagship dan GFW Pro kepada peserta pelatihan sebagai platform berbasis online yang menyediakan data dan alat analisis untuk memantau perubahan kawasan hutan di seluruh dunia. “Melalui pemanfaatan teknologi mutakhir terbarukan, WRI ingin mengajak para pelaku usaha khususnya di industri kelapa sawit, untuk mendeteksi potensi terjadinya deforestasi sejak dini, baik yang mungkin terjadi di area konsesi milik perusahaan maupun area pemasok yang berada di bawah rantai pasok mereka,” terangnya.
Platform ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi area yang rentan terhadap deforestasi serta memantau munculnya titik api. Dengan melakukan pemantauan secara teratur, perusahaan diharapkan dapat memastikan aktivitas budi daya dijalankan sesuai dengan kebijakan bebas deforestasi yang tertuang dalam komitmen NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation), yang kemudian diperkuat dengan lahirnya EUDR. “GFW juga bisa menjadi early warning system, sehingga upaya mitigasi dan deteksi risiko terjadinya deforestasi dapat berjalan dengan baik,” sambung Bukti Bagja.
GFW sendiri dibagi menjadi dua yaitu GFW Flagship, yang dapat diakses secara gratis oleh publik dengan cakupan wilayah tertentu dan dapat dipergunakan untuk menilai risiko deforestasi secara yurisdiksi melalui data risiko deforestasi skala global. Sementara GFW Pro merupakan pengembangan dari GFW Flagship yang menyediakan layanan lebih spesifik untuk menganalisis risiko deforestasi pada portofolio rantai pasok yang dimiliki perusahaan. Dalam kaitannya dengan upaya untuk memastikan area perkebunan yang bebas dari deforestasi, keduanya menyediakan data kehilangan tutupan pohon yang dapat digunakan untuk mendeteksi fisik tegakan pohon serta data deforestasi sebagai sistem peringatan dini (early warning system). Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2014, tercatat lebih dari 4 juta akun telah mengunjungi situs GFW (www.globalforestwatch.org) dari berbagai belahan dunia.
Menurut Bukti Bagja, platform ini bisa menjadi salah satu opsi bagi anggota GAPKI Kalimantan Barat untuk secara internal melalukan penilaian risiko deforestasi yang akhir-akhir ini kembali santer diperbincangkan menyusul wacana akan bergulirnya EUDR pada desember 2024 nanti. Kendati demikian, ia tidak melihat EUDR sebagai kebijakan yang sifatnya ditujukan untuk melarang komoditas tertentu, dalam hal ini kelapa sawit, untuk masuk ke pasar Uni Eropa. Sebaliknya, sawit dan produk turunannya masih diperbolehkan untuk diekspor ke negara-negara Uni Eropa dengan catatan mampu membuktikan legalitas lahan serta terbebas dari isu deforestasi dalam proses budi dayanya. “Sebagai tambahan informasi, EUDR ditargetkan untuk lahan bukaan baru setelah Desember 2020. Sementara jika proses pembukaan lahan dilakukan sebelum itu, maka tidak perlu dilakukan pengecekan,” pungkasnya.
Sebagai salah satu sentra komoditas sawit nasional dengan luas area budi daya mencapai 2,05 juta hektare, pengelolaan lahan perkebunan di Kalimantan Barat diharapkan dapat memenuhi ketentuan regulasi dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta standar yang disyaratkan dalam pasar global komoditas sawit berkelanjutan yang tertuang dalam komitmen NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation).
Sekretaris GAPKI Cabang Kalimantan Barat, Suci Yuliati menyambut baik kolaborasi antara WRI Indonesia dengan perusahaan kelapa sawit terutama di Kalimantan Barat. “Dengan adanya pelatihan ini, peserta diharapkan mampu memperoleh tambahan wawasan khususnya, dan meningkatkan kapasitas anggota GAPKI Kalbar secara umum, guna memantapkan tata kelola perkebunan sawit di lapangan terutama dalam mengawal dan memastikan lahan konsesi terbebas dari deforestasi serta mendeteksi potensi terjadinya karhutla secara lebih dini dan akurat,” ungkapnya.
Selain mendapatkan pengenalan dan pelatihan secara langsung platform GFW, peserta yang hadir juga diperkenalkan dengan perhitungan karbon melalui Greenhouse Gas Protocol (GHG-P) dan SBTi (Science Based Targets Initiative) atau inisiatif target berbasis sains mendorong aksi iklim yang ambisius, terukur dan berbasis sains.