WRI Indonesia Dukung Komitmen Dinas Perkebunan Musi Banyuasin untuk Mendorong Perkebunan Sawit yang Berkelanjutan
Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, terus menunjukkan komitmennya dalam mendorong pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) bersama WRI Indonesia pada 21-22 November 2024 lalu. Kolaborasi ini merupakan langkah strategis untuk mengimplementasikan program pemantauan deforestasi dan inventarisasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), sejalan dengan tuntutan pasar global yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan.
Sektor kelapa sawit telah lama menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Musi Banyuasin. Dengan jumlah produktivitas mencapai 6.914kg/hektare. Namun sayangnya, potensi ini juga diiringi dengan tantangan serius seperti ancaman deforestasi dan degradasi lingkungan. Karena hal itu, WRI Indonesia sebagai mitra Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin terus memberikan dukungan dalam memonitor tutupan bentang alam, memastikan adanya transparansi data, dan terus meningkatkan kapasitas perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam mengelola rantai pasok secara berkelanjutan.
Komitmen Bersama untuk Keberlanjutan Perkebunan Kelapa Sawit
Prayudi Syamsuri, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, mengapresiasi langkah ini dan menekankan pentingnya kolaborasi antar pihak.
“Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk menciptakan sistem pemantauan dan pengelolaan perkebunan berbasis data yang terintegrasi. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, Muba bisa menjadi contoh sukses bagi daerah lain.” jelas Prayudi.
Melalui pelatihan yang melibatkan perusahaan dan masyarakat, program ini tidak hanya mengenalkan penggunaan teknologi pemantauan deforestasi dan inventarisasi GRK, tetapi juga memperkuat koordinasi antara Dinas Perkebunan, perusahaan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Apriyadi, Sekretaris Daerah Kabupaten Musi Banyuasin, menyatakan bahwa langkah ini sudah tepat untuk mendorong perkebunan yang berkelanjutan di wilayah Musi Banyuasin.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh pelaku usaha di Muba memahami kewajiban mereka dalam menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan. Ini adalah wujud nyata dari tanggung jawab bersama,” terang Apriyadi.
Pendekatan pemantauan lanskap yang diinisiasi oleh WRI Indonesia mengintegrasikan teknologi terkini dengan metode berbasis data untuk memitigasi risiko deforestasi dan degradasi lahan. Program ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi pengurangan emisi GRK, perlindungan ekosistem hutan, dan peningkatan daya saing komoditas sawit dari Muba di pasar global.
Bukti Bagja, Senior Manager for Livelihood and Supply Chain Transformation WRI Indonesia berharap Kabupaten Musi Banyuasin bisa menjadi Kabupaten percontohan untuk produksi kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Kami melihat betapa pentingnya sinergi antara sektor publik dan swasta untuk memastikan rantai pasok yang rendah emisi dan tangguh terhadap tantangan pasar global. Harapannya, Musi Banyuasin dapat menjadi percontohan nasional dalam mendukung target dekarbonisasi Indonesia sekaligus mempertahankan daya saing di pasar internasional,” terang Bagja.
Dengan berbagai tantangan yang ada, implementasi program ini diharapkan menjadi katalisator dalam mendorong investasi berkelanjutan sekaligus memastikan bahwa kelapa sawit tetap menjadi andalan perekonomian Muba tanpa mengorbankan keseimbangan lingkungan.