Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) adalah komunitas organisasi dan individu yang berkomitmen untuk mengubah cara dunia memproduksi dan mengonsumsi makanan, serta menggunakan lahan untuk manusia, alam, dan bumi. Sebagai bagian dari Food and Land Use Coalition (FOLU), KSPL memiliki misi bersama untuk memastikan setiap aktor dalam sistem pangan dan tata guna lahan yang kompleks memainkan peranan mereka dengan optimal untuk mewujudkan komitmen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Persetujuan Paris. 

Generasi Z, juga dikenal sebagai "Gen Z," adalah kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Gen Z merupakan kelompok yang akan merasakan dampak terbesar dari krisis iklim yang sedang kita hadapi, sekaligus memiliki peran krusial dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Partisipasi dan keterlibatan aktif mereka dalam mencari solusi terbaik dalam permasalahan lingkungan dan iklim, termasuk terkait sistem pangan, menjadi sangat penting untuk mencegah suhu bumi naik di atas 1,5 derajat Celsius.      

Latar belakang tersebut yang mendorong lahirnya kegiatan Gen-Z for Sustainable Food System (GSFS), sebuah rangkaian acara yang bertujuan untuk menyaring orang muda terpilih dari berbagai wilayah di Indonesia untuk ikut serta dalam upaya mendorong transformasi sistem pangan Indonesia yang lebih berkelanjutan. Sebelumnya, GSFS telah dilaksanakan pada 2022 dan 2023. Kegiatan ini telah memberi kesempatan kepada 8 orang muda untuk menjadi pemagang untuk KSPL. Tahun ini, GSFS akan memberi kesempatan kepada 5 pemagang untuk dapat berkontribusi secara aktif dalam isu-isu terkait pangan. 

Persyaratan: 

  • WNI dan tinggal di Indonesia
  • Berusia 18–27 tahun
  • Mahasiswa tahun terakhir S1 atau S2 segala jurusan, atau maksimal 1 tahun setelah lulus
  • Memiliki akun Instagram aktif (tidak dikunci selama rangkaian GSFS 2024)
  • Bersedia hadir secara offline di Yogyakarta* untuk mengikuti bootcamp pada 2–6 September 2024
  • Jika menang, bersedia mengikuti program magang selama 3 bulan 

Format: 

  • Menggunakan Bahasa Indonesia/Inggris (pilih salah satu) 
  • Esai memiliki panjang 800–1.000 kata 
  • Menggunakan font Times New Roman, ukuran 12, spasi 1,5 
  • Dikirim dalam bentuk dokumen .doc atau .docx

Hadiah: 

Total 15 orang finalis akan diundang mengikuti bootcamp di Yogyakarta* 

5 orang pemenang akan mengikuti program magang berbayar bersama mitra Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) 

*Biaya akomodasi dan transportasi ditanggung panitia. 

Rangkaian Acara: 

  • Penutupan pengiriman esai: 11 Agustus 2024 
  • Pengumuman finalis: 19 Agustus 2024 
  • Briefing sebelum bootcamp: 30 Agustus 2024 
  • Bootcamp di Yogyakarta: 2–6 September 2024 
  • Pengumuman pemenang: 16 September 2024
  • Periode magang: Oktober–Desember 2024 

Topik:

Topik 1: Mendorong Inovasi Lintas Rantai Nilai untuk Mengatasi Susut dan Limbah Pangan Indonesia

Menurut data FAO (2011), sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia hilang atau susut dalam proses (food loss). Sementara itu, studi Bappenas (2021) menunjukkan masyarakat Indonesia menghasilkan 184 kg sisa pangan (food waste) per kapita per tahun. Hal ini tentunya merugikan ekonomi, lingkungan, dan sosial, ditambah lagi dengan berbagai permasalahan lain yang mengancam ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. Semua pihak perlu berkolaborasi untuk menyelesaikan isu ini.  

Untuk menjembatani celah antara para pemangku kepentingan di seluruh rantai sistem pangan, IBCSD (Indonesia Business Council for Sustainable Development) meluncurkan GRASP (Gotong Royong Atasi Susut dan Limbah Pangan) 2030. GRASP adalah sebuah inisiatif voluntary agreement yang mendorong pelaku bisnis untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain dalam mengurangi susut dan limbah pangan. Untuk mendukung inisiatif ini, inovasi-inovasi lain diperlukan dalam mendorong kolaborasi lintas sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil, demi terwujudnya transformasi sistem pangan lestari. 

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama IBCSD untuk menghimpun data dan informasi serta melakukan gap analysis tentang inovasi-inovasi yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah susut dan limbah pangan di Indonesia. Magang akan dilakukan secara daring dan luring selama dua kali dalam seminggu di kantor IBCSD di Jakarta Selatan.

 

Topik 2: Reformasi Kebijakan untuk Mendorong Produktivitas Pertanian yang Berkelanjutan 

Modernisasi pertanian kerap dipandang sebagai cara yang potensial untuk menanggapi berbagai tantangan di sektor ini. Investasi besar pada pertanian untuk memodernisasi sistem dan pasar pangan serta membuatnya lebih efisien adalah kunci untuk memutus rantai kemiskinan dan kelaparan. Misalnya, investasi pada mekanisasi pertanian akan mengerek produktivitas dan pendapatan petani rakyat. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital akan mendorong terjadinya transformasi sistem yang lebih inklusif, efisien, dan berkelanjutan.   

Namun demikian, upaya modernisasi ini penting untuk didukung oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya. Akses untuk penanaman modal asing, keterlibatan sektor swasta, pengelolaan subsidi, hingga penyusunan rencana pembangunan adalah beberapa instrumen yang bisa mempengaruhi produktivitas pertanian yang berkelanjutan. Maka dari itu, penulisan esai untuk topik ini diharapkan bisa mengeksplorasi kebijakan-kebijakan yang memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas pertanian, serta mengidentifikasi reformasi seperti apa yang perlu digaungkan untuk mendorong produktivitas yang lebih tinggi.

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) untuk membantu penulisan publikasi terkait topik dan juga mendukung upaya penjangkauan keluar melalui kanal komunikasi CIPS, seperti media sosial dan serangkaian acara serta kegiatan CIPS Learning Hub (CLH). Magang akan dilakukan secara daring dan luring selama dua kali dalam seminggu di kantor CIPS di Jakarta Selatan.

 

Topik 3: Peran Kaum Muda dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional dari Tingkat Desa

Tantangan besar persoalan pangan semakin merugikan petani. Perubahan iklim yang cepat menyebabkan penurunan produksi hingga masalah ketersediaan, akses, dan stabilitas terhadap sumber bahan pangan. Harga produk pertanian menurun, rantai pasok di kota terganggu, dan banyak petani menerima harga yang tidak layak. Permasalahan ini menunjukkan bahwa ancaman pada ketahanan pangan semakin nyata di lingkup nasional dan pentingnya mentransformasi sistem pangan menjadi lebih berkelanjutan.  

Eco-regionalisasi sistem pangan berdasarkan sumber daya dan kearifan lokal telah ditetapkan menjadi suatu pendekatan pemerintah untuk mendukung transformasi sistem pangan, sebagaimana tertuang dalam naskah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2025-2045). Namun, konteks regionalisasi tersebut masih terus berkembang dan membutuhkan studi lebih dalam, terutama di skala mikro seperti perdesaan. Di sisi lain, kaum muda memiliki potensi besar untuk mendukung transformasi sistem pangan berkelanjutan mulai dari tingkat desa, sehingga perlu dilibatkan dan ditingkatkan kapasitasnya.

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama KRKP untuk memperkuat inisiatif-inisiatif penguatan sistem pangan pada tingkat desa, kabupaten, maupun nasional melalui kegiatan advokasi dan kampanye kreatif. Magang dilakukan secara daring atau luring (jika dibutuhkan) di kantor KRKP di Bogor.

 

Topik 4: Program Prioritas untuk Mengurangi Sisa Pangan di Tingkat Rumah Tangga

Berdasarkan data KLHK tahun 2022, proporsi jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di Indonesia adalah sampah makanan, yaitu sebesar 40,3% dari timbulan sampah total. Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh Bappenas menunjukkan pada tahun 2000-2019 Indonesia memiliki timbulan sisa pangan (food waste) yang lebih besar dibandingkan susut pangan (food loss), dengan salah satu penyumbang sisa pangan tersebut adalah rumah tangga. Besarnya timbulan sisa pangan ini menimbulkan dampak yang signifikan di berbagai sektor, antara lain kerugian ekonomi, kehilangan nutrisi, dan dampak lingkungan.

Pengurangan sisa pangan merupakan salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada nomor 12.3, yaitu mengurangi separuh sisa pangan per kapita global di tingkat ritel dan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan peran dari berbagai pihak, termasuk pemerintah yang memiliki kekuasaan atas kebijakan di Indonesia. 

Kalau kamu jadi presiden, satu program apa yang akan kamu prioritaskan untuk mengurangi sisa pangan di rumah tangga di Indonesia?

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama Garda Pangan untuk membantu penelitian Perhitungan Sisa Pangan di Manggarai Barat. Magang dilakukan secara luring di kantor Garda Pangan di Surabaya.

 

Topik 5: Model Bisnis Berkelanjutan untuk Mengurangi Sisa Pangan melalui Pemberdayaan Masyarakat dan Rumah Maggot di Kota Bandung

Sampah merupakan salah satu masalah yang menjadi pekerjaan rumah besar bagi Kota Bandung. Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) oleh KLHK, timbulan sampah di Kota Bandung pada 2022 mencapai 581.876,52 ton atau setara dengan 2,86% timbulan sampah nasional, didominasi sisa makanan (44,52%) yang berasal dari rumah tangga (60%). Selain itu, salah satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang menampung sampah Kota Bandung, TPA Sarimukti, dinyatakan sudah overload (Media Indonesia, 2023). Pejabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi menyatakan bahwa produksi sampah Kota Bandung setiap hari sekitar 1.500 ton, sedangkan jumlah yang bisa diangkut Pemkot Bandung ke TPA hanya sebesar 1.200 ton (Humas Kota Bandung, 2023).

Merespons kondisi ini, pemerintah Kota Bandung melaksanakan program pembangunan hanggar maggot di 151 kelurahan di Kota Bandung dan menargetkan pengurangan sampah organik sebanyak 1 ton/bulannya (Humas Kota Bandung, 2023). Hal serupa juga dilakukan oleh komunitas Cika-Cika yang dibantu oleh kelompok pemuda “Amreta” dalam menginisasi pembentukan “Imah Maggot Bantaran”. Rumah maggot ini berada di daerah Dago Pojok, Kecamatan Dago, Kota Bandung dan telah melayani lebih dari 50 kepala keluarga di dua Rukun Tetangga (RT). Proses pengelolaannya sendiri telah mulai berjalan sejak 2024 dengan total sampah sisa makanan yang diolah hampir 3 ton. Rencananya, rumah maggot akan memperluas cakupan wilayah layanan dan memproduksi produk turunan maggot sembari memastikan kapasitas pengelolaan yang memadai untuk menjamin keberlanjutannya.

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama WRI Indonesia untuk membantu implementasi proyek Urban Futures (UF) di Kota Bandung. Secara khusus, finalis akan membantu pengelolaan harian rumah maggot, meliputi business development dan community engagement dalam upaya memperluas cakupan layanan sampah, bersama-sama dengan tim UF WRI Indonesia. Magang dilakukan secara luring dan daring di Kota Bandung.