Tujuan

WRI Indonesia berupaya untuk berkontribusi dalam mengatasi tantangan ketersediaan beras berkualitas di Bali dengan memperkuat manajemen rantai pasok dari petani hingga konsumen. Melalui pemanfaatan alat digital—seperti platform pemantauan yang aktual—inisiatif ini akan menciptakan rantai pasok beras yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan, serta menguntungkan petani dan konsumen. 

 

Di mana

Provinsi Bali 

 

Mengapa

Sistem pangan global dan Indonesia menghadapi tantangan serius akibat pertumbuhan populasi yang menyebabkan masalah lingkungan seperti deforestasi, emisi gas rumah kaca, pencemaran air, dan degradasi tanah. Meskipun ada kemajuan dalam produksi pertanian, banyak pekerja, terutama petani skala kecil, terus menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan kondisi kerja yang buruk.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan produksi beras menjadi 53.63 juta ton pada 2023, turun sebesar 1.12 juta ton (2.05%) dari 2022. Sementara itu, laporan dari Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa lahan sawah dikonversi sebesar 100,000 hektar setiap tahun. Pada Februari 2024, data dari Badan Pangan Nasional menunjukkan bahwa harga beras melonjak ke rekor tertinggi akibat peristiwa cuaca ekstrem dan pola musiman yang terganggu. Di Bali, sistem irigasi tradisional Subak menghadapi tantangan seperti perubahan penggunaan lahan, kompetisi untuk sumber daya air, perubahan sosial-ekonomi, dan regenerasi petani. Mendukung dan merevitalisasi sistem ini sangat penting untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional, keseimbangan ekologis, kesehatan tanah, dan ketahanan pangan komunitas.

Menanggapi tantangan ini, Forum Global tentang Transformasi Pertanian Digital 2022 di Denpasar menyoroti rencana ambisius Gubernur Bali untuk mentransformasi Bali menjadi “Pulau Organik”, sesuai dengan Peraturan Provinsi Bali Nomor 8 tahun 2019. Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi ketidakefisienan dalam rantai pasok beras Bali melalui perencanaan sumber daya yang lebih baik, mekanisme insentif, dan pengembangan infrastruktur. Strategi ini, yang dijelaskan dalam Pathway for Economic Transformation Kerthi Bali, berfokus pada modernisasi pertanian dan peningkatan infrastruktur digital, yang penting untuk mendukung pertanian organik dan mengintegrasikan tekonologi digital ke dalam sektor pertanian.

WRI Indonesia akan berkolaborasi dengan Universitas Udayana, CSIRO, komunitas Subak, pemerintah, dan organisasi lokal lainnya untuk memperkuat pengelolaan rantai pasok beras yang berkelanjutan di Bali. 

 

Bagaimana

Untuk mencapai tujuan proyek dalam pengembangan dan digitalisasi manajemen rantai pasok beras yang berkelanjutan di Provinsi Bali, WRI Indonesia dan beberapa pihak seperti Universitas Udayana, CSIRO, komunitas Subak, dan organisasi lokal mengambil langkah-langkah berikut: 

1. Membangun data dasar rantai pasok beras di Bali 

Kami memulai dengan melakukan tinjauan literatur yang komprehensif, diikuti dengan pengumpulan data primer dan analisis jaringan pemangku kepentingan yang inklusif. Selain itu, kami mengidentifikasi kesenjangan data dengan memastikan bahwa aspek Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial (GEDSI) terintegrasi dalam prosesnya. 

2. Mengembangkan platform digital untuk rantai pasok beras 

Kami membuat sistem informasi yang mudah digunakan, termasuk fitur-fitur untuk mengelola pasokan dan permintaan beras dengan perbaruan rutin. Selain itu, kami juga akan mengembangkan alat analisis dan algoritma untuk memantau pasokan beras dan menghasilkan wawasan yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan. 

3. Memperkuat keterlibatan pemangku kepentingan dan peningkatan kapasitas 

Kami menyelenggarakan lokakarya dan sesi berbagi pengetahuan yang dirancang untuk meningkatkan tata kelola rantai pasok beras melalui keterlibatan pemangku kepentingan dan peningkatan kapasitas. 

4. Melakukan analisis kebijakan dan merumuskan rekomendasi  

Kami menaruh fokus pada pengembangan laporan dan rekomendasi yang memprioritaskan GEDSI dalam manajemen rantai pasok beras, memastikan bahwa pertimbangan elemen ini menjadi sentral dalam perbaikan kebijakan. 

 

Mitra

  1. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
  2. Commonwealth Scientific and Industrial Research (CSIRO)