Tulisan ini awalnya dipublikasikan WRI Insights.

Bulan Desember lalu, 196 negara mengadopsi Perjanjian Paris yang bersejarah tentang perubahan iklim, menciptakan pakta universal pertama yang menempatkan dunia menuju masa depan tanpa emisi karbon dan tahan terhadap perubahan iklim.

Sejak itu, beberapa langkah konkret telah diambil dan kita juga dapat melihat beberapa contoh kemajuan yang signifikan pada tahun 2015. Banyak negara, kawasan, kota, dan pihak swasta turut mengambil bagian untuk membuat dunia pindah ke jalur yang tepat, yaitu menuju masa depan yang rendah karbon dan tahan terhadap perubahan iklim. Bersamaan dengan berkumpulnya para pemimpin dunia di New York pada 22 April untuk menandatangani Perjanjian Paris, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan refleksi kembali terhadap tanggapan dunia untuk menjawab tantangan perubahan iklim.

Tanda-Tanda Positif yang Tersebar di Seluruh Dunia

Investasi global di bidang energi terbarukan mencatat rekor tertinggi sebesar 286 miliar pada tahun lalu, lebih dari dua kali lipat komitmen investasi untuk pembangkit listrik bahan bakar fosil. Lebih dari setengah investasi energi terbarukan ini terjadi di negara berkembang, yang berdasarkan proyeksi akan berkontribusi pada sebagian besar pertumbuhan konsumsi energi di masa mendatang. Analisis International Energy Agency (IEA) mengindikasikan bahwa, selama dua tahun berturut-urut, emisi karbon dari sektor energi turun sementara laju pertumbuhan ekonomi tetap berjalan. Ini menandakan bahwa emisi karbon dapat dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi. Studi WRI menunjukkan bahwa dalam 15 tahun terakhir, 21 negara telah menurunkan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan perekonomian mereka pada saat yang sama.

Perkembangan Nasional

Kemajuan dalam penurunan emisi juga telah terbukti di beberapa negara. Di Tiongkok, konsumsi bahan bakar tahun 2015 turun untuk kedua kalinya berturut-turut, sedangkan investasi energi bersih menciptakan rekor baru pada angka 111 miliar dolar AS, menandakan peningkatan tahunan sebesar 17 persen. Pada bulan Maret, Tiongkok juga mengumumkan Rencana Lima Tahun ke-13, yaitu cetak biru pembangunan ekonomi dan sosial untuk lima tahun ke depan, yang memaparkan target dan langkah-langkah untuk memenuhi target Perjanjian Paris.

data Photo Credit: Alexandre Maros via Compfight cc

Rencana tersebut menyertakan target bagi Tiongkok untuk menurunkan intensitas emisi karbon sebesar 48 persen pada 2020 dari total emisi tahun 2005, melebihi target penurunan awal sebesar 40-45 persen pada 2020. Cetak biru ini akan segera menjadi aksi nyata, karena Tiongkok sudah mengumumkan arahan baru untuk membatasi pembangunan pembangkit listrik berbasis batu bara dan meningkatkan produksi energi terbarukan. Visi Tiongkok akan perekonomian yang lebih lestari berdasarkan jasa, inovasi, dan pabrik yang lebih maju dan efisien mulai terlaksana: sektor jasa sekarang berkontribusi pada lebih dari setengah pendapatan bruto dan terus meningkat dengan laju yang lebih cepat daripada produksi pabrik.

India yang juga berambisi menuju pembangunan yang berkelanjutan, adalah salah satu dari 10 negara yang berinvestasi di energi terbarukan pada 2015, dengan investasi sebesar lebih dari 10.2 miliar dolar AS, 22 persen lebih besar dari tahun sebelumnya. Tahun ini, Menteri Energi Baru dan Terbarukan India menyetujui enam proyek taman surya baru. Terdapat 33 taman surya yang sedang dibangun di 21 negara bagian di India. Secara keseluruhan, taman surya ini akan memberikan kapasitas penyediaan listrik sebesar 19.9 gigawatt (GW), mendorong India secara perlahan menuju target pembangkit listrik surya fotovoltaik berkapasitas 100 GW pada 2022.

Amerika Serikat juga membuat kemajuan yang penting. Dua pertiga dari seluruh pembangkit listrik yang baru dibangun di AS pada tahun 2015 berasal dari pembangkit surya dan angin, dan tidak ada pembangkit listrik berbasis batu bara baru yang akan dibangun tahun ini. Pada bulan Februari, 17 gubernur dari partai Republik dan Demokrat berjanji untuk mempercepat upaya AS untuk meningkatkan energi terbarukan, membangun jaringan listrik yang lebih baik, dan menurunkan emisi dari transportasi, yang menunjukkan adanya perubahan pendapat di antara masyarakat AS. Pemungutan suara akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa jumlah masyarakat Amerika yang melihat pemanasan global sebagai sebuah ancaman mencapai rekor baru. Upaya untuk mendukung adaptasi terhadap perubahan iklim juga terus berkembang, bersamaan dengan pengumuman Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat baru-baru ini terkait komitmen AS sekitar 5 juta dolar AS untuk membantu Kepulauan Virgin AS dalam membangun ketahanan perubahan iklim.

Dividen Internasional

Kepemimpinan AS juga membuka jalan di dunia internasional. Dalam sebuah pernyataan bersama, AS dan Kanada berkomitmen untuk menurunkan secara signifikan emisi metana dari sektor minyak dan gas bumi yang ada pada saat ini, sebesar 40-45 persen pada tahun 2025 di bawah level tahun 2015. Tiga minggu kemudian, Presiden Barack Obama dan Presiden Xi Jinping dari Tiongkok berkomitmen untuk secara formal bergabung dalam Perjanjian Paris sesegera mungkin pada tahun ini. Kedua negara tersebut merepresentasikan 38 persen emisi gas rumah kaca global menurut UNFCCC, lebih dari setengah prasyarat yang dibutuhkan untuk membuat Perjanjian Paris dapat berlaku, yaitu 55 persen emisi global dunia. Fakta bahwa dua negara penghasil emisi terbesar ini berkomitmen untuk menurunkan emisinya mengirimkan sinyal yang kuat kepada negara-negara lain untuk secara formal mengikuti kelompok yang berkomitmen menurunkan emisi karbon global. (Implementasi Perjanjian Paris juga membutuhkan paling sedikit 55 negara sebagai penanda tangan perjanjian tersebut.)

Negara-negara lain juga sudah mulai melakukan aksi melawan perubahan iklim. Maroko baru-baru ini menjalankan tahap pertama pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis tenaga surya yang terkonsentrasi, dan ini akan menjadi pembangkit listrik berbasis tenaga surya terbesar di dunia. Berkat Lelang Energi Bersih pertama di Meksiko, tenaga surya di negara tersebut diproyeksikan meningkat sebesar 521 persen tahun ini. Kebijakan perubahan iklim nasional Tonga, sebuah negara kepulauan Pasifik, juga menargetkan 100 persen energi terbarukan dan 30 persen lahan untuk wanatani atau kehutanan pada 2035. Argentina dan Indonesia bermaksud untuk meningkatkan target pengurangan emisi pada rencana iklim nasional mereka, sedangkan Papua Nugini menjadi negara pertama yang mengajukan Kontribusi Nasional yang Diniatkan (Nationally Determined Contribution). Fiji, Kepulauan Marshall, Palau, Tuvalu, dan Swiss telah menyelesaikan proses persetujuan dalam negeri mereka untuk secara formal untuk bergabung dalam Perjanjian Paris pada 22 April.

Bantuan kepada negara berkembang akan menjadi penting untuk mewujudkan potensi kumulatif seluruh rencana iklim nasional. Mengenai hal tersebut, Bank Dunia belakangan ini telah mengadopsi rencana aksi iklim yang akan membantu negara dalam memenuhi komitmen mereka pada Perjanjian Paris.

Kota, Bisnis, dan Lainnya

Momentum sedang berkembang di berbagai kota, wilayah, sektor bisnis, kelompok masyarakat sipil, serta inisiatif kerja sama. Sejak pertemuan di Paris bulan Desember, lebih dari 500 komitmen baru telah tercatat di sebuah database yang menelusuri komitmen iklim oleh aktor bukan negara. Komitmen tersebut mencakup partisipasi yang meningkat oleh kota melalui Compact of Mayors dan Covenant of Mayors dan oleh sektor bisnis melalui Peduli Iklim, inisiatif PBB untuk kepemimpinan sektor swasta dalam perubahan iklim.

Kota, negara, dan kawasan telah mengambil tindakan yang signifikan tahun ini. San Diego, California, berencana membuat transisi menuju 100 persen energi terbarukan pada 2035, sedangkan Oregon mengesahkan legislasi untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar berbasis batu bara dan meningkatkan energi terbarukan hingga 50 persen pada 2040. Di Australia, kota Adelaide berkomitmen untuk menjadi kota netral karbon pertama di dunia. Mato Grosso do Sul, negara bagian keenam terbesar di Brazil, juga mengumumkan upayanya untuk menjadi negara bagian yang netral karbon.

Sektor bisnis, perbankan, dan investor juga turut meningkatkan peran aksi iklim mereka. Microsoft bermitra dengan Virginia dan Dominion Virginia Power untuk berinvestasi dalam proyek energi surya 20 Megawatt. Crédit Agricole, salah satu kelompok perbankan terbesar di Eropa, belakangan ini mengemukakan tujuannya untuk mencapai 100 persen energi terbarukan dalam operasi globalnya pada akhir 2016. TATA Motor dari India dan Hewlett-Packard, perusahaan raksasa di bidang teknologi AS, adalah beberapa anggota baru inisiatif RE100 sejak diskusi di Paris, yang berjanji untuk mencapai 100 persen energi terbarukan. Sebuah konsorsium institusi keuangan yang dipimpin oleh Bank Amerika telah menjanjikan 8 miliar dolar AS untuk meningkatkan investasi perubahan iklim.

Membangun Momentum

Lebih dari 130 pemerintah diharapkan akan menandatangani Perjanjian Paris tentang perubahan iklim pada Hari Bumi tahun ini. Negara-negara diharapkan untuk secara formal bergabung dalam Perjanjian Paris pada bulan-bulan berikutnya, karena ini menawarkan kesempatan bagi negara untuk menerjemahkan komitmen mereka menjadi sebuah aksi nyata. Komitmen dan aksi nyata tersebut sangat penting untuk memberikan planet kita kesempatan dalam membatasi pemanasan global dan menghindari efek terburuk dari perubahan iklim.