
Kegiatan Produksi Utama Dalam Perikanan Budidaya: Risiko Dan Langkah Menuju Keberlanjutan
Artikel ini sebelumnya diterbitkan di trenlaut.id pada 9 September 2019.
Makanan laut merupakan salah satu sumber protein utama bagi sebagian besar populasi di bumi. Sebagai produsen makanan laut melalui perikanan budidaya terbesar ketiga di dunia, Indonesia menetapkan target yang tinggi di sektor perikanan (dari 8% PDB di tahun 2017 menjadi 11% di tahun ini). Dalam memenuhi target tersebut, Indonesia berencana untuk mengembangkan sektor perikanan budidaya sebagai jawaban atas penurunan produksi perikanan tangkap. Artikel ini menjelaskan kegiatan produksi utama perikanan budidaya, yaitu Pembenihan, Budidaya, Produksi Pakan dan Pengolahan.
Pembenihan
Fasilitas pembenihan secara selektif membiakkan induk (broodstock) untuk menghasilkan benih serta membesarkan dan memelihara benih tersebut hingga siap didistribusikan ke peternakan. Udang vannamei merupakan hasil laut yang benihnya banyak didistribusikan di Indonesia. Lebih dari 70% benih yang didistribusikan secara nasional pada tahun 2017 merupakan udang Vannamei. Angka ini menunjukkan tingginya permintaan atas spesies tersebut di Indonesia.
Baik secara kuantitas maupun kualitas, ketersediaan benih sangat penting untuk kegiatan perikanan budidaya. Saat ini terjadi penurunan dalam kuantitas benih yang didistribusikan ke peternakan. Hal ini disebabkan oleh fasilitas pembenihan yang terbatas, jarak yang jauh antara lokasi pembenihan dan peternakan serta meningkatnya harga kargo udara hingga dua kali lipat.
Dari segi kualitas, benih berkualitas rendah sangat rentan terhadap wabah penyakit, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produksi hasil laut. Manajemen pembenihan yang buruk seperti praktik silang dalam (in-breeding) akan menurunkan kualitas benih dan mengurangi ketahanan mereka terhadap patogen tertentu (SPR). Untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi tentunya diperlukan induk dengan kualitas yang tinggi juga. Vannamei, contohnya. Di tahun 2019, hampir 100% anggota Shrimp Club Indonesia mengimpor induk vannamei dari Hawaii untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang lebih baik. Meskipun begitu, induk yang diimpor masih perlu diawasi untuk memastikan tidak adanya penyakit dan patogen.
Produksi Pakan
Spesies perikanan budidaya bergantung pada pakan agar dapat tumbuh dengan baik dan efektif. Sayangnya, kendala biaya masih sering menjadi penghambat. Biaya produksi perikanan budidaya didominasi oleh pakan (dapat mencapai 60-70%). Di Indonesia, harga pakan yang tinggi disebabkan oleh penggunaan bahan baku impor.
Bahan baku impor biasanya memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah ditelusuri ke sumbernya sehingga lebih disukai untuk pakan. Salah satu syarat untuk ekspor hasil laut adalah sertifikasi yang memastikan hasil laut tersebut berasal dari sumber yang bertanggung jawab, termasuk pakan dan bahan bakunya. Sayangnya, bahan baku domestik seringkali tidak memenuhi persyaratan tersebut, inilah mengapa, 90% bahan baku pakan untuk komoditas ekspor udang vannamei masih diimpor.
Karena ketergantungan pada bahan baku impor untuk pakan, Indonesia rentan terhadap fluktuasi pasar dunia. Oleh karenanya, kita perlu mengidentifikasi dan mempromosikan pakan perikanan budidaya domestik. Meskipun pemerintah telah melakukan Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari), jumlah pakan berkualitas tinggi yang dihasilkan melalui Gerpari belum cukup. Untuk itu, kita perlu mengeksplorasi pendekatan dan strategi yang lebih berkelanjutan seperti pengembangan industri bahan baku pakan domestik sambil memastikan bahwa asal bahan tersebut dapat dengan mudah ditelusuri.
Budidaya
Lokasi budidaya merupakan tempat benih tumbuh menjadi spesies dewasa. Sayangnya, pengembangan lokasi budidaya menjadi salah satu penyebab degradasi lingkungan. Udang yang menjadi penyumbang nilai terbesar dalam produksi perikanan budidaya, contohnya. Pengembangan tambak udang mengakibatkan degradasi ekosistem pesisir skala besar (seperti bakau). Indonesia mencatatkan tingkat degradasi bakau tercepat di dunia yang terutama disebabkan oleh konversi lahan menjadi tambak udang.
Saat ini, analisis dampak lingkungan (AMDAL) hanya disyaratkan untuk lokasi budidaya dengan luas lebih besar dari 50 hektar. Lokasi budidaya berukuran 5 sampai 50 hektar hanya diharuskan mendapatkan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) karena dampak lingkungannya yang dianggap rendah. Sementara yang lebih kecil dari 5 hektar tidak memiliki persyaratan penilaian lingkungan sama sekali. Penilaian lingkungan tersebut penting bagi peternakan untuk memastikan keberlanjutannya tanpa merusak lingkungan. Lokasi budidaya yang lebih kecil juga berpotensi menjadi ancaman bagi lingkungan karena lahan pembudidaya kecil yang biasanya tidak lebih dari 5 hektar.
Pengolahan
Karena sifat produk perikanan yang mudah rusak, diperlukan teknik penanganan dan pengawetan yang memadai untuk menjaga kualitas dan nutrisi produk. Oleh karena itu, fasilitas pengolahan menjadi sangat penting.
Unit pengolahan perikanan bergantung pada berbagai infrastruktur, terutama listrik. Kurangnya listrik di beberapa bagian di Indonesia menghambat pengembangan industri pengolahan, sehingga pengembangan fasilitas tersebut terpusat di Pulau Jawa. Karena sebagian besar fasilitas berlokasi di Pulau Jawa, jarak antara peternakan dan fasilitas pengolahan menjadi semakin jauh. Kementerian Kelautan dan Perikanan menarik investor dan donor untuk meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan ikan, seperti perjanjian di Sulawesi Utara yang berhasil memperlihatkan pembangunan yang baik di sektor kelautan dan perikanan serta situasi sosial yang memadai. Untuk memperkuat upaya tersebut, pemerintah perlu membangun infrastruktur yang diperlukan, terutama listrik.
Perikanan budidaya memiliki peran penting di Indonesia. Pengelolaan yang baik atas empat kegiatan produksi perikanan budidaya tersebut sangat penting untuk memastikan pertumbuhan perikanan budidaya di Indonesia secara berkelanjutan. Tentunya, upaya ini memerlukan perubahan sistem produksi, investasi yang lebih besar dan kebijakan yang lebih baik untuk melindungi sektor ini dari risiko ekonomi dan lingkungan.