Sebuah studi baru di Science Advances mengungkapkan bahwa sejak tahun 2000, total kawasan lanskap hutan utuh (intact forest landscape atau IFL) dunia, yakni bentangan hutan belantara yang luas dan utuh yang sebagian besar tidak terganggu oleh aktivitas manusia, telah menurun hingga 7,2 persen. Hal tersebut cukup menyedihkan mengingat IFL merupakan komponen utama dalam memitigasi perubahan iklim global.

Berikut ini adalah tiga cara untuk melindungi lanskap hutan utuh yang dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memicu perubahan iklim.

1. IFL Mengandung Sepertiga dari Semua Karbon yang Tersimpan di Pohon

Analisis data Global Forest Watch mengungkapkan bahwa 29 persen dari karbon yang tersimpan di dalam pohon di seluruh dunia terkonsentrasi di dalam kawasan IFL. Pohon-pohon yang berada pada kawasan tropis sangat kaya akan karbon dan menyimpan sebanyak 23 persen karbon dari total yang tersimpan di dalam pohon di seluruh dunia, meskipun luas kawasannya hanya sebesar 13 persen dari total luas hutan dunia. Hal ini dikarenakan lanskap yang utuh menyimpan karbon dengan jumlah rata-rata per hektar hampir tiga kali lebih besar dari pada hutan non IFL yang telah terganggu akibat adanya pengembangan, penebangan, atau aktivitas manusia lainnya. Dengan demikian IFL dapat menyimpan emisi GRK sebanyak jumlah yang dihasilkan oleh manusia selama 10 tahun.

Meskipun IFL tropis memiliki fungsi yang sangat penting dalam penyimpanan karbon, luasannya kini tengah menyusut pesat. Hampir 60 persen dari penurunan luas IFL (akibat deforestasi, degradasi dan/atau fragmentasi) yang tercatat antara tahun 2000 dan 2013 terjadi di kawasan tropis dengan laju kehilangan hutan pada IFL meningkat tiga kali lipat antara tahun 2001-2003 dan 2011-2013. Karena pohon pada lanskap ini secara signifikan menyimpan karbon lebih banyak, maka deforestasi dan degradasi pada lanskap tersebut akan menyebabkan dampak emisi GRK global yang lebih besar dari pada hutan lainnya.

Penebangan untuk keperluan industri diketahui menjadi pemicu menurunnya kawasan IFL di seluruh dunia. Pembangunan jalan baru di dalam hutan yang masih utuh, terutama di kawasan tropis dapat memicu terjadinya perubahan pemanfaatan lahan dan emisi yang terkait, mis. tebang pilih pada pohon-pohon besar (serta kuantitas karbon yang disimpan dalam jumlah besar di dalam pohon tersebut) mengakibatkan hutan lebih rentan terhadap kekeringan dan kebakaran. Jalan yang dibangun tersebut juga meningkatkan akses menuju hutan yang telah terdegradasi tersebut sehingga akan lahan tersebut menjadi lebih mudah dibuka untuk tujuan pertanian atau tanaman industri monokultur, seperti misalnya kelapa sawit yang memiliki kapasitas penyimpanan karbon lebih rendah. Akibat yang ditimbulkan adalah hilangnya hampir semua pohon yang ada dan penurunan jumlah karbon tanah sehingga meningkatkan emisi.

2. IFL Menyerap Satu per Lima Emisi yang Diakibatkan Manusia Setiap Tahun

Selain menyimpan karbon yang terakumulasi selama berabad-abad, IFL juga memitigasi peningkatan suhu global dengan menyerap sekitar 20 persen emisi tambahan yang dihasilkan oleh manusia setiap tahunnya. Deforestasi dan degradasi pada IFL mendorong peningkatan emisi dalam jangka pendek dan melemahkan fungsi penyerap karbon global yang mencegah karbon dioksida pemerangkap panas ada di atmosfer.

Hutan tropis utuh menyerap karbon dari atmosfer setiap tahun dengan semua hutan jumlah yang sama banyak dengan boreal dan hutan musim lainnya jika digabungkan. Pohon tua (seperti yang ada di dalam IFL) sebelumnya dinilai tidak lagi dapat mengakumulasikan karbon lebih banyak dari yang dilepaskan, akan tetapi, penelitian terbaru membuktikan bahwa pohon-pohon tersebut tetap menyerap karbon bahkan hingga umurnya menua. Selain itu, setiap inci (atau setiap sentimeter) pertumbuhan diameter pohon-pohon besar mengakumulasi lebih banyak karbon dari pada pohon-pohon kecil. Dengan demikian, konservasi terhadap pohon-pohon tua dapat membawa keuntungan besar bagi stabilisasi iklim global.

Perjanjian Paris secara eksplisit mengajak negara-negara untuk melakukan konservasi dan meningkatkan penyerap dan penyimpan karbon sebagai bagian dari komitmen mereka untuk memitigasi perubahan iklim. Perlindungan terhadap IFL akan menjadi salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan negara untuk mencapai tujuan ini.

3. IFL Mengandung Lebih dari Setengah dari Permafost Arktik

Banyak IFL boreal yang terdapat pada lapisan tanah yang membeku secara permanen atau permafrost, yang sebagian besar ditemukan di wilayah Arktik. Para ilmuwan memperkirakan bahwa jumlah karbon yang tersimpan di dalam permafrost lebih besar dari pada jumlah karbon yang ada di atmosfer saat ini.

Suhu rata-rata tahunan wilayah Arktik meningkat pesat, sehingga memicu terjadinya pencarian yang sangat cepat pada permafrost. Jika permafrost mencair, maka karbon yang disimpan di dalamnya akan terlepas ke atmosfer sebagai metana, yakni GRK yang 20 kali lebih kuat dibandingkan dengan karbon dioksida. Emisi yang dihasilkan dari mencairnya permafrost tidak dimasukkan dalam perhitungan model perkiraan global, saat ini, sehingga bisa jadi kita lebih jauh dari pencapaian tujuan iklim global dari apa yang diperkirakan sebelumnya.

data Methane bubbles up from an Arctic boreal lake in Alaska. Photo by NASA Goddard/YouTube

Pepohonan yang berada di dalam IFL Arktik mampu menyerap cukup karbon sehingga dapat dijadikan penyerap karbon netto di wilayah tersebut.

Hutan Utuh dan Perjanjian Paris

Demi mencapai tujuan Perjanjian Paris dalam menurunkan emisi dari kegiatan ekonomi, negara-negara di dunia (atau sebagian di antaranya) harus mengelola hutan dan (khususnya) IFL dengan lebih baik lagi untuk menurunkan emisi dan meningkatkan penyerap karbon global. Selama berabad-abad, IFL telah mengakumulasi karbon dalam jumlah yang sangat besar, dan mitigasi iklim yang kita upayakan harus menerapkan pendekatan jangka panjang yang sama untuk perlindungan IFL tersebut. Meskipun upaya restorasi merupakan hal yang penting, restorasi hanya dapat memulihkan sebagian dampak iklim yang diakibatkan oleh hilangnya IFL. Negara-negara yang memiliki IFL harus menjadikan konservasi terhadap sumber daya vital tersebut sebagai suatu prioritas dalam melawan perubahan iklim.