Setiap siang, penduduk Desa Nubahaeraka, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, harus berjalan kaki sejauh dua kilometer ke sumber air panas di lereng bukit untuk mandi, mencuci baju dan mengisi kendi dan wadah air. Seperti daerah pedesaan lain di Lembata yang berbukit dan kering, akses air di Nubahaeraka juga terbatas.

Meskipun sebagian besar rumah di Nubahaeraka memiliki toilet pribadi, ketersediaan fasilitas pengolahan limbah masih kurang. Akibatnya, polutan kimiawi dari berbagai produk rumah tangga dan perawatan pribadi yang dikonsumsi penduduk setempat menggenang di mana-mana, mencemari saluran pembuangan kotoran. Dengan asumsi pemakaian air penduduk desa rata-rata 15 liter per hari, setiap tahunnya Nubahaeraka bisa menghasilkan 1.893 m3 limbah air domestik atau hampir dua kali lipat volume air Danau Segara Anak di Gunung Rinjani.

<p>Ritual siang penduduk Desa Nubahaeraka. Foto: Dimas Fauzi/ WRI Indonesia</p>

Ritual siang penduduk Desa Nubahaeraka. Foto: Dimas Fauzi/ WRI Indonesia

<p>Sampah di sekitar sumber air panas dekat Nubahaeraka. Foto: Dimas Fauzi/ WRI Indonesia</p>

Sampah di sekitar sumber air panas dekat Nubahaeraka. Foto: Dimas Fauzi/ WRI Indonesia

Saluran pembuangan air air yang tidak diolah dapat membahayakan hewan, tanaman pertanian dan kesehatan manusia. Sebagian besar limbah air domestik mengandung komponen kimia dan unsur hara berlebih seperti fosfat, nitrat dan amonium yang mengakibatkan penipisan oksigen (eutrofikasi) dalam badan air, sehingga berpengaruh pada ekosistem perairan. Ditambah lagi dengan limbah dari kotoran manusia yang mengandung bakteri dan virus dan dapat menularkan penyakit melalui air.

Nubahaeraka bukanlah satu-satunya daerah yang mengalami masalah air. Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, baru 54 persen penduduk desa yang memiliki akses kepada sanitasi yang layak. Di samping itu, menurut laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015, limbah air domestik telah mencemari 68 persen sungai Indonesia. Lebih parah lagi di pedesaan dan perkotaan di bagian hilir, di mana terjadi akumulasi polutan kimiawi yang berasal dari hulu. Maka dari itu, mitigasi degradasi lingkungan dari polusi limbah air domestik sangatlah penting, terutama dari desa-desa yang berada di hulu.

<p>Ilustrasi: Adelina Chandra/WRI Indonesia</p>

Ilustrasi: Adelina Chandra/WRI Indonesia

Langkah-Langkah Menuju Akses Air dan Sanitasi yang Layak

Secara global, masalah air dan sanitasi telah dibahas baik dalam Tujuan Pembangunan Milenium maupun Berkelanjutan (MDGs dan SDGs). Pemerintah Indonesia juga memuat poin akses air bersih dan sanitasi layak dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) di mana akses sanitasi diharapkan mencapai target 100% pada tahun 2019.

Seperti kasus Desa Nubahaeraka, polusi limbah air bukan hanya diakibatkan oleh kurangnya fasilitas pengolahan limbah air, namun juga kurangnya akses air bersih bagi penduduk desa. Mereka terpaksa mendatangi sumber air untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sehingga pada akhirnya justru mencemari badan air.

Dalam kondisi ini, infrastruktur air bersih seperti pengolahan air sederhana (seperti saringan air) dan sistem distribusi (seperti pemipaan ke daerah pemukiman) harus tersedia. Memastikan ketersediaan infrastruktur air bersih akan mengurangi kegiatan rumah tangga di sumber air langsung, sehingga turut mengurangi risiko degradasi lingkungan di sepanjang badan air. Begitu masyarakat memiliki akses air bersih, fasilitas sanitasi dan pengolahan limbah air dasar juga harus segera dibangun di sekitar daerah pemukiman.

Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan berbagai intervensi sanitasi, seperti Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di wilayah pedesaan di seluruh negeri. Inisiatif PAMSIMAS bertujuan untuk menyediakan akses air minum dan sanitasi berbasis masyarakat serta membangun fasilitas pengelolaan limbah. Namun demikian, PAMSIMAS tidak selalu berhasil dalam menangani masalah pengolahan limbah air domestik. Salah satu penyebabnya adalah fokus PAMSIMAS pada akses air, pemberantasan kebiasaan buang air besar sembarangan serta cara mencuci tangan yang benar.

<p>Contoh Fasilitas PAMSIMAS. Sumber: http://jurnalmadani.com/assets/berita/18233767990-ilustrasi_3.jpg</p>

Contoh Fasilitas PAMSIMAS. Sumber: http://jurnalmadani.com/assets/berita/18233767990-ilustrasi_3.jpg

Sebuah Pendekatan dari Bawah

TKeberhasilan semua intervensi terkait sanitasi, termasuk PAMSIMAS, bergantung pada kesadaran masyarakat untuk memelihara kebiasaan sanitasi dan kebersihan yang layak, terutama karena pendekatan perubahan perilaku yang diterapkan dalam programnya.

Dalam pendekatan perubahan perilaku, masyarakat perlu diinformasikan mengenai komponen yang terkandung pada air yang belum diolah. Hasil studi WRI menemukan bahwa meskipun ada peraturan keterbukaan yang berlaku, informasi mengenai polusi air di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya masih sangat terbatas. Untuk itu, perubahan perilaku bisa dimulai dari sosialisasi polusi air secara proaktif.

Informasi tersebut dapat disebarkan melalui fasilitas umum yang tersedia di desa, seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu), pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan balai desa. Selain itu, diperlukan juga peran proaktif tokoh setempat, seperti bidan, fasilitator kesehatan dan pimpinan daerah sesuai adat istiadat setempat, untuk menyosialisasikan polusi air dan pentingnya pengolahan limbah air domestik kepada masyarakat. Peran mereka juga dibutuhkan untuk memetakan masalah limbah air domestik dalam agenda dan anggaran pemerintah desa, salah satunya menggunakan skema Dana Desa.

Perlindungan lingkungan dari polusi limbah air domestik merupakan sebuah upaya kolaboratif yang membutuhkan dukungan kuat berkelanjutan dari seluruh pihak terkait, terutama pada tingkat daerah. Lebih dari itu, upaya tersebut akan lebih efektif jika perubahan dimulai dari lapisan bawah. Jika kita peduli terhadap situasi limbah air di Nubahaeraka dan desa-desa lain di Indonesia, mari kita terapkan kebiasaan sanitasi dan kebersihan yang benar dalam kehidupan sehari-hari! Sebarkan juga informasi mengenai pentingnya perlindungan sumber air melalui pengelolaan sanitasi dan limbah air yang efektif!