Artikel ini awalnya dipublikasikan di thejakartapost.com

Kebiasaan Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo memberikan sepeda kepada beberapa pelajar, bahkan pejabat pemerintah di Indonesia, telah menjadi ciri khas. Akan tetapi, sudahkah pemerintah kita menyediakan infrastruktur yang aman bagi pesepeda?

Yogyakarta adalah salah satu dari beberapa kota di Indonesia yang mendorong kegiatan bersepeda ke tempat kerja dan sekolah melalui program SEGO SEGAWE. Program yang diluncurkan pada tahun 2008 ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas udara, menghemat energi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Ironisnya, meskipun tujuannya baik, awal tahun ini terjadi tabrakan dengan sepeda motor yang merenggut nyawa Sigit Haryanta, seorang pesepeda yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kejadian nahas ini merupakan sebuah peringatan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat terjadi kepada siapa saja tak peduli latar belakangnya, termasuk pembuat kebijakan. Kejadian ini merupakan kesempatan untuk mengevaluasi keselamatan jalan di Indonesia bagi para pesepeda.

Pesepeda sebagai pengguna jalan cukup rentan, terlebih dibandingkan dengan pengemudi kendaraan bermotor. Laporan singkat EMBARQ-WRI berjudul “Saving Lives with Sustainable Transport” membuktikan bahwa tingkat cedera dan kematian cenderung lebih rendah jika kegiatan bersepeda lebih tinggi, tidak hanya bagi pesepeda, tetapi juga pengguna jalan lainnya. Penelitian P. L. Jacobsen menunjukkan bahwa pengendara mobil biasanya berperilaku lebih baik jika jumlah pesepeda dan pejalan kaki lebih tinggi, sehingga dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas.

Kopenhagen, di mana 32 persen dari transportasi menggunakan sepeda, mengalami penurunan tingkat cedera dan kematian pesepeda per kilometer. Sebagai tambahan, berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Transport & Health, Amsterdam mengalami penurunan jumlah kecelakaan lalu lintas sebesar 67 persen antara tahun 1980 dan 2011 ketika persentase kegiatan bersepeda di sana meningkat.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pesepeda tidak murni disebabkan oleh jumlah kegiatan bersepeda, namun juga oleh infrastruktur untuk bersepeda. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa risiko kecelakaan lebih rendah bagi pesepeda di jalur khusus dibandingkan pesepeda di jalan umum.

Jalur khusus sepeda seperti yang disediakan oleh pemerintah Kopenhagen telah terbukti mendukung kegiatan bersepeda yang lebih aman, nyaman dan cepat. Selain memastikan keselamatan, jalur sepeda yang terlindungi juga berperan meningkatkan penggunaan sepeda. Studi yang dilakukan oleh Portland State University di kota-kota di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pembangunan jalur sepeda yang terlindungi dapat meningkatkan jumlah pesepeda sebesar 21 hingga 171 persen.

Sayangnya, hampir semua negara berkembang menghadapi situasi sebaliknya dari Amsterdam dan Kopenhagen. Penggunaan kendaraan bermotor pribadi meningkatkan tantangan keselamatan lalu lintas. Sebagai contoh, tingginya jumlah sepeda motor di Vietnam mengakibatkan tingkat kematian dan cedera lalu lintas yang cukup tinggi.

Indonesia juga mengalami masalah serupa. Berdasarkan data Kepolisian Nasional, kecelakaan sepeda motor mencapai 72 persen dari seluruh kecelakaan lalu lintas di Indonesia karena penggunaan sepeda motor yang tinggi. Di sisi lain, penggunaan sepeda di Indonesia masih sangat rendah di tingkat 2,3 persen dari keseluruhan moda transportasi. Karena kurangnya infrastruktur serta tingginya mobilitas dan risiko bagi pesepeda, sepeda menjadi kurang menarik dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.

Walaupun demikian, Indonesia masih dapat meningkatkan volume kegiatan bersepeda. Penggunaan sepeda dapat mulai ditingkatkan untuk jarak tempuh pendek (2,5-5 km), seperti yang dilakukan di Amsterdam dan Kopenhagen. Mengingat tingginya urbanisasi di sebagian besar kota di Indonesia, infrastruktur sepeda perlu diintegrasikan dengan transportasi publik untuk mengakomodasi jarak tempuh yang lebih panjang.

Melihat kesempatan ini, para wali kota dari kota-kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surakarta telah membangun jalur sepeda sepanjang 5-10 km. Di masa mendatang, infrastruktur sepeda harus dibangun lebih baik untuk memastikan keselamatan pesepeda.

Masyarakat juga berperan penting dalam mendorong pemerintah untuk menyediakan infrastruktur sepeda yang aman. Masyarakat di Belanda secara aktif meminta pemerintah untuk menyediakan infrastruktur sepeda ketika jumlah kematian pesepeda akibat tabrakan dengan kendaraan bermotor meningkat tinggi di tahun 1972. Di Indonesia, kampanye atau edukasi masyarakat tentang penggunaan sepeda sudah mulai dilakukan oleh beberapa kelompok. Sayangnya, sebagian besar kampanye masih berfokus pada kegiatan bersepeda sebagai kegiatan di waktu luang. Membiasakan kegiatan bersepeda dalam kehidupan sehari-hari masih harus dilakukan oleh penggemar sepeda di negara ini.

Kecelakaan lalu lintas yang selalu menghantui para pengguna jalan yang rentan seperti pesepeda tidak boleh dibiarkan. Adanya Hari Bebas Kendaraan Bermotor yang memberikan satu hari bagi pesepeda untuk bersepeda dengan aman juga tidak seharusnya membuat kita puas.

Perubahan sudut pandang masyarakat dan pemerintah memberikan harapan akan adanya perbaikan infrastruktur bersepeda dan peningkatan penggunaan sepeda. Jaringan bersepeda yang terintegrasi dengan transportasi umum dan infrastruktur yang lebih aman harus disediakan untuk meningkatkan penggunaan sepeda.

Perlu waktu lama untuk menjadikan sepeda moda transportasi utama. Akan tetapi, kita harus mulai berusaha meningkatkan penggunaan sepeda dan menurunkan tingkat kematian dan cedera lalu lintas.