WRI Indonesia melalui program Smallholder Hub, yang didukung oleh Unilever, menyelenggarakan kegiatan pelatihan terkait gender, pengembangan bisnis, dan mata pencaharian alternatif di Kabupaten Kampar, dan Rokan Hulu, Provinsi Riau pada 19-25 Januari 2025 lalu. Pelatihan  ini menargetkan 1.500 petani dari 3 Koperasi Unit Desa (KUD) petani sawit, yaitu ICS FPS Sei Garo dan ICS Kusuma Bakti Mandiri yang berlokasi di Kabupaten Kampar, serta ICS KUD Intan Makmur yang berlokasi di Kabupaten Rokan Hulu. Diakumulasi dengan 1.000 petani di Kabupaten Siak yang telah mendapatkan pelatihan dari ASOFA sebelumnya, pelatihan ini telah menjangkau 2.500 petani.

Karena beragam aktivitas fisik di dalamnya  seperti pembukaan lahan, pemanenan, dan pengantaran Tandan Buah Segar (TBS) hasil panen, perkebunan sawit dikenal sebagai sektor yang didominasi oleh tenaga kerja laki-laki. Kesempatan bagi perempuan pada umumnya lebih terbatas pada pekerjaan yang dianggap lebih ringan, seperti aktivitas penyiangan dan pemupukan, yang berupah lebih rendah. Pada banyak koperasi petani sawit swadaya, posisi kepemimpinan juga didominasi oleh laki-laki, sehingga suara kelompok perempuan sering kali dikesampingkan dalam proses pengambilan keputusan.

“Aktivitas di perkebunan sawit umumnya merupakan pekerjaan yang mengandalkan kemampuan fisik, sehingga perempuan hanya mendapat kesempatan yang terbatas, seperti sebagai petugas data entry. Melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan ini, program Smallholder Hub mendukung perempuan untuk terlibat aktif dan memainkan peran yang lebih strategis dalam kegiatan koperasi. Saat ini, peran penting seperti pengelolaan keuangan di ICS sudah banyak diisi oleh perempuan,” tutur Erma Liza, District Coordinator Kabupaten Kampar Smallholder Hub WRI Indonesia.

Pelatihan gender bertujuan untuk meningkatkan kesadaran petani sawit swadaya akan pentingnya kesetaraan kesempatan dalam proses pengambilan keputusan di KUD. Pelatihan ini menekankan peran perempuan pada koperasi petani sawit swadaya yang inklusif, sehingga dengan adanya perspektif yang berimbang, maka dapat memperkuat fungsi dan tata kelola koperasi. Selain mengadakan kegiatan formal seperti pelatihan dan pendampingan koperasi, WRI Indonesia juga melakukan pendekatan informal dengan menyisipkan sosialiasi topik gender pada kegiatan sosial masyarakat seperti arisan dan wiridan yang diadakan di rumah warga.

Peserta menggambar gender image laki-laki dan perempuan pada sesi topik gender

Pelatihan gender juga relevan dengan tujuan program Smallholder Hub untuk meningkatkan sertifikasi sawit berkelanjutan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) bagi koperasi petani setempat. Sertifikasi ini mewajibkan adanya bukti inklusivitas gender dan non-diskriminasi, sehingga melalui pelatihan ini, koperasi petani juga didukung untuk selaras dengan standar keberlanjutan global. Hal ini dapat membuka akses ke pasar global dengan harga premium serta membentuk citra yang baik bagi organisasi koperasi.

Terlepas dari komoditas sawit yang bernilai ekonomi tinggi, industri minyak sawit dihadapkan pada beragam tantangan, di mana risiko dan kerugian kerap kali harus ditanggung oleh petani sawit swadaya. Saat ini, petani sawit masih memperoleh harga yang cukup bagus untuk penjualan TBS. Namun, perlu diperhatikan bahwa produk hasil olahan sawit memiliki harga yang fluktuatif di pasar global, sehingga petani sawit swadaya juga memiliki risiko instabilitas pendapatan, terutama petani swadaya dengan mata pencarian tunggal.

Pelatihan materi literasi keuangan, bagian dari topik pengembangan bisnis

“Perlu kita lihat bahwa terdapat potensi ekonomi di luar komoditas sawit yang layak untuk dikembangkan oleh koperasi petani. Jadi, kelompok perempuan juga bisa turut berkontribusi untuk ekonomi rumah tangga melalui mata pencaharian alternatif. Per akhir Desember 2024, kita sudah membentuk 3 unit bisnis alternatif di lembaga binaan,  bermitra dengan CSO lokal. Tentunya, setelah pelatihan dan identifikasi potensi KUD ini, WRI Indonesia akan melakukan pendampingan untuk pengembangan bisnis alternatif di koperasi-koperasi yang berada dalam payung program Smallholder Hub,” jelas Ahmad Zuhdi, Project Lead Smallholder Hub WRI Indonesia.

WRI Indonesia mendukung petani swadaya untuk mengembangkan bisnis dan mata pencarian alternatif dengan memberikan pelatihan yang materinya mencakup literasi keuangan, identifikasi potensi desa, serta simulasi operasional lembaga usaha. Kondisi ekonomi yang fluktuatif dan permasalahan lingkungan akibat perubahan iklim dikhawatirkan akan berdampak pada petani sawit swadaya. Program Smallholder Hub, melalui pelatihan ini, berusaha meningkatkan ketahanan para petani sawit swadaya., Dengan adanya diversifikasi pendapatan, petani dapat mengatasi dampak yang timbul pada masa mendatang.

Pembentukan dan pengembangan mata pencarian alternatif, serta pengintegrasian peran perempuan ke dalam organisasi koperasi petani sawit swadaya diharapkan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Distribusi pendapatan yang adil juga akan berdampak positif pada kesejahteraan rumah tangga dan pengembangan komunitas petani sawit swadaya.

Lingkungan tidak bisa dipisahkan dari keberadaan manusia, sehingga persoalan lingkungan bukan lagi menyoal “human vs nature”, melainkan sebuah krisis dalam suatu ruang di mana manusia dan lingkungan memengaruhi satu sama lain. Guna melestarikan lingkungan, maka perlu ada peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang tinggal di dalamnya. Pelatihan yang dilakukan di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu ini merupakan bagian dari upaya program Smallholder Hub dalam mendukung pemberdayaan petani sawit swadaya menuju rantai pasok yang bebas deforestasi dan berkelanjutan.