Makassar, 28 Mei 2024 – Buku bertajuk “Kiri Depan, Daeng: Arsip Pengetahuan Mobilitas Warga” telah diluncurkan di perhelatan Makassar International Writers’ Festival dalam sebuah panel diskusi dan kampanye publik mengenai mobilitas berkelanjutan “Maju Ko Gondrong: Suara dari Jalanan Makassar” (25/5). Buku yang dapat diakses secara daring ini merupakan hasil kerja sama Konsorsium II Program Kota Masa Depan UK PACT yang diimplementasikan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia, ARUP, dan Vital Strategies bersama penerbit Pergerakan Difabel Indonesia (PerDIK), dan segenap warga Kota Makassar yang menjadi penulis dari koleksi cerita ini.

Buku ini terdiri dari berbagai catatan pengalaman dan pengetahuan warga Kota Makassar tentang transformasi Kota Makassar yang dilihat dari kacamata kebutuhan bergerak dan berkendara di kota, serta evolusi moda transportasi publik merespon hal ini. Hal ini penting diperhitungkan dalam upaya menelusuri temuan-temuan dari kehidupan sehari-hari masyarakat terkait sistem transportasi Kota Makassar yang mendorong perumusan kebijakan transportasi inklusif berkelanjutan.

Terdapat 40 cerita dan 2 esai foto yang ditulis oleh warga yang berprofesi sebagai akademisi, peneliti, jurnalis, termasuk aktivis disabilitas, semakin mengukuhkan ajuan untuk sistem transportasi Kota Makassar yang dapat diakses semua warga, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan dan pembangunan kota. Mengusung semangat inklusivitas, buku ini dapat diakses secara gratis dengan mengunduh lewat tautan bit.ly/KiriDepanDaeng.

Di dalam momentum peluncuran buku, Dimas Nu’man Fadhil, selaku Urban Development Senior Lead WRI Indonesia yang mewakili konsorsium dalam sambutannya menyampaikan, “Sesuai namanya, buku ini menjadi kumpulan wawasan warga, selaku pengguna utama transportasi publik, yang harapannya bisa menjadi rujukan perencanaan Kota Makassar yang ramah lingkungan dan inklusif melalui sektor transportasi.”

“Pekerjaan mendorong sistem transportasi publik yang ramah lingkungan ini merupakan sebuah pekerjaan besar layaknya mengasuh, sebuah pekerjaan yang membutuhkan otak dan hati. Kerja otak berkaitan dengan advokasi kebijakan berbasis data. Sedangkan kerja hati adalah bagaimana diskusi hari ini atau diskusi rutin multipihak yang kami helat ‘Tudang Sipulung’, dan cerita para kontributor dapat diperhitungkan dalam perumusan kebijakan untuk kesejahteraan warga Kota Makassar. Gotong royonglah yang akhirnya dapat menyukseskan advokasi kebijakan ramah lingkungan di kota pesisir ini,” lanjutnya.

Kontributor tulisan hadir sebagai pemateri dalam peluncuran buku, seperti Dr. Meta Sekar Puji Astuti yang merupakan akademisi dari Universitas Hasanuddin, ditemani panelis lintas perspektif lainnya, yakni Yulianti Tanyadji (perancang kota), Syarif Ramadhan (ketua PerDIK), dan Yudhistira Sukatanya (seniman).

Selain itu, di kesempatan yang sama diselenggarakan tur Kota Makassar atau “Riding with Stories” menggunakan Teman Bus, mengambil rute dari Fort Rotterdam–Panakkukang Square. Selama perjalanan ‘Riding with Stories’, warga peserta berdiskusi langsung dengan para kontributor membedah isi tulisan ditemani alunan musik, mendorong semangat penggunaan layanan transportasi publik yang lebih dapat diandalkan untuk kegiatan sehari-hari.