Kunjungi Lokasi Program Peningkatan Kapasitas Petani Swadaya di Riau, Unilever Tunjukkan Komitmen untuk Mendukung Upaya Sertifikasi RSPO pada Lembaga Petani Binaan WRI Indonesia
Dalam rangka meninjau implementasi program Smallholder Hub oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia, Unilever berkunjung ke dua kabupaten di Provinsi Riau pada 15-16 Agustus 2024 lalu. Smallholder Hub merupakan program yang dikembangkan oleh Unilever untuk mengintegrasikan beragam kegiatan yang terkait dengan petani swadaya.
Dalam kunjungan ini, Achmad Aditya selaku Senior Manager Business Operations and Sustainability Unilever, didampingi oleh Bukti Bagja selaku Senior Manager Supply Chain and Livelihood Transformation WRI Indonesia serta Syafredo selaku West Sumatra & Riau Senior Program Lead WRI Indonesia, meninjau para petani binaan di Kabupaten Kampar dan Siak.
Dalam kunjungannya, Achmad Aditya menyampaikan bahwa program Smallholder Hub ini akan mendatangkan banyak manfaat bagi petani swadaya, mulai dari pemetaan lahan, pelatihan tentang Best Management Practice (BMP) kelapa sawit, hingga pelatihan bisnis yang bertujuan agar petani memiliki pendapatan tambahan selain dari perkebunan sawit. Petani swadaya juga diberi peluang untuk menjual produk Tandan Buah Segar (TBS) mereka ke mitra-mitra atau pabrik-pabrik yang terafiliasi dengan Unilever. Program Smallholder Hub diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan para petani, agar di masa mendatang, kebutuhan petani yang dinamis bisa terus terakomodir.


Dalam kunjungan tersebut, dilakukan juga koordinasi terkait Internal Control System (ICS) di lembaga petani. Seperti koordinasi mengenai penjualan TBS, program replanting, potensi penambahan anggota baru ke dalam lembaga petani pada program sertifikasi RSPO, serta batasan penggunaan pupuk dan pestisida serta riset-riset yang diperlukan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia sekaligus meningkatkan kualitas tanah dan air (konsep pertanian regenerative agriculuture).


Achmad Aditya menambahkan bahwa Unilever tidak hanya mendukung upaya petani swadaya menuju sertifikasi RSPO, tetapi juga memberikan bantuan berupa permodalan pada konsep wirausaha di kalangan rumah tangga petani. Pihak Unilever juga sangat terbuka dengan ide dan konsep wirausaha dari para petani dan pemberdayaan perempuan. Pada tahun 2024 Unilever memiliki target pemberdayaan petani swadaya sejumlah 40.000 petani dan sampai tahun 2030 menjadi 100.000 petani.
Pada momentum kunjungan kali ini terdapat seremonial khas yaitu penganugerahan Tanjak Melayu kepada Achmad Aditya dan Bukti Bagja oleh Heri Suyono selaku Ketua Koperasi Produsen Mandiri Karya Maju serta Siswanto dari Dinas Pertanian Bidang Perkebunan sebagai Pembina Petani Swadaya di Kabupaten Siak. Tanjak merupakan aksesoris kepala lelaki khas Melayu, terbuat dari kain songket panjang yang dilipat. Tanjak Melayu adalah salah satu perlengkapan pakaian di Melayu yang dipakai oleh bangsawan dan tokoh masyarakat sejak masa Kesultanan, dan dipakai oleh para priyai, pembesar, bangsawan, serta tokoh masyarakat.


Rangkaian kunjungan ditutup dengan acara jamuan makan siang dengan menu spesial yaitu ingkung ayam, sajian khas yang sarat filosofi adat Jawa, sebab, meskipun telah bermukim di Riau, para anggota Koperasi Produsen Mandiri Karya Maju merupakan keturunan Jawa. Kebanyakan dari mereka merupakan generasi kedua dari transmigran asal Jawa yang datang ke Kampung Berumbung Baru, Kecamatan Bayun, Kabupatan Siak, Provinsi Pekanbaru.
Ayam ingkung memiliki arti mengayomi. Kata ingkung ini diambil dari kata "jinakung" dalam bahasa Jawa kuno dan "manekung" yang berarti memanjatkan doa. Pemilihan ayam sebagai bahan pokok sajian khas Jawa ini juga bukan tanpa makna. Zaman dahulu, ayam dipilih sebagai salah satu sesaji sebagai simbol manusia. Posisi ayam ingkung yang disajikan dengan utuh dan terlihat sedang bersungkur menggambarkan apaila di hadapan pencipta-Nya, manusia harus menunduk atau merendah dan berdoa kepada-Nya.
