Surabaya, 14 November 2024 – Pemerintah Kota Surabaya secara resmi menerima desain pengembangan kawasan Kota Lama dari Konsorsium II Program Kota Masa Depan UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transition), sebuah program kemitraan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dengan Pemerintah Inggris yang bekerjasama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia, ARUP, dan Vital Strategies (12/11). Desain ini dibuat bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat selama enam bulan terakhir dan berfokus mengarahkan pengembangan potensi kawasan Kota Lama yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Serah terima ini diadakan di De Javasche Bank dalam rangkaian acara Pekan Kota Lama Surabaya yang berlangsung pada 9-17 November 2024 dengan tema "Merawat Ingatan, Menatap Masa Depan, Menciptakan Pengalaman Bersama". Kegiatan ini turut membuka pameran yang berlangsung 12-17 November di De Javasche Bank, terbuka untuk publik dan gratis, menampilkan maket, peta proyeksi, serta panel edukatif yang menggambarkan visi masa depan kawasan Kota Lama Surabaya. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Bandoe Widiarto, turut hadir dalam penyerahterimaan desain dan pembukaan pameran ini.

Penyerahterimaan Desain Kawasan Kota Lama Surabaya

Desain pengembangan Kawasan Kota Lama ini memiliki dua pendekatan yaitu makro dan mikro. Pada tingkat makro, desain menghubungkan empat sub-kawasan utama dalam Kota Lama—Kawasan Eropa, Ampel, Pecinan, dan Jembatan Merah/Kalimas (kawasan niaga)—dengan jaringan mobilitas aktif, seperti jalur untuk pejalan kaki, sepeda, dan becak, serta aktivasi koridor sungai. Di tingkat mikro, desain berfokus pada tiga koridor prioritas yang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai katalisator bagi ekonomi kreatif, sosial, dan pelestarian budaya:

  • Koridor Jalan Kasuari direkomendasikan sebagai kawasan kreatif yang dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan penggunanya atau Mixed Used Creative Compound. Mendukung usaha kreatif dan kerajinan tangan, kawasan ini bertujuan menghidupkan kembali semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian sejarah di Kota Surabaya. 
  • Koridor Jalan Panggung menghubungkan Pasar Pabean dan Sungai Kalimas direkomendasikan sebagai kawasan kuliner, memanfaatkan bangunan gudang bersejarah untuk menarik wisatawan dan warga lokal.
  • Koridor Jalan Karet, Kawasan Pecinan direkomendasikan menjadi pusat tekstil dan garmen dengan pengalaman ruang publik dan rekreasi, sehingga mengoptimalisasi kawasan Pecinan yang telah lama dikenal sebagai kawasan sentral untuk pelestarian budaya dan sejarah peranakan dengan fasilitas modern.

Selain itu, desain ini mendorong peningkatan integrasi transportasi umum, termasuk rute Suroboyo Bus dan feeder Wira Wiri, guna memastikan aksesibilitas yang lebih baik dan inklusif bagi seluruh warga.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Agus Imam Sonhaji, ST, M.MT. mengatakan, “Desain ini sejalan dengan apa yang telah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dalam pengembangan potensi kawasan Kota Lama lewat peningkatan fungsionalitas bangunan bersejarah serta optimalisasi kegiatan ekonomi dan pariwisata di kawasan ini. Selanjutnya, kami berharap desain ini menjadi panduan untuk pembangunan berkelanjutan yang lebih kuat bagi Kota Surabaya, yang melibatkan warga dan mempertimbangkan kebutuhan semua kalangan,” ungkapnya.

Amanda McLoughlin, Direktur Pembangunan Internasional Kedubes Inggris mengatakan, “Pemerintah Inggris berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan. Kami berharap desain ini dapat menjadi penggerak bagi pembangunan kota berkelanjutan yang lebih inklusif, serta menghadirkan ruang interaksi dan kreativitas, bagi semua elemen masyarakat di Kota Surabaya. Seiring dengan komitmen Pemerintah Inggris untuk mendorong aksi iklim global di COP29, kerja sama ini juga menunjukkan hubungan diplomatik yang erat antara Inggris dan Indonesia yang tahun ini menginjak usia 75 tahun, khususnya dalam pembangunan berkelanjutan dan transisi rendah karbon.”

Almo Pradana, Direktur Climate, Energy, Cities and Ocean WRI Indonesia, menambahkan bahwa desain ini lahir dari kajian ilmiah dan konsultasi publik yang komprehensif. “Studi ketahanan partisipatif UCRA kami pada tahun 2023 lalu menunjukkan bahwa mobilitas rendah emisi seperti menggunakan transportasi publik, berjalan kaki, atau bersepeda, adalah kunci ketangguhan masyarakat kota pesisir. Mobilitas rendah emisi ini dapat didorong melalui strategi penataan kawasan. Berdasarkan hasil studi inilah, Konsorsium II UK PACT berupaya meningkatkan ketahanan kota pesisir melalui desain konseptual yang adaptif, inklusif, serta mengutamakan aspek mobilitas dan aksesibilitas yang rendah emisi. Kami berharap desain ini akan meningkatkan aksesibilitas dan ketahanan kawasan Kota Lama di masa depan,” jelasnya.

Diskusi Publik Menata Surabaya yang Inklusif dan Berkelanjutan Mulai Dari Kota Lama

Selain penyerahterimaan, pembukaan pameran (12/11) turut menghadirkan sesi diskusi panel bertajuk “Menata Surabaya yang Inklusif dan Berkelanjutan Mulai dari Kota Lama”, melibatkan pakar dari berbagai bidang, termasuk Kepala Bappedalitbang Surabaya, perwakilan konsorsium Kota Masa Depan UK PACT, dan tokoh masyarakat. Keseluruhan acara ini dihadiri oleh perwakilan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Pariwisata dan Olahraga, serta Pariwisata Kota Surabaya; Dinas Perhubungan Kota Surabaya; Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan Kota Surabaya; KADIN Kota Surabaya; komunitas GEDSI; kelompok orang muda; dan media.

Informasi kegiatan dapat diakses melalui akun media sosial Instagram WRI Indonesia dan Disbudporapar Surabaya.