
Program Urban Futures Lakukan Uji Coba Intervensi Pengurangan Sisa Pangan dan Sampah Makanan di Kota Bandung
Bandung, 27 Mei 2025 – Konsorsium World Resourses Institute (WRI) Indonesia, berkolaborasi dengan Advislab, memulai uji coba intervensi berbasis riset untuk mengurangi sisa pangan dan sampah makanan di Rukun Warga (RW) 07 Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung. Inisiatif ini merupakan bagian dari program global Urban Futures, yang dikelola oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial dan bertujuan membangun sistem pangan perkotaan yang inklusif dan berketahanan iklim dengan melibatkan orang muda sebagai agen perubahan.
Uji coba intervensi ini menggunakan pendekatan berbasis perilaku masyarakat seperti, kompetisi antar-RT dalam mengurangi sampah makanan, sistem kupon berhadiah untuk memotivasi partisipasi aktif warga, serta media edukasi visual—seperti pemasangan poster dan stiker edukasi di lingkungan pemukiman warga.
Kegiatan uji coba dimulai pada Mei hingga Juli 2025, dan menyasar sekitar 263 rumah tangga di tujuh Rukun Tetangga (RT). Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah setempat, tokoh masyarakat, dan karang taruna.
Krisis pengelolaan sampah menjadi tantangan struktural yang dihadapi Kota Bandung selama bertahun-tahun. Data dari Badan Pusat Statistik kota Bandung menunjukkan bahwa setiap hari kota ini menghasilkan sekitar 1.594 ton. Pada 2022, 44,5% sampah ini terdiri dari sisa pangan dan sampah makanan. Angka menjadikan limbah makanan sebagai salah satu jenis sampah terbesar yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti. Saat ini, TPA ini sudah kelebihan kapasitas, sehingga memicu krisis pengangkutan sampah kota.
“Kota Bandung menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah makanan. Melalui program Urban Futures, kami tidak hanya ingin mengurangi volume sisa pangan dan sampah makanan, tetapi juga membangun kesadaran dan kebiasaan baru di tingkat rumah tangga. Guna memperkuat aspek ini, kami menggandeng Advislab sebagai mitra untuk merancang intervensi berbasis data dan melakukan pendampingan selama pelaksanaan di lapangan,” ujar Sri Noor Chalidah, Manajer Proyek Urban Futures, WRI Indonesia.
Sebuah riset mendalam yang dilakukan oleh tim WRI Indonesia sejak 2024 lalu menemukan fakta bahwa estimasi total sisa pangan dan sampah makanan dari satu RW di Kelurahan Nyengseret bisa mencapai 540.834 kilogram per tahunnya. Jumlah ini menunjukkan potensi besar untuk mendorong inisiasi-inisiasi masyarakat dalam upaya pengelolaan limbah pangan yang lebih baik.
“Urban Futures percaya bahwa transformasi perkotaan masa depan harus dimulai dari ketahanan pangan dan kesadaran lingkungan di tingkat rumah tangga. Kolaborasi kita merupakan bukti bahwa perubahan besar dimulai dengan keberanian untuk mencoba bersama mengurangi sisa pangan dan sampah makanan dari tingkat rumah tangga hingga ke TPA.Hal ini juga mencerminkan bagaimana kita memperlakukan pangan — mulai dari merencanakan belanja, membeli sesuai kebutuhan, memasak, mengonsumsi, hingga bagaimana kita menyisakan dan mengelola sisa makanan,” ungkap Laily Himayati, Regional Coordinator program Urban Futures Indonesia dari Yayasan Humanis, dan Inovasi Sosial.
Perilaku keseharian kita turut berperan dalam transformasi sistem pangan perkotaan. Seperti perencanaan belanja, membeli sesuai kebutuhan, serta pengelolaan sisa dan sampah makanan mungkin terasa sepele. Namun hal tersebut tersebut dapat membawa dampak pada pengurangan sampah. Urban Futures berharap kegiatan ini dapat menginspirasi masyarakat luas, termasuk keluarga muda dan karang taruna, untuk aktif berperan dalam mengolah sampah.
Talitha Chairunissa, Research Director dan Co-Founder Advislab, menambahkan, bahwa target dari uji coba ini adalah peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan lebih dari 200 rumah tangga di Kelurahan Nyengseret dalam mengelola sampah makanan rumah tangganya. “Harapan kami, selama uji coba pada Mei hingga Juli 2025 ini, bukan hanya menghasilkan perubahan perilaku jangka pendek, tetapi juga membangun fondasi kesadaran yang berkelanjutan bagi warga Kelurahan Nyengseret,” tambah Talitha.
Pendekatan intervensi berbasis riset partisipatif ini juga melibatkan anggota Karang Taruna sebagai aktor utama perubahan dalam transformasi sistem pangan di tingkat kota. Melalui pelibatan aktif orang muda pada program ini diharapkan mampu membangun rasa kepemilikan terhadap isu pengelolaan sisa pangan dan sampah makanan di tingkat komunitas. Hal ini sejalan dengan semangat Urban Futures yang menempatkan generasi muda di garda terdepanbagi perubahan sistem pangan kota yang berkelanjutan.
Amin Jarkasih, Camat Astana Anyar, menyampaikan dukungannya, “Kami menyambut baik kolaborasi program Urban Futures, yang melibatkan Konsorsium WRI Indonesia dan masyarakat Nyengseret. Inisiatif ini sejalan dengan upaya kami di tingkat kecamatan untuk mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti yang terlihat pada inisiatif Sidak Panik. Kami berharap uji coba intervensi ini dapat menjadi contoh bagi praktik baik yang nantinya bisa direplikasi di wilayah lain di Kota Bandung.”
Tentang Urban Futures
Urban Futures (UF) adalah program global berdurasi 5 tahun (2023–2027) yang memadukan sistem pangan perkotaan, kesejahteraan orang muda, dan aksi iklim. Program ini dikelola oleh Hivos, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), serta mitra, jejaring, dan pakar lokal. Urban Futures beroperasi di 10 kota di Kolombia (Cali dan Medellin), Ekuador (Manabi dan Quito), Indonesia (Bandung dan Manggarai Barat), Zambia (Chongwe dan Kitwe), dan Zimbabwe (Bulawayo dan Mutare). Kota-kota perantara ini memiliki ukuran yang bervariasi namun memiliki kesamaan, yaitu berkembang dengan pesat, menghubungkan wilayah metropolitan dan pedesaan atau kelompok kota yang berbeda di dalam suatu sistem perkotaan, dan mengelola arus orang, barang, modal, informasi, dan pengetahuan. Masing-masing kota ini memiliki tantangan dan peluang yang berbeda.