Urban Futures
Mendorong agenda sistem pangan perkotaan inklusif yang berketahanan iklim dan berkelanjutan, dengan menjadikan keterlibatan orang muda sebagai pendorong untuk pengambilan kebijakan, demi mendorong lingkungan perkotaan yang berkelanjutan.
Tujuan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pangan lokal yang menyediakan pangan sehat, berkelanjutan, dan terjangkau bagi masyarakat. Orang muda diikutsertakan guna memberi mereka wadah berbagi ide, aktif terlibat dalam memengaruhi keputusan terkait pangan, serta menjajaki peluang dalam pengembangan sistem pangan perkotaan yang inklusif dan berketahanan iklim.
Di mana
Bandung dan Manggarai Barat, Indonesia
Mengapa
Sampah makanan merupakan permasalahan yang cukup besar di Indonesia dan limbah pangan merupakan penyumbang terbesar dari keseluruhan sampah yang dihasilkan, yaitu sebesar 41,5% (KLHK, 2023). Berdasarkan Studi FLW Bappenas, Indonesia menghasilkan limbah pangan dan susut pangan sebesar 115-184kg/kapita/tahun, dengan proporsi terbesar berasal dari tahap konsumsi. Jika tidak ditangani dengan benar, dampak dari hilangnya dan terbuangnya pangan akan berimbas ke berbagai sektor (Bappenas, 2021).
Mengapa Bandung
Bandung, kota terbesar ketiga di Indonesia berdasarkan aktivitas ekonomi, adalah penghasil sampah terbesar kedua, menghasilkan sekitar 1.594 ton sampah setiap hari, dengan 44,5% di antaranya berupa makanan yang dibuang (Humas Kota Bandung, 2022). Pemerintah Kota Bandung tengah berupaya menangani isu ini dengan menerapkan Keputusan Wali Kota Bandung No. 658.1/Kep.1439-DLH/2024 tentang pengurangan sampah, yang mampu mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam memilah sampah dari sumbernya. Inisiatif ini akan membantu mempermudah proses pengangkutan sampah dari rumah tangga dan tempat usaha.
Di sisi lain sebagai salah satu kota destinasi wisata, Bandung menghasilkan jumlah sampah makanan yang signifikan, dengan sebagian besar sampah berasal dari layanan Hotel, Restoran, dan Kafe (Horeka) (Humas Kota Bandung, 2024). Di sisi lain, Bandung memiliki populasi orang muda yang besar dan dinamis. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Bandung, orang muda mencakup sekitar 21% dari total populasi kota ini (BPS Bandung, 2024). Kelompok ini sangat aktif dalam industri kreatif yang berkembang pesat di kota Bandung, termasuk sektor kuliner dan perhotelan, di mana limbah makanan menjadi masalah yang mendesak. Memobilisasi orang muda Bandung agar dapat memanfaatkan potensi inovasi dalam mengatasi limbah makanan di tingkat rumah tangga dan layanan Horeka. Dengan keterlibatan mereka, praktik yang lebih berkelanjutan dapat muncul, mendorong perubahan perilaku dan solusi teknologi untuk pengurangan limbah makanan. Penelitian kami mengidentifikasi beberapa celah yang perlu dianalisis lebih lanjut, termasuk jumlah makanan yang dapat dipulihkan, mekanisme konkret untuk mendistribusikan makanan yang dipulihkan, dan insentif bagi Horeka untuk berpartisipasi dalam upaya ini.
Di tingkat rumah tangga, kita perlu mengidentifikasi model-model yang dapat mendorong perubahan perilaku untuk mengurangi sampah makanan. Melibatkan rumah tangga muda juga penting di tingkat ini, karena mereka lebih mungkin untuk mengadopsi dan mempromosikan praktik berkelanjutan, yang menghasilkan dampak positif jangka panjang dalam pengelolaan sampah makanan.
Selain itu, untuk mendukung program pemerintah yang bertujuan mengurangi sampah makanan rumah tangga, pengelolaan rumah maggot perlu dioptimalkan untuk manajemen bisnis dan sistem operasional. Ini mencakup penyusunan skema yang efektif untuk melibatkan dan memastikan partisipasi komunitas, terutama di kalangan orang muda lokal. Selain itu, mengintegrasikan Horeka, sebagai penghasil surplus makanan, dengan penerapan sistem yang berkelanjutan dan penggunaan aplikasi surplus makanan akan memberikan solusi inovatif untuk mengatasi sampah makanan.
Mengapa Manggarai Barat
Data susut pangan dan limbah pangan (Food Loss and Waste/FLW) di Manggarai Barat yang tersedia saat ini sangat terbatas (KLHK, 2022). Hal ini menunjukkan perlunya data FLW yang memadai, dengan melakukan penilaian dan identifikasi kondisi FLW yang ada di Manggarai Barat. Selain itu, Manggarai Barat terpilih sebagai salah satu dari lima destinasi wisata prioritas di Indonesia, yang menunjukkan bahwa industri perhotelan dan bisnis makanan akan segera berkembang pesat. Oleh karena itu, kami ingin mengidentifikasi metodologi dan strategi utama untuk menilai dan mengumpulkan data secara komprehensif terutama mengenai sumber, jumlah, sumber titik limbah pangan, dan praktik pengolahan limbah pangan yang ada di Manggarai Barat, dan bagaimana data ini dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mengembangkan kebijakan dan intervensi yang ditargetkan untuk mengurangi limbah pangan.
Di sisi lain, Manggarai Barat memiliki populasi muda, dengan 30% penduduk berusia di bawah 30 tahun (BPS Manggarai Barat, 2023). Sebagai wilayah yang sedang berkembang menjadi pusat pariwisata, yang kemungkinan akan mengalami peningkatan limbah makanan seiring dengan ekspansi industri perhotelan dan makanan, melibatkan orang muda lokal di Manggarai Barat sangat penting untuk mengumpulkan data, meningkatkan kesadaran, dan melaksanakan intervensi yang terarah. Keterlibatan mereka dapat memastikan praktik berkelanjutan tertanam dalam pengembangan wilayah sekaligus memberdayakan mereka untuk mengambil peran kepemimpinan dalam pengelolaan limbah.
Bagaimana
Di Bandung, program ini akan melakukan beberapa kegiatan, seperti riset untuk penentuan insentif yang tepat dalam mengurangi timbulan sisa pangan. Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan, Sikap, dan Praktik (KAP atau Knowledge Attitude Practice) untuk Horeka dan mengembangkan model insentif yang mampu mengubah perilaku Horeka dan rumah tangga dengan fasilitas rumah maggot berbasis masyarakat.
Di Manggarai Barat, penelitian dan penilaian akan dilakukan untuk mengetahui kondisi susut pangan dan sisa pangan saat ini dengan mengidentifikasi kontributor utama, termasuk pelaku utama di sektor ritel dan rumah tangga.
Untuk kedua kota tersebut, advokasi terhadap temuan penelitian akan dilakukan sebagai bukti dasar bagi perubahan kebijakan di tingkat kota. Selain itu, program ini akan memperkuat komitmen bersama dan mengamankan deklarasi untuk menjadikan kota-kota ini sebagai model untuk meminimalisasi sampah makanan (Kota Percontohan Minim Sampah Makanan).
Berkaitan dengan berbagai kegiatan ini di kedua kota, kami akan melibatkan orang muda dan mengikutsertakan mereka dalam cara-cara yang bermakna, seperti menjadi responden, mendorong partisipasi aktif mereka selama diskusi kelompok terfokus, dan bertindak sebagai enumerator untuk meningkatkan kesadaran mereka terkait pengurangan sisa pangan dan sampah makanan serta mendukung pengumpulan data, dengan dukungan teknis yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam pengumpulan data.
Dengan memprioritaskan keterlibatan orang muda di Bandung dan Manggarai Barat, proyek ini dapat memanfaatkan energi, kreativitas, dan komitmen mereka untuk membangun masa depan di mana limbah makanan dapat diminimalkan, dan keberlanjutan menjadi prioritas utama.