Jakarta, 23 Juli 2024 - Secara global, ada lebih dari $10 triliun biaya tersembunyi yang keluar dari aktivitas pada sistem pangan. Biaya-biaya ini dihasilkan dari keseluruhan sistem pangan di sepanjang perjalanan makanan, termasuk biaya tersembunyi lingkungan mulai dari emisi gas rumah kaca (GRK) dan nitrogen, penggunaan air, alih fungsi lahan, dan degradasi lingkungan, biaya dari kesehatan seperti kerugian produktivitas karena pola makan tidak sehat serta kurangnya gizi, serta biaya secara sosial yang mengakibatkan kemiskinan dan konflik.

Sejak 2020, WRI Indonesia telah mengembangkan riset untuk mengetahui biaya tersembunyi yang dikeluarkan dari sistem pangan di Indonesia. Saat ini kajian tersebut tengah melalui proses tinjauan akhir. Untuk mendapatkan masukan dari akademisi dan publik, WRI Indonesia bekerja sama dengan Forum Kajian Pembangunan (FKP) menyelenggarakan seminar publik dengan tema “Mengungkap Biaya Tersembunyi dalam Sistem Pangan Indonesia” pada Rabu, 23 Juli 2024.

Romauli Panggabean menerangkan tentang biaya tersembunyi yang ada dalam sistem pangan
Romauli Panggabean menerangkan tentang biaya tersembunyi yang ada dalam sistem pangan
Romauli Panggabean menjawab beberapa pertanyaan dari publik terkait penelitiannya
Romauli Panggabean menjawab beberapa pertanyaan dari publik terkait penelitiannya

Seminar yang berlangsung di Kantor WRI Indonesia ini dihadiri oleh lebih dari 50 orang peserta secara luring dan lebih dari 100 peserta secara daring. Seminar ini juga dihadiri oleh Direktur Pangan dan Pertanian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Jarot Indarto dan Arianto Panturu dari ANU Indonesia Project sebagai penanggap.

“Kita patut bangga kepada WRI, ke depannya working paper ini dapat menjadi evidence-base untuk pembuatan kebijakan RPJMN,” ungkap Jarot.

Jarot Indarto memberikan apresiasi terhadap penlitian biaya tersembunyi dalam sistem pangan
Jarot Indarto memberikan apresiasi terhadap penlitian biaya tersembunyi dalam sistem pangan

Untuk memastikan efektivitas dari sistem pangan kita dan mendorong transformasi menuju sistem pangan yang berkelanjutan, diperlukan pemahaman akan biaya tersembunyi yang keluar dari sistem pangan yang berlaku saat ini. Biaya tersembunyi yang dihitung perlu mencakup sistem pangan secara holistik—mulai dari mengukur dan menilai biaya dan manfaat lingkungan, sosial, kesehatan, hingga ekonomi. 

“Harapan kami, riset ini nantinya dapat mendukung para pemangku kepentingan, seperti pembuat kebijakan, bisnis, petani, hingga konsumen. Utamanya tentu agar pemerintah bisa membuat kebijakan yang dapat menginternalisasi biaya-biaya tersembunyi tersebut agar tercermin dalam sistem pangan,” ujar Romauli Panggabean, Environmental Economist WRI Indonesia yang merupakan presenter sekaligus peneliti dalam kajian biaya tersembunyi tersebut.