BALI - Dalam rangka penanggulangan sampah laut, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama dengan National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia menyelenggarakan kegiatan “Beating Plastic Pollution from Source to Sea” di Bali, 3-4 November 2022. Acara ini merupakan kegiatan dalam rangka menyambut perhelatan Presidensi KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November mendatang. 

“Saya sangat mengapresiasi komitmen besar pada hari ini. Momen ini menunjukkan bahwa kita telah datang dengan tindakan nyata, melampaui kata-kata. Saya percaya aksi kolaboratif ini akan menentukan masa depan kita. Terkait G20 mendatang, ikrar ini harus didukung dan ditingkatkan oleh pihak-pihak lain yang peduli terhadap generasi penerus,” kata Menko Luhut melalui rekaman video, Kamis (03/11/22). 

Menambahkan Menko Luhut, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti menekankan kembali komitmen serius dalam memerangi masalah sampah plastik laut ini, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut, dengan target 70% penanganan sampah laut di tahun 2025. 

“Untuk mencapai target tersebut, pemerintah bersama dengan para pemangku kepentingan telah berupaya untuk mengambil langkah-langkah yang tidak biasa (business as usual) untuk memastikan terjadinya percepatan pengelolaan sampah dan mencegah kebocoran sampah ke laut,” ungkap Deputi Nani. 

Upaya ini pun turut diperkuat dengan kontribusi pengurangan sampah dari produsen manufaktur, retail, dan jasa makanan dan minuman, untuk melakukan kegiatan pembatasan, pendauran ulang dan/atau guna ulang produk dan kemasannya, sebagai bentuk dari tanggung jawab produsen. Tak hanya itu, pemerintah juga berkolaborasi dengan berbagai pihak yakni salah satunya National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia. 

“NPAP telah menjadi platform multi-stakeholder yang menghubungkan pembuat kebijakan, pakar, pemimpin bisnis, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi melalui lima gugus tugas: Kebijakan, Pembiayaan, Inovasi, Perubahan Perilaku, dan Metrik. Sebagai bukti kolaborasi multipihak dalam NPAP, hari ini kita bertemu di acara ini yang merupakan sebagai bagian dari momentum penyelenggaraan G20 Summit mendatang,” jelasnya. 

NPAP sendiri diketahui telah terbentuk sejak tahun 2019. “Merupakan suatu kebanggaan melihat kita semua berkumpul hari ini dan berikrar untuk komitmen yang lebih ambisius dalam mengurangi polusi plastik. Ini adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi dunia saat ini, dan pemerintah, bisnis atau komunitas tidak dapat bekerja sendirian. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan kita dalam mengurangi kebocoran plastik di laut,” pungkas Tuti Hadiputranto, Chairwoman NPAP Indonesia. 

Lebih lanjut dirinya menambahkan bahwa acara yang dihadiri oleh lebih dari 200 peserta ini tentu tidak dapat sepenuhnya bebas dari sampah plastik, namun NPAP berupaya untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan melibatkan para mitra. Misalnya, Danone-AQUA menyediakan galon air minum, MAP menyediakan tempat isi ulang kopi, ALLAS menyediakan cangkir guna ulang. 

“Kami juga mengajak peserta untuk membawa botol minum sendiri. Kemudian, kami juga bekerja sama dengan Waste4Change dan EcoBali untuk mengelola sampah di acara ini. Kami menggunakan koleksi perabotan rumah tangga dari 100% plastik daur ulang untuk tempat duduk di ruang business matching. Selain itu, merchandise yang kami bagikan juga terbuat dari plastik daur ulang, serta melibatkan seniman lokal membuat instalasi menggunakan ribuan sampah plastik. Semua hal ini kami lakukan untuk menunjukkan dukungan kami terhadap ekonomi plastik sirkular. Kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak acara tingkat tinggi lainnya dengan pengurangan sampah plastik saat acara, terutama selama KTT G20 mendatang di Bali,” tambahnya. 

Dalam penanganan sampah laut ini, diketahui NPAP juga akan menggunakan pendekatan responsif gender ke dalam semua pekerjaan dan komitmen. Hal itu diungkapkan oleh Gender, Equity, and Social Inclusion (GESI) Ambassador NPAP Indonesia Yenny Wahid. 

“Aspek sosial dalam ekonomi plastik tidak boleh lagi diabaikan. Untuk menciptakan ekonomi plastik sirkular yang adil, semua pemangku kepentingan harus menyadari kerugian yang dihadapi perempuan dan kelompok terpinggirkan lainnya, dan bekerja sama untuk mempromosikan kesetaraan gender dan inklusi sosial dalam rantai nilai plastik,” ujar Yenny Wahid, yang berfokus pada isu lingkungan dan sampah plastik dari perspektif gender dan sosial. 

Diketahui acara ini didukung oleh Alliance to End Plastic Waste dan the Coca-Cola Company sebagai Strategic Partner, serta World Bank dan Delterra sebagai Knowledge Partner. Kemudian Asian Development Bank (ADB), Danone-AQUA Indonesia, Unilever Indonesia, German Development Cooperation, SecondMuse, Minderoo Foundation, Nestlé Indonesia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Kedaireka, PHINLA, Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), Divers Clean Action, Waste4Change, EcoBali, Coca-cola Europacific Partners Indonesia Mitra Adiperkasa, Starbucks Indonesia, Greenhope, DUITIN, dan IPRO.