Bandung, 8 Maret 2024 - Kerja sama antara anak muda Kota Bandung “Lakuna Kota” bersama Masyarakat Kelurahan Kopo RW 07 telah berhasil mewujudkan pocket park dengan mengakomodasi kebutuhan masyarakat setempat, terutama anak-anak. Setelah menempuh 8 bulan proses perencanaan bersama, taman ini secara resmi diaktivasi pada 8 Maret 2024 melalui kegiatan “Peresmian Wajah Baru Taman RW 07 Kopo”.

Saya mengapresiasi kolaborasi partisipatif antara Lakuna Kota, WRI Indonesia, dan masyarakat RW 07 Kelurahan Kopo. Saya rasa konsep pembangunan secara partisipatif juga dapat menyelesaikan permasalahan sosial. Kehadiran ruang publik yang aman dapat menjadi wadah yang baik untuk meningkatkan interaksi sosial dan mengedukasi hal-hal positif. Ke depannya, saya berharap terdapat inisiatif masyarakat untuk mengedukasi anak-anak tentang anti perundungan dan pengelolaan sampah yang selama ini menjadi permasalahan utama Kota Bandung, dan ini tentunya dapat dikolaborasikan bersama para lembaga masyarakat, komunitas, dan pemerintah Kota Bandung.” tutur Luthfi Firdaus, S.T., M.Si. selaku Sekretaris Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Bandung dalam sambutannya.

Pocket park merupakan inovasi pemanfaatan ruang menjadi ruang publik di tengah tantangan keterbatasan lahan di kawasan permukiman padat penduduk atau kampung kota. Ruang kecil yang tersedia diubah menjadi tempat rekreasi, interaksi sosial, dan akses penghijauan untuk keberlanjutan lingkungan, sehingga membantu menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan mendukung keragaman hayati di perkotaan modern. Hal yang tak kalah penting adalah peran masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pemeliharaan ruang publik seperti pocket park sangat penting untuk menumbuhkan sense of belonging antara masyarakat terhadap ruang publik tersebut. Kondisi ini yang melatarbelakangi Lakuna Kota untuk menerapkan metode perencanaan desain secara partisipatif. 

“Kami tentunya berterima kasih kepada para pihak yang selama ini membantu proses pembentukan ide hingga implementasi, kepada rekan-rekan WRI Indonesia, Karang Taruna Budhi Wibawa, DPKP, Kelurahan Kopo, masyarakat RW 07 Kopo dan para kolaborator seperti Architecture Sans Frontières-Indonesia, Kolektif Agora, Komunitas Mural Karasa Bandung, Praktisi Arsitek Yu Sing dari Studio Akanoma, Bank Sampah Bersinar, The Local Enablers dan Akademisi ITB. Kami berharap partisipasi ini tidak berhenti pada tahap pembangunan fisik saja, namun juga pada pemeliharaan dan aktivasi taman agar senantiasa menjadi ruang yang aktif dan menyenangkan bagi masyarakat Kopo.” ujar ketua pelaksana program Lakuna Kota, Abhi Kurniawan.

Lakuna Kota merupakan komunitas anak muda Kota Bandung yang memiliki ketertarikan terhadap isu urbanisme dan placemaking. Terbentuk saat mengikuti dan memenangkan Ideathon Safe and Sound Cities (S²Cities) yang diimplementasikan oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia dan ICLEI Indonesia, Lakuna Kota menginisiasi program revitalisasi ruang publik melalui pendekatan tactical urbanism dan placemaking. Pendekatan ini menggunakan proses desain partisipatif (design charrette) yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Kelurahan Kopo RW 07, mulai dari anak-anak, pemuda, hingga orang tua.

Kebutuhan akan pocket park beserta aktivasinya juga disampaikan oleh Neli Sri Kusumawati, salah seorang perwakilan Karang Taruna Budhi Wibawa Kopo, organisasi kepemudaan lokal yang juga merupakan mitra Lakuna Kota.

“Awal mulanya taman ini terbengkalai karena minimnya perawatan dan pemeliharaan taman serta tidak adanya aktivitas masyarakat disana sehingga menjadikan taman ini sebagai tempat pembuangan sampah atau tempat para remaja dari luar kampung ini untuk nongkrong yang beberapa di antaranya cukup meresahkan masyarakat setempat. Kehadiran WRI Indonesia melalui program S²Cities sejak awal pemetaan masalah hingga menghadirkan teman-teman Lakuna Kota tentunya berdampak positif pada transformasi ruang publik di RW 07 ini. Anak-anak dan remaja sekarang dapat menyalurkan minat dan hobinya yang lebih positif ke depannya,” kata Neli.

Para inisiator muda itu turut berharap aktivasi pocket park ini dapat dilanjutkan pengelolaannya oleh masyarakat lokal, dan bahkan dapat dijadikan inspirasi bagi permukiman padat penduduk atau kampung kota lainnya. “Keberlanjutan pocket park ini akan bergantung pada kemauan dan kontribusi masyarakat serta kolaborasi dengan pemerintah setempat dalam memelihara dan rutin mengaktivasi taman dengan berbagai kegiatan yang inklusif dalam mewadahi seluruh elemen masyarakat. Kami juga berharap DPKP Kota Bandung dapat menyuarakan inisiatif serupa di lokasi lain sehingga tercipta banyak ruang publik yang aktif, aman dan inklusif di Kota Bandung,” tambah Abhi.