Unilever Lanjutkan Komitmen Bersama WRI Indonesia, Dorong Pengelolaan Sawit Berkelanjutan untuk Petani Swadaya di Riau
Pada tahun 2024 ini, Unilever dan World Resources Institute (WRI) Indonesia kembali melanjutkan kerja sama dalam inisiatif Smallholder Hub, dan akan memasuki tahap lanjutan yang berlangsung pada periode Juni hingga Desember 2024.
Menurut Project Lead Smallholder Hub Program WRI Indonesia, Ahmad Zuhdi, kerja sama ini akan berfokus pada upaya pendaftaran sertifikasi sawit berkelanjutan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk beberapa kelembagaan Internal Control System (ICS) yang telah merampungkan pelatihan pada fase sebelumnya, intermediary 1 dan 2, melingkupi 4 Prinsip dan 23 Kriteria atau P&C RSPO, best management practice (BMP), nilai konservasi tinggi (NKT) dan pengelolaan lingkungan, serta dinamika kelompok. Selain itu, petani binaan juga akan mendapatkan beberapa pelatihan lain seperti pelatihan pengembangan bisnis di luar budi daya kelapa sawit, kesetaraan gender dalam perkebunan, hingga pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola, dan memanfaatkan sumber daya keuangan (literasi keuangan).
“Pada fase sebelumnya, setidaknya ada 4.357 petani yang telah menerima pelatihan secara menyeluruh yang mana kami akan mendorong sekitar 1.700 petani yang tergabung ke dalam 3 kelembagaan ICS agar bisa memperoleh sertifikat sawit berkelanjutan RSPO pada awal tahun 2025, menyusul 4 Kelembagaan ICS binaan WRI yang sebelumnya sudah tersertifikasi,” ungkapnya.
Melalui program pendampingan sertifikasi RSPO diharapkan para petani swadaya dapat meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi aspek keberterimaan bagi komoditas sawit lestari mengingat kesadaran konsumen yang terus meningkat khususnya untuk produk-produk hasil pertanian yang dihasilkan secara lebih ramah lingkungan. Artinya, jika produk sawit yang dihasilkan oleh Indonesia dinilai tidak dapat mengakomodir tuntutan keberlanjutan dari konsumen global, bukan sebuah ketidakmungkinan jika suatu saat negara-negara pengimpor akan memasok dari negara-negara lain seperti Kolombia di benua Amerika ataupun Nigeria di benua Afrika, yang mana keduanya telah bergabung menjadi salah satu negara penghasil komoditas sawit terbesar di dunia setelah Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Mengingat kondisi tersebut, industri kelapa sawit di dalam negeri tentu saja perlu berbenah jika ingin tetap mempertahankan konsistensinya. Kredibilitas di mata konsumen menjadi sebuah keniscayaan dalam rangka memastikan keberterimaan komoditas kelapa sawit Indonesia, salah satunya diharapkan akan datang dari program sertifikasi RSPO yang telah sejak lama telah diakui penggunaannya di dunia internasional. Fakta bahwa petani swadaya menyumbang lebih dari 40 persen dari total produktivitas di Indonesia menunjukkan pentingnya mendampingi mereka untuk mendapatkan sertifikasi sawit berkelanjutan yang diakui secara luas.