Jakarta, 10 November 2023 – World Resources Institute (WRI) Indonesia melalui inisiatif Cities4Forests, Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL) – sebelumnya Koalisi Food and Land Use (FOLU) Indonesia, dan Clean Air Catalyst (CAC) memperingati Hari Kota Sedunia lewat kegiatan bersama ratusan warga dan komunitas pada hari Sabtu, 4 November 2023 di sejumlah taman kota Jakarta. Acara ini juga melibatkan Sobat Air Jakarta, sebuah inisiatif komunitas dari Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, selaku co-organizer, beserta dua belas lembaga dan komunitas dalam upaya memperkenalkan elemen-elemen dari kota berkelanjutan dalam rangkaian acara yang bertajuk “Piknik Jaga Bumi 2: Kota Berkelanjutan Mulai Dari Kita”.

Prinsip kota berkelanjutan yang diusung oleh WRI Indonesia dalam acara ini melingkupi 3 (tiga) hal dan diperkenalkan lewat berbagai aktivasi publik mencakup:

1. Solusi Berbasis Alam(SBA) sebagai fondasi kota berkelanjutan

2. Inklusivitas kota, khususnya bagi warga dengan disabilitas dan anak, yang dimanifestasikan lewat fasilitas transportasi umum/publik yang terintegrasi dan inklusif, merupakan salah satu syarat kota berkelanjutan

3. Sistem pangan kota berkelanjutan

Fokus kegiatan di beberapa taman kota adalah untuk memperkenalkan potensi infrastruktur alam seperti pohon, taman, dan hutan yang utamanya turut memiliki andil menciptakan suhu udara yang nyaman di perkotaan. Hasil studi menemukan bahwa taman dan hutan kota memiliki suhu di siang hari yg lebih rendah 0,94°C dibandingkan area perkotaan lain di sekitarnya, sehingga perlu semakin gencar dipromosikan penggunaannya untuk mendukung upaya pemenuhan kesehatan publik. Selain itu, dorongan untuk fasilitas transportasi publik terintegrasi sejalan dengan hasil analisa dari tim Clean Air Catalyst menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penggunaan transportasi publik yang diiringi penataan kawasan rendah emisi dapat menurunkan dampak buruk pencemaran udara. Di sisi lain, studi terkini menyatakan bahwa kampanye untuk aksi pangan berkelanjutan seperti mengurangi kehilangan dan limbah pangan, atau beralih ke pola makan yang lebih berkelanjutan perlu terus digencarkan karena potensinya dalam mengurangi emisi sebanyak 12,5 Gt CO2e – setara dengan target pengurangan emisi apabila terjadi pengurangan 2,7 juta kendaraan bermotor di jalan raya.

Senior Specialist Urban Mobility WRI Indonesia, Retno Wihanesta mengatakan, “Sebagai Solusi Berbasis Alam (SBA), taman kota memiliki infrastruktur hijau-biru yang berfungsi untuk menampung air, menekan laju emisi, menyerap polutan gas dan menstabilkan suhu udara. Dengan mengajak warga untuk mengunjungi sejumlah taman kota dengan menggunakan moda transportasi rendah karbon seperti berjalan kaki dan angkutan umum dalam Piknik Jaga Bumi 2 merupakan cara kami mensosialisasikan pentingnya integrasi SBA dengan elemen-elemen kota lainnya demi mewujudkan kota berkelanjutan serta berkontribusi terhadap upaya penurunan emisi di kota.”

Piknik Jaga Bumi 2: Mengenal Pengalaman Aksesibilitas bagi Rekan dengan Disabilitas di Taman Literasi
Ruang Eksplorasi Piknik Jaga Bumi 2: Mengenal Pengalaman Aksesibilitas Kota Jakarta bagi Rekan dengan Disabilitas bersama Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) di Taman Literasi.

Mendukung pengenalan integrasi dalam kota berkelanjutan, Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta Yulham Ferdiansyah mengatakan, “Sebagai pengembang dan pengelola Kawasan Terintegrasi, PT ITJ terus berinovasi untuk meningkatkan dan mengembangkan pembangunan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna transportasi umum di ruang publik. Tidak terbatas pada itu, Kawasan yang dikembangkan seperti ruang terbuka hijau, pedestrianisasi, hingga peremajaan jalan turut memperhatikan aksesibilitas bagi kelompok prioritas seperti Rekan dengan Disabilitas, sehingga seluruh elemen masyarakat dapat bermobilitas dengan aman, nyaman, dan menyenangkan. Oleh karenanya, kami turut mendukung langkah baik kegiatan ‘Mengenal Lebih Dekat Pengalaman Aksesibilitas Kota Jakarta bagi Rekan dengan Disabilitas’ yang diselenggarakan di Taman Literasi Martha C. Tiahahu bersama WRI Indonesia dan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia,” ujar Ferdiansyah Roestam, selaku Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta.

Retno turut menyinggung bahwasanya upaya menekan laju emisi dan menjaga kualitas udara memerlukan solusi di sektor lainnya, seperti transportasi dan pangan. Sejalan dengan prinsip kota berkelanjutan, inisiatif Clean Air Catalyst turut andil dalam pelaksanaan Piknik Jaga Bumi 2 melalui sosialisasi sumber polusi udara dan pelaksanaan diskusi “Rangkum Gagasan Warga Kota untuk Mewujudkan Kawasan Rendah Emisi yang Inklusif” yang mengundang Institute for Transportation and Development Policies (ITDP) serta Rame-Rame Jakarta sebagai fasilitator diskusi.

“Polusi udara bukan lagi masalah baru yang dihadapi Jakarta. Beberapa studi dilakukan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang menjadi sumber utama polusi udara di Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa kontributor terbesar emisi PM2,5 adalah sektor transportasi, diikuti dari sektor industri. Clean Air Catalyst mengembangkan solusi berbasis data yang sesuai dengan konteks lokal guna mengatasi permasalahan udara serta dampaknya bagi kesehatan masyarakat perkotaan. CAC menyajikan solusi yang berfokus pada reduksi emisi dari sektor transportasi. Salah satu solusi yang diajukan adalah dengan menerapkan perluasan area Kawasan Rendah Emisi sebagai salah satu upaya mereduksi sumber polutan dengan mendorong peningkatan penggunaan moda transportasi umum,” ujar Satya Utama, Program Manager Clean Air Catalyst.

Sesi FGD dalam Diskusi Tematik KRE Inklusif
Sesi FGD dalam "Rangkum Gagasan Warga Kota: Mewujudkan Kota Berkelanjutan melalui Kawasan Rendah Emisi (KRE) yang Inklusif" bersama CAC, ITDP, dan RRJ. 

Tidak kalah penting dengan hal sebelumnya, upaya mendorong sistem pangan berkelanjutan di kalangan masyarakat perkotaan perlu digalakkan. Menurut FAO, sekitar 70 persen penduduk dunia akan tinggal di kota pada 2050, sehingga kebutuhan akan bahan pangan juga akan meningkat. Memasok kebutuhan pangan melalui pangan lokal akan menjadi lebih efisien, dan gaya hidup masyarakat perkotaan terkait pangan perlu menjadi lebih lestari.

Kepala Sekretariat Koalisi Sistem Pangan Lestari (KSPL), Gina Karina, menjelaskan, “Makanan kita memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sebagai konsumen, kita memiliki andil dalam transformasi sistem pangan melalui berbagai praktik mindful eating di keseharian kita, seperti: mencari bahan makanan terdekat dari lingkungan sekitar untuk mengurangi emisi dari jalur distribusi yang terlalu panjang, membeli dengan harga yang adil bagi petani, membuat daftar menu yang seimbang gizi dan beragam dan berbelanja sesuai kebutuhan untuk mencegah belanja berlebih yang akhirnya mengakibatkan bahan makanan terbuang sia-sia, menyimpan bahan makanan dengan metode yang sesuai bagi masing-masing jenisnya, mengambil porsi makan di piring sesuai kemampuan dan bertanggung jawab menghabiskannya, serta mengelola limbah sisa olahan makanan dengan sebaik-baiknya hingga sebisa mungkin nol sampah ke TPA.” Dalam acara, peningkatan kesadaran akan hal ini dilakukan melalui kegiatan interaktif yang membahas tentang pangan lokal dan lokakarya mengompos serta pertanian urban.

Kegiatan mengompos bersama Kebun Kumara
Mengenal sistem pangan berkelanjutan melalui kegiatan pertanian urban dan mengompos yang dipandu oleh Kebun Kumara.

Piknik Jaga Bumi 2 oleh WRI Indonesia berupaya merangkum berbagai elemen kota berkelanjutan dan merangkul ragam kelompok masyarakat dengan memberdayakan kembali gerakan-gerakan organik warga beserta inovasinya. Hal ini tidak lepas dari ajakan kepada warga kota untuk kembali menumbuhkan kepeduliannya terhadap lingkungan kota sebagai tempat mereka tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Untuk informasi selanjutnya mengenai inisiatif WRI Indonesia untuk kota berkelanjutan, silakan kunjungi situs dan media sosial WRI Indonesia.