Koalisi Food and Land Use (FOLU) adalah komunitas organisasi dan individu yang berkomitmen untuk mengubah cara dunia memproduksi dan mengonsumsi makanan, serta menggunakan lahan untuk manusia, alam, dan Bumi. FOLU memiliki misi bersama untuk memastikan setiap aktor dalam sistem pangan dan tata guna lahan yang kompleks memainkan peranan mereka dengan optimal untuk mewujudkan komitmen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Persetujuan Paris.    

Generasi Z, juga dikenal sebagai "Gen Z," adalah kelompok yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Gen Z merupakan kelompok yang akan merasakan dampak terbesar dari krisis iklim yang sedang kita hadapi, sekaligus memiliki peran krusial dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Partisipasi dan keterlibatan aktif mereka dalam mencari solusi terbaik dalam permasalahan lingkungan dan iklim, termasuk terkait sistem pangan, menjadi sangat penting untuk mencegah suhu bumi naik di atas 1,5 derajat Celsius.    

Latar belakang tersebut yang mendorong lahirnya kegiatan Gen-Z for Sustainable Food System (GSFS), sebuah rangkaian kompetisi esai yang bertujuan untuk menemukan orang muda terpilih dari berbagai wilayah di Indonesia untuk ikut serta dalam upaya mendorong transformasi sistem pangan Indonesia yang lebih berkelanjutan. Pada 2022, GSFS telah dilaksanakan dan berhasil menjaring 3 pemagang untuk Koalisi FOLU. Tahun ini, GSFS akan memberi kesempatan kepada 5 pemagang untuk dapat berkontribusi secara aktif dalam isu-isu terkait pangan. Pemagang dengan kinerja yang memuaskan berdasarkan penilaian mentor masing-masing berkesempatan untuk lanjut bekerja di Sekretariat FOLU Indonesia.

Persyaratan:  

  • WNI dan tinggal di Indonesia  
  • Berusia 18–25 tahun  
  • Mahasiswa semester terakhir S1 atau S2 segala jurusan, atau maksimal 1 tahun setelah lulus  
  • Memiliki akun Instagram aktif (tidak dikunci selama rangkaian GSFS 2023)  
  • Bersedia hadir secara offline di Bandung untuk mengikuti bootcamp pada 5–8 September 2023 (Biaya akomodasi dan transportasi ditanggung panitia)
  • Jika terpilih, bersedia mengikuti program magang selama 3 bulan    

Format:  

  • Menggunakan Bahasa Indonesia/Inggris (pilih salah satu)  
  • Esai memiliki panjang 800–1.000 kata  
  • Menggunakan font Times New Roman, ukuran 12    

Hadiah:  

5 orang pemenang akan mengikuti program magang berbayar bersama Koalisi FOLU Indonesia. 

Rangkaian Acara:  

  • Penutupan pengiriman esai: 21 Agustus 2023  
  • Pengumuman finalis: 30 Agustus 2023  
  • Briefing sebelum bootcamp: 4 September 2023  
  • Bootcamp di Bandung: 5–8 September 2023  
  • Pengumuman pemenang: 16 September 2023  
  • Periode magang: Oktober–Desember 2023

Topik:  

Topik 1: Resiliensi Nelayan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi, serta Ketahanan Menghadapi Perubahan Iklim  

Wilayah pesisir dan laut menyediakan sumber daya alam yang produktif bagi sumber penghidupan, termasuk pangan. Tetapi, saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanannya, antara lain karena pembangunan wilayah pesisir yang kurang memerhatikan dampak lingkungan dan hak nelayan serta warga sekitar pesisir dan laut, degradasi ekosistem, penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU), serta polusi laut.    

Tingkat kesejahteraan dan kondisi ketahanan pangan rumah tangga penyedia pangan laut masih rendah meski pangan laut sangat diharapkan mampu untuk menjamin keberlanjutan produksi dan konservasi sekaligus meningkatkan kesejahteraan dan status gizi masyarakat, terutama rumah tangga nelayan, termasuk perempuan dan orang muda. Esai yang ditulis sebisa mungkin dapat menganalisis kebutuhan pemberdayaan nelayan termasuk perempuan dan orang muda dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi dan keberlanjutan termasuk dalam menghadapi perubahan iklim.    

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (HIVOS) untuk membantu implementasi proyek FOCUS (Fisherfolk Empowerment for Climate Resilience and Sustainability), khususnya untuk Outcome 4 FOCUS yakni: “Meningkatnya pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan berkelanjutan wilayah pesisir dan kelautan serta dalam upaya-upaya menanggulangi perubahan iklim”. Magang dilakukan secara daring dan luring di Jakarta dan/atau Jawa Tengah.

 

Topik 2: Diversifikasi Pangan dengan Pemanfaatan Potensi dan Kearifan Lokal untuk Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat yang Berkelanjutan  

Indonesia disebut sebagai negara mega-biodiversitas, salah satunya karena kekayaan sumber daya hayati pangan di berbagai ekosistem yang ada. Keragaman sumber daya hayati ini juga diperkuat dengan keragaman budaya dan kearifan lokal yang melekat dalam keseharian masyarakat dan berpengaruh pada tata kelola sistem pangan berbasis potensi dan budaya lokal untuk mendukung ketahanan pangan mereka. Namun, modernisasi, regulasi, pertambahan populasi, serta perubahan iklim turut berkontribusi pada sistem pangan mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, hingga akses pangan bagi masyarakat.  

Salah satu dampaknya adalah ketergantungan masyarakat pada jenis pangan tertentu sementara mengabaikan sumber pangan lainnya. Hal ini menyebabkan banyak jenis sumber daya hayati potensial sebagai sumber pangan semakin terabaikan dan dapat mengancam keberlangsungan budaya lokal. Namun, di tengah dampak perubahan iklim, beberapa sumber pangan lokal mulai diperhatikan kembali. Pertanyaannya, apakah sumber pangan lokal mampu menjadi solusi adaptif dalam membangun ketahanan pangan, meningkatkan gizi, dan menciptakan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan? 

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama Yayasan KEHATI untuk membantu implementasi program "Pelestarian dan Pemanfaan Sumber Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan, Gizi dan Ekonomi Masyarakat" serta mengembangkan potensi riset baru. Magang dilakukan secara daring dan luring di Manggarai Raya, Flores, dan Sumba Timur.

 

Topik 3: Sumber Protein dan Mikronutrien yang Rendah Jejak Karbon dan Berbasis Lokalitas

Nutrisi dan lingkungan memiliki kaitan erat, seperti perubahan iklim yang berdampak pada hasil panen dan kualitas nutrisi tanaman yang meningkatkan risiko kerawanan pangan dan malnutrisi. Sebaliknya, sistem pangan kita berdampak buruk pada lingkungan yang mendorong sekitar 80% deforestasi dan sepertiga dari emisi gas rumah kaca. Seiring pertumbuhan populasi dan pendapatan di Indonesia, kebutuhan akan sumber makanan termasuk permintaan protein hewani meningkat yang berdampak pada iklim dan keanekaragaman hayati. Bagi banyak konsumen berpenghasilan rendah, status gizi mereka bergantung pada konsumsi lebih banyak makanan kaya gizi. Maka dari itu, program Nourishing Food Pathways bertujuan menemukan strategi untuk meningkatkan akses  makanan bergizi, baik hewani maupun nabati, yang kaya akan protein berkualitas tinggi, asam lemak N-3 (DHA dan EPA) dan mikronutrien esensial. Hasil yang diharapkan adalah rekomendasi sumber protein, asam lemak N-3 (DHA dan EPA) dan mikronutrien esensial yang meminimalkan kerusakan lingkungan serta dapat dijangkau oleh semua kalangan khususnya kaum marginal.  

Program Magang: Finalis terpilih akan magang di Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia untuk membantu program Koalisi FOLU dan proyek terkait sistem pangan, termasuk Nourishing Food Pathways (NFP). Magang dilakukan secara daring dan luring (jika dibutuhkan) di Kantor GAIN, Jakarta. 

 

Topik 4: Pangan Lokal untuk Memperbaiki Asupan Gizi Bangsa dan Melestarikan Budaya Indonesia

Meskipun Indonesia memiliki kekayaan pangan lokal yang melimpah, banyak di antaranya tidak diketahui oleh generasi muda karena tidak dapat bersaing dengan pangan modern yang cenderung tidak sehat dan tidak memiliki akar budaya yang kuat. Sementara itu, masalah gizi di berbagai daerah masih menjadi tantangan, dengan banyak populasi mengalami kekurangan zat gizi mikro dan kelebihan asupan kalori, gula, dan garam. Penanganan masalah gizi biasanya melibatkan suplemen atau fortifikasi makanan, tetapi pelaksanaannya sulit tanpa dukungan pendanaan yang kuat. Pangan lokal memiliki potensi besar untuk menyediakan sumber gizi yang seimbang, bernilai budaya, serta tersedia di daerah rentan gizi buruk. Melibatkan mahasiswa dan lulusan baru dalam penulisan ini diharapkan dapat menginspirasi pelaku kebijakan dan pemangku kepentingan untuk memahami masalah ini dari perspektif pemuda dan menerima masukan dari mereka. Tulisan dapat berupa penelitian empiris, analisis kebijakan, studi literatur, perspektif, opini, dan studi kasus yang mengeksplorasi peran pangan lokal di berbagai wilayah dan budaya Indonesia, terutama dalam memperbaiki asupan gizi dan memperkuat identitas budaya bangsa. Pangan lokal yang ditulis mencakup pangan dari tumbuhan maupun hewan yang dibudidayakan maupun tumbuh secara alami di daratan maupun perairan Indonesia, baik bersifat spesifik pada wilayah atau jenis makanan tertentu, maupun bersifat umum mengenai pentingnya sistem pangan lokal di Indonesia. 

Program Magang: Finalis terpilih akan mendapatkan kesempatan magang untuk membantu mengembangkan database pangan lokal bersama peneliti CIFOR yang berkaitan dengan projek Sustainable Landscapes for Climate-Resilient Livelihoods (Land4Lives) dan USAID Biodiversity. Magang dilakukan secara daring dan luring (jika dibutuhkan) di Kantor CIFOR, Bogor dan/atau lokasi proyek yang akan ditentukan nanti.

 

Topik 5: Menurunkan Susut dan Limbah Pangan di Indonesia 

Pada tahun 2000-2019 Berdasarkan Laporan Food and Loss Waste di Indonesia (Bappenas, 2021) timbulan susut dan limbah pangan di Indonesia mencapai angka 115-184 kg/kapita/tahun. Angka ini tentu sangat mencengangkan karena artinya setiap dari kita yang tinggal di Indonesia setidaknya menyumbang 0.31-0.50 kg sampah makanan per harinya baik dari susut pangan maupun limbah pangan. Susut dan limbah pangan ini tentu memiliki dampak yang nyata bagi kehidupan kita, yaitu mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca, kerugian dari sisi ekonomi, ancaman kepada risiko kesehatan karena peningkatan bahaya gas methana di TPS yang mengumpulkan sampah pangan. Tentunya untuk mengurangi angka susut dan limbah pangan di Indonesia membutuhkan perhatian dari berbagai pihak seperti pemerintah, produsen, petani, retailer, akademisi, dan semua lapisan masyarakat. Kunci untuk mengurangi angka ini tentunya berada pada pengurangan susut dan limbah pangan di rantai produksi yang tepat dan komoditas yang tepat. Berdasarkan laporan, dari rantai pasok, timbulan terbesar berasal dari tahap konsumsi. Sedangkan sektor pangan paling tidak efisien yaitu dari tanaman holtikultura di kategori sayur-sayuran.  

Karena itu, kami mengundang rekan-rekan muda untuk menyumbangkan idenya dalam penulisan esai dengan topik ini. Ide tersebut tentunya didasarkan atas laporan penelitian yang ada, salah satunya adalah laporan “Food Loss and Waste di Indonesia” yang dapat diakses pada https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2021/06/Report-Kajian-FLW-FINAL-4.pdf dan berbagai data dan laporan yang dapat mendukung ide-ide kalian. Tulisan dengan data-data yang tepat dan akurat tentu akan mendapatkan poin yang lebih baik. 

Program Magang: Finalis terpilih akan melakukan magang bersama WRI Indonesia untuk membantu kegiatan terkait susut dan limbah pangan, terutama penyusunan protokol bagi petani skala kecil dan retail serta sosialisasinya. Magang dilakukan secara daring dan luring di Jakarta.

 

Kontak

Annisa (annisa.nindyarini@wri.org)