Tujuan

Memberikan data yang kredibel dan lengkap dari lapangan untuk membantu proses pembuatan kebijakan terkait restorasi lahan terdegradasi di Indonesia.

Di mana

Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur

Mengapa

Pembangunan Indonesia telah lama bergantung pada ekonomi berbasis lahan melalui ekstraksi sumber daya alam. Di antara tahun 1967-1998, penebangan dan pengolahan kayu menjadi salah satu yang diutamakan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) (Cassons, et al., 2015. Hutan dan lahan gambut telah diubah menjadi lahan perkebunan untuk meningkatkan produksi pertanian atau menjadi situs pertambangan untuk meningkatkan pasokan energi.

Namun, pertumbuhan ekonomi sering kali menyebabkan terjadinya degradasi lahan. Hingga saat ini, Indonesia memiliki 24 juta hektar lahan yang terdegradasi, hampir sama dengan dua kali lipat luas Inggris. Menyadari pentingnya lahan bagi keberlangsungan pangan, energi, dan pembangunan, restorasi menjadi penting.

Restorasi memiliki beragam pendekatan bergantung pada jenis lahan. Oleh karena itu, rencana restorasi berbasis sains yang cermat harus dilakukan.

Bagaimana

Kegiatan Restore+ akan mendukung berbagai upaya restorasi, yang meliputi identifikasi lahan terdegradasi, menilai dampak degradasi, hingga memberikan pilihan cara restorasi. Dengan mengidentifikasi penyebab degradasi, WRI Indonesia akan membangun sarana partisipatif yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan informasi dan melakukan diseminasi data dalam isu-isu terkait degradasi, restorasi, dan penilaian terhadap penggunaan lahan di Indonesia.

Mitra

International Institute for Applied Systems Analysis, World Agroforestry Center, dan WWF.