Synopsis

Catatan teknis ini bertujuan menjelaskan analisis dampak restorasi gambut yang tersedia di Pranata Informasi Ekosistem Gambut (PRIMS Gambut), sebuah pranata daring berbasis sistem informasi geografis (SIG).

Executive Summary

Gambut adalah ekosistem lahan basah penting yang menyimpan potensi cadangan karbon tinggi. Namun, sebagian besar lahan gambut telah dikeringkan untuk dikonversi menjadi perkebunan dan lahan pertanian. Di Indonesia, kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 menjadi salah satu bencana terparah dalam beberapa dekade terakhir. Setidaknya 2,6 juta hektare hutan dan lahan terbakar, termasuk lebih dari 600 ribu hektare lahan gambut (BRG, 2019). Sebagai respons terhadap kebakaran hebat tersebut, Pemerintah Indonesia membangun ribuan infrastruktur pembasahan gambut berupa sekat kanal dan kanal timbun di wilayah gambut yang rawan terbakar untuk mengatur kelembapan gambut dan mencegah kebakaran yang lebih parah. Namun, belum ada metode yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta tersedia secara publik untuk mengukur seberapa luas dampak infrastruktur pembasahan gambut tersebut.

Catatan teknis ini bertujuan menjelaskan analisis dampak restorasi gambut yang tersedia di Pranata Informasi Eksosistem Gambut (PRIMS Gambut), sebuah pranata daring berbasis sistem informasi geografis (SIG). Pranata tersebut menyajikan kondisi dan kemajuan restorasi lahan gambut di Indonesia dalam mencapai target restorasi. Dokumen ini menjelaskan indikator dan metode pengukuran dampak sekat kanal dan kanal timbun terhadap proses hidrologi gambut menggunakan pemodelan hidrologi berbasis ilmiah. Selanjutnya, metode ini dapat menentukan areal gambut yang telah dilakukan pembasahan kembali (rewetting). Dokumen ini diharapkan dapat bermanfaat dan diadopsi oleh pemerintah nasional, dalam hal ini BRG, pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta dan masyarakat secara umum untuk mengetahui dampak pembasahan gambut yang telah dilakukan.