Negosiasi perubahan iklim internasional sering kali sulit dipahami karena menggunakan berbagai istilah ilmiah seperti radiative forcing dan sulfur dioksida serta sejumlah singkatan seperti UNFCC, SDG dan CMA. Perjanjian Paris terkait perubahan iklim telah melahirkan bahasa sendiri dengan sejumlah istilah baru seperti “dialog fasilitatif” dan “stocktake global”.

Ini adalah tahun kedua di mana kami memberikan acuan untuk membantu Anda memahami pembahasan di pertemuan iklim tahunan PBB yang tahun ini diselenggarakan di Bonn, Jerman. Meskipun istilah-istilah tersebut sulit dipahami, perdebatan yang berlangsung menyangkut kepentingan kita semua.

Istilah-istilah Mendasar

COP: Pertemuan para pihak (Conference of the Parties) atau pertemuan tahunan 197 Pihak yang tergabung dalam dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim (UN Framework Convention on Climate Change; UNFCCC) yang merupakan perjanjian lingkungan internasional yang diadopsi pada tahun 1992 untuk menstabilkan emisi gas rumah kaca (GRK) global. COP yang diselenggarakan di Bonn tahun ini merupakan pertemuan yang ke-23, sehingga disebut COP23.

BACA: 4 Tanda yang Perlu Diperhatikan di COP23

Presidensi: Fiji adalah Presiden COP tahun ini. Presidensi tersebut diemban secara bergiliran di antara lima kelompok regional dengan tanggung jawab sebagai pemimpin politik serta untuk memimpin pertemuan COP.

Pihak: Suatu negara atau kelompok regional, seperti Uni Eropa, yang telah bergabung dalam suatu perjanjian internasional tertentu seperti UNFCCC atau Perjanjian Paris.

Perjanjian Paris: Suatu perjanjian perubahan iklim internasional dalam UNFCC yang diadopsi oleh 196 Pihak di COP21 di Paris pada tahun 2015. Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal 4 November 2016. COP tahun ini berfokus pada pembahasan mengenai cara Para Pihak mewujudkan tujuan-tujuan perjanjian ini.

Target jangka panjang: Target global yang disahkan oleh Perjanjian Paris. Target ini termasuk target untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C (3,6°F) dan upaya untuk membatasi peningkatan suhu di tingkat 1,5°C (2,7°F) di atas tingkat pra-industri serta mencapai emisi neto nol dengan emisi GRK di bawah batas kapasitas serapan karbon dunia di paruh kedua abad ini. Semua Pihak dalam Perjanjian Paris telah sepakat untuk mengambil tindakan di negaranya masing-masing untuk bersama-sama mencapai tujuan jangka panjang ini.

BACA: Memahami Kesenjangan Emisi dalam Lima Grafik

NDC: Komitmen Kontribusi Nasional (Nationally Determined Contribution) yang mengacu pada 165 rencana iklim nasional yang telah diserahkan setiap negara kepada UNFCCC hingga saat ini dan mencakup 192 negara karena Uni Eropa menyerahkan satu dokumen untuk 28 negara anggotanya. NDC menjelaskan komitmen terkait target dan kebijakan penurunan emisi, rencana adaptasi dan sasaran aksi iklim lainnya.

Penarikan diri: Penarikan diri dari Perjanjian Paris merupakan suatu proses panjang. Suatu pihak hanya dapat mengajukan permohonan penarikan diri tiga tahun setelah perjanjian tersebut diberlakukan bagi pihak tersebut. Penarikan diri tersebut baru akan mulai berlaku satu tahun setelah diterimanya permohonan. Sejauh ini, Amerika Serikat merupakan satu-satunya pihak yang telah mengumumkan rencana untuk menarik diri, namun prosesnya baru dapat dimulai tiga tahun lagi (4 November 2019). Selain itu, Amerika Serikat akan tetap menjadi pihak Perjanjian Paris selama satu tahun setelah jangka waktu tiga tahun tersebut. Negosiator AS tetap berpartisipasi di COP23.

Istilah-Istilah Khusus

<p>Perwakilan WRI Paula Caballero bersiap untuk berbicara dengan Deutsche Welle</p>

Perwakilan WRI Paula Caballero bersiap untuk berbicara dengan Deutsche Welle

CMA: Singkatan untuk mendeskripsikan Pertemuan Resmi Para Pihak Perjanjian Paris. Sumber singkatan ini bahkan lebih rumit lagi, yakni Konferensi Para Pihak yang Berfungsi Sebagai Pertemuan Para Pihak pada Perjanjian Paris (Conference of the Parties Serving as the Meeting of the Parties to the Paris Agreement). CMA adalah badan penyelenggara resmi Perjanjian Paris yang membuat keputusan kunci mengenai peraturan dan prosesnya.

Modalitas, Prosedur dan Pedoman (Modalities, Procedures and Guidelines; MPG): Pedoman yang perlu dikembangkan dalam pasal-pasal Perjanjian Paris sebagai arahan bagi Para Pihak dalam mencapai maksud dan tujuan jangka panjang Perjanjian Paris. Para Pihak akan menegosiasikan MPG ini serta aspek-aspek kunci dari program kerja Paris lainnya pada COP23 dan di tahun berikutnya. CMA akan merampungkannya pada COP24 tahun 2018. Selain itu, MPG juga sering disebut sebagai peraturan, pedoman pelaksanaan atau sistem operasi Paris.

BACA: INSIDER: Menegosiasikan Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Paris di COP23

Badan-badan dalam UNFCCC: Selain COP dan CMA, sejumlah badan lain di bawah UNFCCC akan berperan penting dalam pengembangan berbagai aspek MPG atau program kerja Paris. Badan-badan ini adalah Kelompok Kerja Khusus untuk Persetujuan Paris (Ad Hoc Working Group on the Paris Agreement; APA), Badan Pendukung Pelaksanaan (Subsidiary Body for Implementation; SBI) dan Badan Pendukung Teknologi dan Masukan Ilmiah (Subsidiary Body for Technological and Scientific Advice; SBSTA).

Mekanisme Ambisi: Berbagai elemen Perjanjian Paris yang digabungkan untuk meningkatkan ambisi aksi iklim dari waktu ke waktu untuk memastikan pencapaian target jangka panjang Perjanjian Paris oleh negara-negara tersebut. Elemen-elemen ini termasuk pembahasan global dan penyerahan NDC setiap lima tahun.

BACA: Bagaimana Perjanjian Paris Akan Terus Mempercepat Aksi Iklim

NDC yang ditingkatkan: Semua Pihak dapat mengajukan NDC baru atau NDC yang sudah diperbaharui pada tahun 2020. Kesempatan ini berkaitan dengan prinsip peningkatan dan perkembangan dalam Perjanjian Paris.

BACA: Empat Alasan Mengapa Negara-Negara Harus Meningkatkan NDC pada Tahun 2020

Stocktake Global: Momen kolektif untuk membahas kemajuan pencapaian tujuan jangka panjang Perjanjian Paris. Pembahasan ini dilakukan setiap lima tahun dimulai dari tahun 2023 dan akan mengumumkan pengajuan NDC baru.

BACA: INSIDER: Merancang Pembahasan Global dalam Perjanjian Paris

Dialog Talanoa atau Dialog Fasilitatif 2018: Kali pertama di mana negara-negara akan melakukan latihan stocktacking. Dialog ini akan diluncurkan secara resmi di COP23. Sementara itu, pembahasan teknis akan dilakukan sepanjang tahun depan dan berakhir dengan acara tingkat kementerian di COP24 di tahun 2018.

“Talanoa” mengacu pada dialog inklusif melalui penyampaian cerita, yang merupakan bagian dari tradisi Fiji, yang diharapkan akan digunakan oleh Presidensi Fiji untuk memfasilitasi musyawarah.

BACA: INSIDER: Sudah Ada Gambaran Jelas bagi Dialog Fasilitatif Talanoa 2018

Aktor Non Negara: Semua entitas non negara, seperti kota atau sektor bisnis. Karena NDC yang ada saat ini tidak cukup untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5-2°C, mobilisasi aksi iklim melalui aktor non negara juga berperan penting untuk mencapai target Perjanjian Paris.

Kemitraan Marrakesh untuk Aksi Iklim Global: Platform resmi bagi aktor non negara untuk menyampaikan inisiatif iklimnya. Platform yang sebelumnya dikenal sebagai Agenda Aksi Lima-Paris menyelenggarakan acara-acara khusus selama lima hari di Bonn.

Juara Iklim: Setiap tahun, dua juara iklim-satu juara ditunjuk oleh Presiden COP sebelumnya dan satu ditunjuk oleh Presiden yang sedang menjabat-memusatkan perhatian pada aksi yang dilakukan oleh aktor non negara. Juara iklim baru yang mewakili Presidensi COP tahun berikutnya menggantikan juara yang sudah ada setiap tahunnya.

Kerugian dan kerusakan: Dampak perubahan iklim parah yang tidak bisa diatasi dengan adaptasi, seperti dampak cuaca ekstrem yang menyebabkan bencana atau hilangnya kawasan pesisir karena kenaikan permukaan laut. Mekanisme Internasional Warsawa untuk Kerugian dan Kerusakan dibentuk pada COP19 tahun 2013 dengan tujuan untuk “mengatasi kerugian dan kerusakan terkait dampak perubahan iklim, termasuk kejadian cuaca ekstrem dan lambatnya upaya penanganan di negara-negara berkembang, terutama negara yang rentan terhadap pengaruh buruk perubahan iklim”.

Rencana Adaptasi Nasional: Dibuat pada COP16 di Cancun pada tahun 2010. Para Pihak menggunakan Rencana Adaptasi Nasional untuk mengidentifikasi kebutuhan adaptasi jangka menengah dan panjang serta strategi untuk mengatasinya.

BACA: Memprioritaskan Adaptasi dan Mengatasi Kerugian dan Kerusakan di COP23

Dana Adaptasi: Dana internasional yang dibentuk pada tahun 2001 di bawah Protokol Kyoto untuk mendukung proyek adaptasi di negara-negara berkembang. Dana tersebut mulai memberikan persetujuan atas proyek pada tahun 2009 dan memelopori konsep akses langsung. Pada COP22 di Marrakesh, negara-negara sepakat bahwa Dana ini harus dimanfaatkan untuk Perjanjian Paris setelah adanya keputusan terkait tata kelola dan pengaturan kelembagaan, pengamanan dan modalitas operasionalnya. Keputusan terkait hubungan antara dana ini dengan Perjanjian Paris belum dibuat dan menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam COP23.

Sasaran 100 Miliar Dolar: Sasaran yang disepakati pada tahun 2009 di COP15 di Kopenhagen, di mana negara-negara maju berkomitmen untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber sebesar US$100 miliar per tahun pada tahun 2020, termasuk pendanaan pemerintah dan swasta, untuk membantu negara-negara maju dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Di COP23, negara-negara akan mencoba memperjelas perkembangan dalam pencapaian sasaran dan mendapatkan kepastian bahwa tujuan ini dapat dipenuhi.

Peta Jalan (Roadmap) 100 Miliar Dolar: Rencana negara-negara maju untuk meningkatkan pendanaan untuk mencapai tujuan ini. Rencana ini diminta di COP21 di Paris dan dirilis pada tahun 2016.

Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund; GCF): Suatu dana internasional yang dibentuk pada tahun 2010 untuk mendukung proyek adaptasi dan mitigasi di negara-negara berkembang. Dana sebesar $10,3 miliar telah dijanjikan oleh lebih dari 40 negara untuk GCF. GCF mulai memberikan persetujuan atas proyek pada tahun 2015. Uang yang diberikan oleh negara-negara maju kepada GCF merupakan salah satu, tetapi bukan satu-satunya, sumber pendanaan yang diandalkan untuk sasaran 100 miliar dolar. COP memberikan panduan kepada GCF di setiap pertemuan.

Konferensi Satu Planet/Macron: Suatu konferensi yang digagas oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris pada tanggal 12 Desember 2017, dua tahun setelah Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim dirampungkan. Konferensi tersebut akan berfokus pada pendanaan aksi iklim dan penyelarasan arus keuangan untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris.

  • CATATAN EDITOR: Artikel ini telah diubah untuk mengklarifikasi bahwa negara-negara yang mengajukan penarikan diri dari Perjanjian Paris tetap menjadi Pihak perjanjian hingga periode satu tahun setelah pengajuan dokumen tersebut.