Global Forest Watch is an online forest monitoring system created by the World Resources Institute and more than 40 partners. Photo credit: Marco Simola/CIFOR
Global Forest Watch is an online forest monitoring system created by the World Resources Institute and more than 40 partners. Photo credit: Marco Simola/CIFOR

Tulisan ini ditulis bersama dengan Dave Thau, senior developer advocate untuk Google Earth Engine, platform pengolahan gambar satelit Google.

Pada saat kita mengetahui tentang deforestasi, biasanya sudah terlambat untuk mengambil tindakan.

Para peneliti yang sudah mempelajari tentang hutan selama berabad-abad, mencatat serangkaian peran vital ekosistem ini bagi manusia. Namun, sebagian besar dari kita masih kekurangan informasi yang tepat waktu dan bisa diandalkan mengenai dimana, kapan dan mengapa hutan menghilang.

Hal ini akan segera berubah dengan diluncurkannya Global Forest Watch, sebuah sistem pemantauan hutan online yang diciptakan oleh World Resources Institute dan lebih dari 40 mitra. Global Forest Watch menggunakan teknologi canggih untuk memetakan hutan di dunia dengan menggunakan citra satelit, mendeteksi perubahan-perubahan pada tutupan pohon dengan hampir seketika, dan menyediakan informasi ini secara gratis bagi siapapun yang memiliki akses internet.

Dengan Global Forest Watch, setiap orang dari pengusaha eksekutif sampai dengan pembuat kebijakan dan masyarakat adat bisa mencari tahu apa yang terjadi di hutan di seluruh dunia – dan menggunakan informasi ini untuk bertindak. Karena sekarang kita sudah memiliki kemampuan untuk mengintip ke dalam hutan di seluruh dunia, beberapa kisah cerita mulai bermunculan:

1) Laju kehilangan tutupan pohon global jauh melampaui penambahan tutupan pohon.

Data dari Universitas Maryland dan Google menunjukkan bahwa dunia sudah kehilangan 2,3 juta kilometer persegi tutupan pohon antara tahun 2000 sampai 2012 – setara dengan kehilangan wilayah hutan seluas 50 kali lapangan sepakbola setiap menitnya setiap hari selama 13 tahun belakangan! Sebaliknya, hanya 0,8 juta kilometer persegi tumbuh kembali, ditanami, atau direstorasi dalam periode waktu yang sama.

2) Pengembangan kelapa sawit mendorong deforestasi di hutan lindung di Indonesia.

Sistem FORMA – yang menghasilkan peringatan bulanan yang dengan tepat menunjukkan sepetak wilayah seluas 500-kali-500 meter dimana telah terjadi kehilangan tutupan pohon – mengindikasikan deforestasi besar-besaran di Taman Nasional Tesso Nilo selama tujuh tahun belakangan. Greenpeace, yang mengandalkan data FORMA untuk menghasilkan laporan License to Kill, menemukan bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab sebagian besar perusakan taman nasional tersebut.

3) Beberapa wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati di Basin Kongo sedang terancam.

Hutan merupakan rumah bagi lebih dari setengah keanekaragaman hayati darat yang hidup di dunia ini. Wilayah ekologi Afromonte bagian timur di Afrika Tengah – yang ditunjukkan dalam warna hijau kebiruan – menyimpan beberapa populasi hewan yang terancam dan hampir punah, seperti simpanse dan gorila. Hilangnya tutupan pohon secara signifikan sepertinya muncul di wilayah ini, sehingga menghancurkan habitat penting untuk spesies-spesies tersebut.

Jane Goodall Institute, mitra GFW yang menggunakan data Universitas Maryland dan data hutan lainya untuk membantu pemerintah, komunitas lokal, dan para mitra lainnya untuk mendeteksi hilangnya habitat kera besar, menemukan bahwa 2,4 persen hutan di dalam kawasan habitan simpanse telah hancur di Afrika selama 12 tahun belakangan. Angka tersebut sama banyaknya dengan kehilangan wilayah hutan seluas 2000 lapangan sepak bola setiap harinya!

4) Laju deforestasi menurun di hutan Amazon Brazil.

Meskipun Brazil masih menduduki peringkat satu deforestasi terluas didunia, ada berita positif yang bisa dilaporkan. Laju deforestasi di negara ini akhirnya berkurang rata-rata sebesar 1.318 kilometer persegi setiap tahunnya selama sepuluh tahun belakangan, meskipun ada sedikit peningkatan pada tahun 2013.

Pengurangan laju deforestasi di Brazil sebagian dikarenakan oleh perbaikan pada kebijakan dan penegakan hukum – yang didukung oleh sistem peringatan deforestasi bulanan berbasis satelit yang dimiliki negara tersebut. Peta diatas membandingkan deforestasi tahun 2000-2006 dengan deforestasi tahun 2006-2012 dengan menggunakan data dari Deforestation Alert System (SAD) yang dikembangkan oleh Imazon, LSM Brazil, dan mitra GFW.

5) Hutan yang terlindungi di wilayah adat di Brazil.

Teritori tradisional suku Surui di Brazil tampak seperti pulau hijau yang dikelilingi oleh lahan yang sudah sangat terdegradasi dan terdeforestasi selama 10 tahun belakangan. Masyarakat adat seringkali bergantung pada hutan bagi penghidupan dan cagar budaya mereka, dan karenanya memiliki insentif yang kuat untuk mengelola hutan secara lestari. Meskipun demikian, banyak komunitas adat yang berjuang untuk melindungi lahan mereka terhadap perambahan oleh penebang liar. Global Forest Watch bisa membantu komunitas-komunitas ini dengan mengundang perhatian terhadap permasalahan ini.

6) Lanskap hutan lebat di provinsi British Columbia (Kanada) sedang terancam.

 

Lanskap hutan lebat di wilayah provinsi British Columbia, Kanada, yang digambarkan dalam warna hijau muda, saat ini semakin terancam. Penelitian membuktikan bahwa penebangan hutan, kebakaran, dan penyakit merupakan ancaman-ancaman yang paling besar.

Hal ini merupakan tren yang meresahkan. Hutan tersebut – yang dikenal sebagai “hutan primer tua” – menurut sejarah belum banyak dirambah manusia, karenanya sangat berharga dalam hal keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon, dan penyediaan jasa ekosistem seperti air dan filtrasi udara.

British Columbia merupakan rumah bagi hutan hujan lebat bertemperatur sedang yang kaya, termasuk Great Bear Rainforest (terlihat diatas sepanjang garis pantai). Hutan ini merupakan rumah bagi sub-spesies langka beruang hitam yang sering tampak berselimut putih dan dianggap sakral oleh suku asli British Columbia.

7) Hutan A.S. di bagian selatan mengalami laju kehilangan dan pertumbuhan ulang tertinggi di dunia.

Wilayah selatan Amerika Serikat merupakan rumah bagi wilayah berhutan paling lebat di negara tersebut, secara total mencakup 29 persen total lahan hutan A.S. Mozaik hilangnya tutupan lahan (merah jambu) dan penambahan tutupan lahan (biru) yang jelas terlihat pada peta diatas menunjukkan bagaimana hutan di seluruh wilayah ini digunakan sebagai lahan pertanian, ditanami, dan dipanen dalam siklus lima tahunan untuk menghasilkan kayu atau akasia untuk produksi kertas. Kenyatannya, antara tahun 2000 sampai dengan 2012, hampir sepertiga tutupan pohon di wilayah ini hilang atau ditumbuhkan kembali.

Praktik “kehutanan intensif” atau “hutan produksi” tersebut digunakan di seluruh dunia untuk menyediakan komoditas yang berharga dan mendorong perekonomian daerah dan nasional. Analisis WRI menunjukkan bahwa jika para pengelola hutan produksi menganut “strategi layanan ekosistem berganda”, mereka akan bisa menghasilkan manfaat-manfaat tambahan seperti keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon, dan filtrasi air.

8) Kebakaran hutan dan gambut merupakan permasalahan kronis perkebunan kelapa sawit di Sumatera.

Kebakaran hutan dan gambut merupakan permasalahan kronis di seluruh Indonesia. Cuplikan dari awal Februari ini menunjukkan bahwa banyak dari kebakaran tersebut – yang dideteksi dengan menggunakan data kebakaran FIRMS hampir seketika milik NASA – berlokasi di perkebunan kelapa sawit.

Pada musim panas tahun lalu, kebakaran di Sumatera mengirimkan gumpalan kabut asap beracun ke seluruh Asia Tenggara, yang mengakibatkan dampak yang amat buruk terhadap perekonomian dan kesehatan secara regional. Analisis WRI menggabungkan data titik panas dari sistem peringatan kebakaran FIRMS milik NASA dan data konsesi dari pemerintah Indonesia. Kami menemukan bahwa hampir 50 persen dari seluruh titik panas terjadi di konsesi kelapa sawit dan akasia, yang mengindikasikan bahwa beberapa dari peristiwa kebakaran tersebut kemungkinan diciptakan untuk membuka hutan dan lahan gambut untuk mengembangkan pertanian.

9) Laju deforestasi di wilayah Gran Chaco di Amerika Selatan sudah melampaui laju deforestasi di Amazon.

Sementara banyak liputan media fokus pada deforestasi di hutan hujan Amazon, beberapa wilayah di hutan tropis kering dan sabana di wilayah Gran Chaco – yang terbentang di sepanjang Paraguay, Argentina dan Brazil selatan – mengalami kehilangan tutupan pohon yang tertinggi di dunia. Bercak-bercak persegi, yang menunjukkan wilayah hutan yang hilang, menunjukkan pola yang konsisten dengan perluasan wilayah pertanian untuk lahan kedelai dan lahan penggembalaan sapi.

Buat Peta Hutan Anda Sendiri

Dahulu, data yang dibutuhkan untuk menciptakan peta-peta tersebut sulit didapat dan diinterpretasikan. Kebanyakan orang tidak memiliki keahlian, perangkat lunak khusus, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengakses, melihat, dan menelaah data tersebut.

GFW membuka peluang bagi sejumlah pengguna untuk dapat mengakses informasi ini. Misalnya:

  • Pemerintah dapat menggunakan GFW untuk bisa menegakkan peraturan kehutanan, memonitor wilayah konsesi, dan mendeteksi pembukaan hutan secara ilegal;
  • LSM bisa mengidentifikasi titik deforestasi hampir seketika, memobilisasi tindakan, dan mengumpulkan bukti untuk meminta pertanggung-jawaban pemerintah dan perusahaan terkait komitmen-komitmen yang berkenaan dengan kehutanan;
  • Komunitas adat bisa mengunggah peringatan dan foto-foto ketika perambahan terjadi di lahan hutan adat mereka;
  • Para pembeli komoditas utama seperti kelapa sawit, kedelai, kayu dan daging bisa memonitor kepatuhan para pemasok mereka terhadap peraturan, komitmen dan standar sertifikasi yang relevan;
  • Para pemasok komoditas-komoditas tersebut bisa menunjukkan bukti yang terpercaya bahwa produk-produk mereka “bebas-deforestasi” dan dihasilkan secara legal;
  • Media bisa dengan cepat mengetahui tentang tren deforestasi dan mengumpulkan berbagai bukti untuk peliputan berita; dan
  • Warga negara yang peduli dimanapun bisa belajar lebih banyak mengenai kondisi hutan dan berpartisipasi dalam mengawasi hutan.

Karenanya, saya mendorong anda untuk mengunjungi Global Forest Watch dan membuat peta hutan Anda sendiri. Ada banyak kisah yang bisa disampaikan mengenai apa yang terjadi di hutan di seluruh dunia – dan cerita-cerita tersebut bisa mengarah kepada sebuah aksi untuk melindungi ekosistem khusus yang terancam ini.

Kisah apa yang akan Anda sampaikan?

Kunjungi laman acara peluncuran GFW untuk informasi dan materi.