Tulisan ini juga dipublikasikan di trenlaut.id.

Setiap hari nelayan mengerumuni pasar ikan di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat untuk menawarkan ikan segar hasil tangkapannya. Mereka berusaha keras untuk menawarkan ikan segar tangkapan mereka kepada pelanggan. Karena kandungan protein dan mikronutriennya, konsumsi ikan berkualitas tinggi menjadi salah satu solusi berbagai masalah kesehatan, seperti stunting dan malnutrisi akut. Omega 3 yang terkandung dalam ikan dapat mencegah penyakit jantung, stroke dan darah tinggi. Untuk mendapatkan manfaat tersebut, kita harus lebih gencar meningkatkan konsumsi ikan.

Secara keseluruhan, konsumsi ikan di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan tren peningkatan, meski tidak terlalu tinggi. Justru, konsumsi ikan di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lain di Asia Pasifik dengan konsumsi sebesar 12,78 kg/kapita/tahun pada tahun 2011. Jumlah tersebut lebih rendah daripada Kamboja (53,15 kg/kapita/tahun) dan Thailand (31,39 kg/kapita/tahun).

<p>Pasar ikan lokal di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Kredit foto: Wiro Wirandi/EcoNusa</p>

Pasar ikan lokal di Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Kredit foto: Wiro Wirandi/EcoNusa

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya konsumsi ikan di Indonesia. Pertama, kurangnya infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendistribusikan ikan berkualitas tinggi ke konsumen, termasuk infrastruktur pasar yang modern dan mendukung, stok es yang minim, atau kurangnya pendingin di kapal. Masa hidup komoditas ikan segar cenderung pendek, sehingga pengolahan ikan mulai dari kapal sampai ke konsumen harus dilakukan secara memadai dengan rantai nilai yang efektif. Jika tidak, kualitas ikan akan menurun dan konsumsi ikan akan terkena imbasnya.

Kedua, beberapa jenis makanan laut berkualitas tinggi seperti tuna, udang, kepiting, gurita, dan sotong lebih banyak dijual di pasar internasional. Hal ini berkontribusi pada rendahnya konsumsi makanan laut berkualitas tinggi di Indonesia. Konsumen lokal lebih banyak menemukan makanan laut dengan kualitas sedang atau rendah.

Ketiga, masyarakat cenderung lebih memilih daging daripada ikan. Di masyarakat agraris, daging sapi, ayam, telur dan susu lebih disukai daripada ikan. Padahal, protein ikan lebih tinggi (52,7%) dibandingkan daging sapi (19,6%) serta telur dan produk susu (23,2%).

Cara meningkatkan konsumsi ikan.

1. Meningkatkan infrastruktur untuk memperbaiki kualitas dan ketersediaan komoditas makanan laut

Infrastruktur, khususnya pendingin, sangat penting dalam menciptakan rantai pasokan yang efektif dan efisien. Dengan infrastruktur yang memadai, jual beli komoditas ikan akan lebih efisien dan ketersediaan komoditas ikan berkualitas tinggi bagi konsumen domestik juga akan lebih terjamin. Durasi penyimpanan komoditas ikan umumnya relatif sebentar karena konsumen menginginkan produk yang segar. Oleh karena itu, jumlah pendingin perlu diperbanyak. Jika ketersediaan pendingin bagi produsen bisa lebih baik, khususnya bagi masyarakat lokal dan nelayan kecil, mereka dapat menjual produk langsung ke konsumen dan menghindari keterlibatan tengkulak yang biasanya mempunyai pendingin untuk menjaga kesegaran ikan. Dengan begitu, produsen dapat mendapatkan tambahan pendapatan. Jika ketersediaan pendingin ditingkatkan, kesegaran ikan di seluruh kabupaten dan provinsi di Indonesia juga dapat terjaga lebih lama dari fase produksi sampai konsumsi.

2. Menetapkan peraturan pemerintah tentang praktik perikanan berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, keberlanjutan dan kualitas ikan

Perikanan ilegal berkontribusi pada turunnya ketersediaan, keberlanjutan, dan kualitas ikan di laut, yang kemudian akan berdampak pada konsumsi. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, jumlah beberapa komoditas makanan laut dengan nilai ekonomi tinggi semakin berkurang di laut lepas akibat penangkapan yang berlebihan (overfishing). Lebih parahnya lagi, banyak nelayan yang melakukan praktik ilegal seperti menggunakan bom atau jaring insang untuk menangkap ikan dan makanan laut dalam jumlah besar. Karena praktik-praktik yang tidak berkelanjutan ini, kualitas komoditas ikan pun semakin menurun. Saat ini, penggunaan jaring insang sudah dilarang di banyak negara karena merusak insang sehingga membahayakan ikan. Parahnya lagi, ikan dan makanan laut berkualitas tinggi lebih banyak diprioritaskan untuk ekspor sehingga upaya untuk meningkatkan konsumsi ikan berkualitas tinggi di dalam negeri semakin terhambat.

Guna mengatasi masalah ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan Peraturan Menteri No. 56 tahun 2016 yang mengatur penangkapan lobster dan kepiting berdasarkan kondisi telur dan ukurannya. Untuk mendukung implementasi peraturan ini, pemangku kepentingan kunci seperti masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan mitra pembangunan perlu mengembangkan strategi pelaksanaan hukum di daerah untuk mengawasi dan menindak pelanggaran peraturan. Dengan mengatasi permasalahan penangkapan ikan berlebih dan perikanan ilegal, kita dapat meningkatkan ketersediaan, keberlanjutan, serta kualitas konsumsi ikan dan makanan laut di masa mendatang, termasuk untuk konsumen domestik.

3. Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya konsumsi ikan

Banyak pihak yang terlibat dalam upaya peningkatan konsumsi ikan di tingkat rumah tangga. Saat ini, ada beberapa kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konsumsi ikan, baik di tingkat nasional maupun daerah, seperti gerakan Gemar Makan Ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Salah satu kampanye yang dilakukan di tingkat daerah adalah Festival Gemar Makan Ikan yang diselenggarakan di Kabupaten Raja Ampat untuk meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat dalam membeli dan mengonsumsi ikan. Festival ini telah menjadi kegiatan tahunan di Raja Ampat, yang mempersilahkan peserta untuk mengonsumsi ikan secara cuma-cuma. Tak hanya itu, festival ini juga bertujuan untuk membentuk pandangan konsumen tentang kualitas ikan di pasar domestik. Kampanye semacam ini dapat dilakukan dalam skala yang lebih besar untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konsumsi ikan dan mendorong peningkatan permintaan ikan berkualitas tinggi di pasar domestik.

Dengan tiga cara di atas, ditambah dengan peta jalan untuk meningkatkan konsumsi ikan domestik yang tepat, mudah-mudahan konsumsi ikan di Indonesia akan semakin meningkat.