Artikel ini sebelumnya telah dipublikasikan di World Economic Forum.

Terdiri dari 17.500 pulau dan 108.000 kilometer panjang pesisir, perairan Indonesia menjadi rumah bagi beragam kekayaan hayati laut. Perairan ini, seperti wilayah laut lainnya, menghadapi ancaman polusi plastik.

Setiap tahun, Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik, yang 61 persennya tidak dikumpulkan dan dibuang secara aman. Jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang dihadapi Indonesia, jumlah sampah plastik yang akan berakhir di jalur air pesisir dan daratan berpotensi meningkat 30 persen.

Untungnya, Indonesia memiliki rencana ambisius untuk mengurangi kebocoran sampah plastik ke laut sebesar 70 persen pada tahun 2025, seraya mencapai polusi plastik hampir nol pada tahun 2040 melalui langkah transisi menuju ekonomi sirkuler untuk plastik. Indonesia NPAP telah membentuk gugus tugas inovasi untuk mendorong inovator mengembangkan solusi untuk mengatasi sampah plastik di Indonesia dan mendukung target ambisius yang telah ditetapkan pemerintah.

NPAP Indonesia Multistakeholder Action Plan

Perlu segera diambil tindakan untuk mencapai titik balik polusi plastik di Indonesia. Gambar: World Economic Forum/Indonesia National Plastic Action Partnership

Mencapai titik balik sampah

Mengatasi tantangan polusi plastik di Indonesia, sebagaimana di negara-negara lain di dunia, akan membutuhkan kerja sama antara masyarakat, sektor swasta dan sipil. Upaya ini juga memerlukan cara penyelesaian masalah yang berbeda, solusi inovatif dan instrumen digital serta pembentukan ekosistem inovatif yang kondusif agar solusi-solusi tersebut dapat diterapkan dengan baik.

Semua ini menjadi jantung dari kompetisi Informal Plastic Collection Innovation Challenge, hasil kolaborasi antara Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP) dan UpLink, yang secara aktif berusaha mempertemukan bisnis dan organisasi untuk bekerja sama mengatasi isu ini secara efektif.

Tantangan Inovasi ini merupakan salah satu tindakan prioritas yang dirincikan dalam NPAP Innovation Roadmap untuk mendorong solusi baru dalam mengatasi polusi plastik di Indonesia. Peta jalan ini dikembangkan oleh Gugus Tugas Inovasi Indonesia NPAP yang terdiri dari 35 organisasi dari pemerintah, sektor swasta, penyedia solusi dan lembaga riset.

Peta Jalan Inovasi ini merincikan cara untuk mendorong pengembangan solusi baru untuk pengurangan sampah plastik yang didasari oleh lima pertanyaan:

  • Apa yang dapat mendorong riset dan pengembangan baru?
  • Bagaimana kita dapat memahami dan memvalidasi jenis-jenis inovasi yang efektif?
  • Bagaimana kita dapat memberikan dukungan teknis yang lebih besar bagi inovator?
  • Bagaimana kita dapat membantu inovasi-inovasi yang efektif untuk mendapatkan akses pendanaan agar dapat dikembangkan dalam skala yang lebih besar?
  • Bagaimana kita dapat memasarkan inovasi dengan lebih cepat?

Pentingnya kolaborasi ini dijabarkan oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam rencana aksi multipemangku kepentingan Indonesia yang dipublikasikan di bawah kerja sama dengan World Economic Forum pada bulan April 2020.

“Indonesia tidak memilih apa yang mudah, tetapi apa yang benar,” katanya. “Alih-alih menggunakan pendekatan business-as-usual, kami akan melakukan pendekatan perubahan sistem yang menyeluruh untuk mengatasi sampah dan polusi plastik. Kami berharap pendekatan ini akan memicu kolaborasi serta komitmen yang lebih besar dari pihak-pihak lain di panggung global.”

Indonesia NPAP dan UpLink mengajak organisasi-organisasi mencari solusi untuk menjawab bagaimana cara menciptakan rantai pasokan yang lebih baik dalam upaya pengelolaan sampah, meningkatkan pengakuan atas pekerja di industri pengelolaan sampah dan memberikan mereka akses kepada kemampuan dan pengetahuan digital.

Tantangannya adalah bagaimana cara menyediakan peluang skema bagi para aplikan terpilih agar ide mereka untuk mengatasi sampah dapat secara cepat didorong ke tahap pengembangan. Selain bantuan keuangan, dibutuhkan pelatihan dan lokakarya, program bimbingan dan kesempatan pengembangan jaringan dan kesempatan untuk mempresentasikan program mereka ke para pemangku kepentingan sektor yang berpengaruh.

Peluang ekonomi sampah

Sebagai bagian dari perubahan sistem menyeluruh tersebut, tantangan inovasi ini berfokus pada mereka yang berkecimpung di sektor pengumpulan dan daur ulang sampah.

Setiap tahun, upaya industri sampah informal secara keseluruhan berhasil mengumpulkan sampah plastik hingga sekitar satu juta ton. Sekitar 70 persen (70.000 ton) dari jumlah tersebut didaur ulang. Sisanya, pada umumnya, hilang begitu saja karena buruknya proses pengumpulan, penyimpanan dan transportasi sampah tersebut.

Akan tetapi, kontribusi sektor informal dalam pengurangan plastik sampah sering kali tidak mendapatkan pengakuan dan para pengangkut sampah sering kali bekerja dengan upah rendah dan kondisi yang tidak aman, menurut NPAP.

Padahal, pengumpulan sampah bukan pekerjaan rendahan. Industri ini berpeluang menciptakan bisnis yang menguntungkan dan menyediakan peluang ekonomi yang luar biasa bagi mereka yang pada umumnya tidak memiliki akses kepada peluang tersebut.

Meningkatkan upah dan kondisi kerja menjadi bagian penting dalam mendukung kontribusi ekonomi sektor informal kepada upaya penanganan sampah.

Selain meningkatkan pengakuan bagi para pekerja ini, NPAP dan UpLink mengajak masyarakat mencari solusi untuk memberikan akses kepada layanan sosial dan mendorong kolaborasi dalam rantai nilai pengelolaan sampah.

Rantai pasokan yang lebih cerdas

Rantai pasokan sangat terdampak oleh pandemi COVID-19, baik di sektor sampah dan daur ulang lokal maupun di jalur perdagangan global. Karena beberapa fasilitas daur ulang terpaksa tutup, meskipun sementara, sampah pun berakhir di tempat pembuangan akhir. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mengembangkan rantai pasokan yang lebih tangguh dan fleksibel agar mampu menghadapi risiko disrupsi di masa depan.

Untuk sampah plastik di Indonesia, masih banyak hal yang perlu dilakukan terkait segmentasi dan analisis materi yang perlu disortir. Hal ini mencakup pengembangan sistem untuk menelusuri plastik ketika memasuki dan meninggalkan sektor pengumpulan. Kategorisasi upaya pemasaran berdasarkan jenis plastik dapat membantu mengembangkan spesialisasi terkait persyaratan penanganan berbagai jenis materi.

Pengumpul sampah dari sektor informal Indonesia juga bisa mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya permintaan materi daur ulang serta peningkatkan perjanjian offtake plastik jangka panjang antara pembeli grosir bahan baku plastik dan lembaga pengumpulan sampah. Seiring dengan itu, perusahaan penyedia barang konsumsi dan aktor-aktor sektor swasta lain yang menjadi bagian dari rantai nilai diuntungkan oleh ketersediaan bahan baku plastik daur ulang yang sepenuhnya dapat ditelusuri, sehingga ketersediaan sumber-sumber bahan baku yang bertanggung jawab (ethical sources) lebih terjamin.

Teknologi dapat mengambil peran

Seperti pasar lainnya, pengumpulan sampah plastik hanya dapat memberikan keuntungan ekonomi jika penjual dan pembeli memiliki akses kepada satu sama lain serta penentuan harga terbaik dapat dilakukan secara cepat dan mudah. Di sektor informal, sering kali pengiriman plastik kepada pembeli secara langsung menjadi kuncinya. Namun seiring dengan bertumbuhnya operasional dan ambisi yang dimiliki, jaringan informal ini tidak lagi memadai.

Platform teknologi dapat mempertemukan pembeli dan penjual dalam cakupan wilayah yang lebih luas, mempermudah penentuan harga terbaik dan membantu memberikan kepastian dalam pembuatan perjanjian, negosiasi dan pengaturan kontrak.

Selain itu, bisnis-bisnis kecil independen juga terbantu dalam mengikuti aturan dan peraturan terbaru terkait sampah atau keselamatan pekerja. Pelaksanaan peraturan ini juga lebih mudah karena informasi terkait dapat dipastikan mencapai pihak-pihak yang berkepentingan.

Akan tetapi, pekerja di sektor informal memiliki kekurangan kemampuan digital. Informal Plastic Collection Innovation Challenge ini mengajak para peserta mengembangkan solusi untuk meningkatkan literasi digital pekerja di industri pengelolaan sampah di sektor informal seraya meningkatkan ketersediaan data terkait kegiatan pengumpulan sampah informal dan tingkat pengetahuan para pelaku bisnis terkait peluang inovasi di bidang sampah.

Indonesia National Plastic Action Partnership dan UpLink bermitra dengan Ocean Plastic Prevention Accelerator, pengembang ekosistem inovasi yang didukung oleh The Incubation Network dan didanai oleh The Circulate Initiative serta Global Affairs Canada, untuk meluncurkan Informal Collection Challenge.

Ambil tindakan dan ajukan ide kamu untuk pengumpulan sampah plastik yang lebih inklusif dan efektif di Indonesia. Informasi lebih lanjut dapat didapatkan di sini.