Kita Dapat Menyelamatkan Harimau dari Kepunahan, dengan Sedikit Bantuan dari Satelit
Harimau adalah salah satu satwa yang paling ikonis tetapi juga salah satu yang terancam punah. Meskipun harimau adalah satwa yang populer dalam buku, film, dan agama, hanya kurang dari 3,500 harimau tersisa di dunia, sebagian besar akibat pertanian, penebangan, dan ekspansi infrastruktur yang telah menghancurkan 90 persen habitat mereka.
Kabar baiknya adalah para ilmuwan setuju bahwa populasi harimau dapat kembali meningkat selama habitat yang tersisa dipantau secara efektif dan dilindungi.
Para peneliti belakangan ini mengukur kehilangan habitat di 76 habitat harimau di dunia dalam kurun waktu 14 tahun terkahir menggunakan data yang tersedia di Global Forest Watch. Mereka menemukan bahwa kehilangan hutan di seluruh lanskap harimau lebih rendah dari yang diantisipasi (sekitar 8 juta hektare, atau kurang dari 8 persen habitat harimau secara total). Berkat pemeliharaan habitat di Nepal dan India, populasi harimau di dua negara tersebut telah meningkat masing-masing 61 dan 31 persen.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Melindungi Harimau?
Harimau secara alamiah adalah satwa yang penyendiri dan membutuhkan habitat yang luas untuk bertahan hidup. Salah satu kunci untuk memastikan ukuran habitat yang memadai adalah dengan melindungi dan merestorasi koridor – area lahan yang menghubungkan wilayah-wilayah habitat yang besar dan memungkinkan populasi harimau yang terpisah untuk berpencar dan berinteraksi. Kehilangan atau penambahan habitat di wilayah yang relatif kecil tersebut memiliki dampak besar terhadap keberlangsungan hidup populasi harimau, seperti yang ditunjukkan di Nepal.
Koridor Khata di Lanskap Terai Arc di Nepal – sebuah wilayah yang mencakup 3 lanskap konservasi harimau yang penting untuk mencapai tujuan global untuk melipatgandakan populasi harimau liar hingga 2022 – memperoleh tutupan pohon sebesar 2.7 persen dari luas wilayah koridor tersebut dalam 14 tahun terakhir. Perolehan tutupan pohon ini sebagian disebabkan oleh program kehutanan yang dikelola masyarakat dan upaya patrol anti-perburuan untuk melindungi habitat dan margasatwanya. Harimau sekarang menggunakan koridor ini untuk bepergian antara Taman Nasional Bardia di Nepal dan Cagar Alam Harimau Katerniaghat di India, yang kemungkinan telah berkontribusi pada peningkatan yang tajam populasi harimau di Bardia, yaitu dari 18 ke 50 ekor antara tahun 2009 dan 2013. Populasi di Lanskap Terai Arc secara keseluruhan juga meningkat 61 persen dari 2009-2014.
Di sisi lain, koridor Basanta, juga berada di Lanskap Terai Arc di Nepal, kehilangan beberapa hutannya akibat pelanggaran batas dan pembukaan lahan, sehingga tidak lagi digunakan oleh harimau untuk berpindah ke dan dari hutan di utara. Meskipun kehilangan hutannya kecil – hanya 0.7 persen – kehilangan tersebut terjadi di wilayah kemacetan, sehingga mengganggu konektivitas antara populasi harimau di utara dan selatan wilayah ini dan menurunkan ukuran habitat.
Mencegah kehilangan habitat harimau di masa depan sangat penting untuk memulihkan populasi harimau. Walaupun demikian, jumlah habitat yang hilang sejak 2001 jauh lebih rendah dan lebih terpusat daripada yang diperkirakan. Hal ini menunjukkan bahwa penjaga taman, masyarakat, dan pembuat kebijakan harus memprioritaskan wilayah yang paling sensitif, seperti koridor utama, untuk konservasi.
Ekspansi Pertanian Bertanggung Jawab terhadap Kehilangan Situs Habitat Utama
Tetapi tidak semuanya adalah berita baik.
Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa habitat dimana pertanian skala besar mendorong deforestasi adalah habitat yang paling menderita. Sembilan puluh delapan persen total kehilangan hutan di habitat harimau terpusat hanya di 10 lanskap. Lanskap dengan persentase kehilangan hutan tertinggi berada di Indonesia dan Malaysia, dimana konversi hutan menjadi pertanian adalah faktor utama.
Lanskap Bukit Tigapuluh di Sumatera kehilangan 67 persen tutupan hutannya sejak 2001. Konsesi kelapa sawit dan serat kayu tumpang tindih dengan 42 persen lanskap tersebut. Lihat di peta interaktif.
Taman Negara-Belum di Semenanjung Malaysia mengalami kehilangan tertinggi kedua dengan 22 persen, kemungkinan disebabkan oleh konsesi penebangan, infrastruktur, dan perkebunan kelapa sawit. Lihat di peta interaktif.
Dan Kerinci Seblat di Sumatera kehilangan 17 persen hutannya. Konsesi serat kayu, kelapa sawit, dan penebangan tumpang tindih dengan 17 persen lanskap tersebut. Lihat di peta interaktif.
Penelitian WRI menunjukkan bahwa dunia akan perlu memproduksi 70 persen lebih kalori makan pada tahun 2050 daripada saat ini untuk menyediakan makanan pada populasi yang terus bertambah. Banyak permintaan tersebut akan dipenuhi oleh komoditas seperti minyak sawit. Praktik pengelolaan hutan yang kuat akan menjadi penting untuk menyeimbangkan ekspansi pertanian sehingga ekspansi tersebut hanya terjadi di lahan terdegradasi dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap habitat harimau yang utuh.
Mencegah Kepunahan Harimau
Temuan dari penelitian tersebut merupakan peringatan, tetapi juga bersifat positif. Jika dipelihara dan dikelola dengan tepat, dunia memiliki habitat utuh yang cukup untuk meningkatkan populasi harimau dua atau tiga kali lipat dalam puluhan tahun mendatang. Kehilangan Lanskap Konservasi Harimau yang lebih rendah dari yang diperkirakan menunjukkan bahwa perkembangan adalah hal yang mungkin, tetapi kita tidak dapat kehilangan habitat lagi. Habitat yang hilang sejak 2001 dapat mendukung 400 harimau. Dengan jumlah harimau yang hanya 3,500 ekor di dunia, setiap harimau berarti.
Harimau betina Sumatera menjilat cakarnya. Sumber: Tambako The Jaguar (Flickr).
Para ahli juga memproyeksikan bahwa dunia akan menginvestasi 750 miliar USD setiap tahun untuk projek infrastruktur, termasuk jalan layang yang akan membagi dua Lanskap Terai Arc. Singkatnya, melindungi habitat harimau akan membutuhkan upaya terpadu untuk menyeimbangkan permintaan dunia yang bertambah dengan praktik pengelolaan hutan yang tepat.
Upaya ini akan dimungkinkan sebagian besar oleh data perubahan hutan hampir seketika yang tersedia di Global Forest Watch. Data perubahan tutupan pohon bulanan dan mingguan dapat membantu penjaga taman dan masyarakat membangun penelitian ini untuk terus memantau habitat yang paling berisiko dan bertindak menghentikan kehilangan hutan sebelum populasi harimau dipengaruhi.
Untuk melihat perubahan hutan di habitat harimau, kunjungi peta interaktif GFW di sini.