Para menteri energi dan delegasi tingkat tinggi akan berkumpul di San Francisco minggu depan untuk Konferensi Tingkat Tinggi Kementerian Ketujuh tentang Energi Bersih (Seventh Annual Clean Energy Ministerial Summit - CEM7). Dipimpin oleh Menteri Bidang Energi AS Ernest Moniz, konferensi tersebut merupakan pertemuan pertama para pimpinan energi nasional sejak dilakukannya Perjanjian Paris tahun lalu, dengan para partisipan mencakup Wan Gang (Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Cina), Maroš Šefčovič (Wakil Presiden Persatuan Energi UE), Piyush Goyal (Menteri Energi, Batubara & Energi Baru & Terbarukan india) dan masih banyak lagi. Konferensi ini merupakan forum penting bagi negara-negara untuk membahas bagaimana mereka akan mencapai target energi bersih yang mereka umumkan pada pertemuan di Paris, dan bagaimana mereka akan bersama-sama mengupayakan solusi untuk memajukan pemanfaatan tenaga angin, tenaga surya dan sumber-sumber energi terbarukan lainnya.

Analisis baru yang didasarkan pada riset WRI mengevaluasi apa yang telah menjadi komitmen negara-negara sejauh ini terkait energi bersih, dan dampak potensialnya.

Pandangan Global terhadap Komitmen-Komitmen Energi Bersih Nasional

Dalam dua tahun terakhir, 160 negara mengumumkan rencana-rencana energi bersih yang akan dicapai antara tahun 2020 dan 2030. Komitmen-komitmen ini merupakan gerakan energi bersih terbesar sampai dengan saat ini, dengan negara maju dan negara berkembang memberikan janjinya, termasuk didalamnya Negara-Negara Pulau Kecil dan Negara-Negara Paling Tidak Berkembang.

Apabila beberapa dari penghasil gas rumah kaca (GRK) terbesar—Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Indonesia, Brazil, Jepang dan Meksiko—mencapai rencana-rencana pasca 2020 mereka, total pasokan energi bersih dapat meningkat hingga hampir 10.000 terawatt hours (TWh) pada tahun 2030i, cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi India saat ini. Ini berarti lima negara penghasil GRK terbesar akan meningkatkan dua kali lipat energi bersih mereka pada tahun 2030, relatif terhadap tingkat-tingkat produksi GRK mereka pada tahun 2013, dan meningkatkan energi bersih dunia sampai dengan 25 persen.

Rencana energi bersih negara-negara umumnya disusun dalam konteks hasil akhir yang diinginkan (seperti meningkatkan andil energi bersih sampai tingkat atau persentase tertentu) atau kegiatan-kegiatan yang direncanakan (misalnya, kebijakan energi terbarukan dan pembayaran energy terbarukan (feed-in tariffs)ii:

  • 121 negara memiliki rencana energi bersih berbasis hasil pasca 2020. Amerika Serikat, contohnya, telah berkomitmen untuk meningkatkan andil energi terbarukan dalam bauran tenaga listriknya (melampaui tenaga air) menjadi 20 persen pada tahun 2030. Selandia Baru merencanakan 90 persen listriknya dihasilkan oleh sumber-sumber terbarukan pada tahun 2025, sementara Namibia bermaksud untuk meningkatkan andil energi terbarukan dalam bauran tenaga listriknya menjadi 70 persen pada tahun 2030, naik dari hanya 33 persen pada tahun 2010.

  • 39 negara memiliki rencana energi bersih pasca 2020 berbasis aksi. Republik Korea akan memerlukan pembangkit-pembangkit tenaga listrik untuk memasok sebagian tenaga listrik dari sumber-sumber terbarukan, sementara Kenya berencana untuk mengembangkan produksi tenaga panas bumi, tenaga surya dan tenaga angin. Vietnam bermaksud untuk mengembangkan pasar teknologi energi terbarukan, yang akan didukung oleh industri-industri dalam negeri dan para penyedia layanan dalam negeri untuk menumbuhkan perekonomian nasional.

Memandang Ke Depan

Rencana-rencana yang sangat luar biasa ini menunjukkan sinyal-sinyal yang menjanjikan akan niat negara-negara untuk mentransformasi bauran energi mereka dan meningkatkan investasi energi bersih. Dan sementara rencana-rencana ini berjalan jauh di luar proyeksi skenario kebijakan yang ada saat ini untuk pertumbuhan energi bersih, kita mengetahui bahwa kita masih perlu melangkah lebih jauh unruk mencapai sasaran-sasaran jangka panjang dari Perjanjian Paris dan mencapai nol emisi GRK pada tengah kedua abad ini.

Sekarang waktunya bagi negara-negara untuk menjalankan rencana-rencana energi bersih mereka, sementara pada saat yang bersamaan mencari peluang untuk meningkatkan ambisinya. Para penyelenggara CEM7 telah mengisyaratkan bahwa beberapa negara merencanakan untuk mengumumkan aksi-aksi energi bersih barunya pada konferensi tersebut. Kita akan melihat kemitraan-kemitraan pemerintah/swasta untuk menyalurkan investasi baru terhadap energi bersih, serta penyingkapan solusi-solusi inovatif untuk membantu mendorong transisi menuju bauran energi global yang lebih hijau. Dengan para menteri energi dari negara-negara yang mewakili 90 persen investasi energi bersih dan 75 persen emisi global, konferensi ini menjadi kesempatan yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pencapaian (dan pelampauan!) target energi bersih negara-negara.


i Pada November 2015, WRI mengeluarkan catatan teknis [Assessing the Post-2020 Clean Energy Landscape](http://www.wri.org/sites/default/files/WRI-OCN_Assessing-Post-2020-Clean-Energy-Landscape.pdf) (Menilai Lanskap Energi Bersih Pasca 2020). Catatan ini menguraikan metodologi dan perhitungan yang digunakan untuk mengukur rencana-rencana energi bersih pasca 2020 dari Brazil, Cina, Uni Eropa, India, Indonesia, Jepang, Meksiko, dan Amerika Serikat, berdasarkan data dari laporan Badan Energi Internasional (International Energy Agency – IEA) “World Energy Outlook 2014.” Setelah mengeluarkan catatan teknis tersebut, IEA mengeluarkan “World Energy Outlook 2015.” Blog ini menyajikan hasil-hasil terkini berdasarkan data terakhir IEA, menggunakan kerangka kerja metodologi yang sama dengan yang disajikan dalam catatan teknis tersebut.

iiUntuk informasi lebih lanjut mengenai klasifikasi rencana-rencana energi bersih, silahkan melihat catatan teknis [Assessing the Post-2020 Clean Energy Landscape (Menilai Lanskap Energi Bersih Pasca 2020)](http://www.wri.org/sites/default/files/WRI-OCN_Assessing-Post-2020-Clean-Energy-Landscape.pdf). Pada saat catatan tersebut dikeluarkan, hanya 127 Target Kontribusi Emisi Nasional (Intended Nationally Determined Contributions –INDCs) yang telah disampaikan kepada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change - UNFCCC). Hasil-hasil yang disajikan di sini didasarkan pada penilaian terhadap 162 INDCs yang telah disampaikan kepada UNFCCC sampai dengan 25 April 2016.