Bisnis yang dimilik Fransiska, yakni sebuah toko buku di Jakarta, Ibukota Indonesia, sering mengalami aliran listrik yang tidak menentu. Walaupun toko bukunya bertempat di wilayah komersil, aliran listrik sering padam pada jam sibuk. Gangguan seperti ini mempengaruhi upaya Fransiska dalam menjalankan usahanya secara efektif: lampu yang sering redup, gedung yang seringkali panas karena Fransiska tidak dapat menggunakan kipas angin listrik, dan Fransiska harus kembali mencatat penjualan dan pembelian secara manual, sehingga lebih lambat.

Sayangnya, situasi ini bukanlah kejadian yang jarang dijumpai. Kondisi unik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau menghadirkan tantangan infrastruktur yang sangat besar dalam pencapaian elektrifikasi nasional, dan urbanisasi yang pesat telah membuat jaringan listrik kewalahan. Lebih dari 30 juta warga Indonesia tidak memiliki akses terhadap listrik, sedangkan jutaan lainnya sering mengalami pemadaman yang tidak dapat diprediksi dan koneksi listrik yang tidak stabil.

Program investasi listrik ambisius yang dicanangkan Presiden Joko Widodo menargetkan 35.000 megawat (MW) listrik pada tahun 2020, dengan melibatkan pembangunan 291 pembangkit listrik, 1.375 saluran transmisi listrik, dan 732 jalur distribusi dan transmisi baru sebagai upaya mencapai elektrifikasi nasional dan meningkatkan kualitas listrik Indonesia. Indonesia akan membutuhkan investasi bernilai kurang lebih 43,7 miliar dolar AS untuk memperluas jaringan transmisi dan distribusinya guna meraih tujuan elektrifikasi Jokowi.

Akan tetapi, pihak perencana listrik pertama-tama membutuhkan informasi yang baik mengenai kondisi kualitas dan akses listrik terkini guna memastikan investasi besar ini akan membuahkan hasil. Meskipun hal ini merupakan tugas besar, ada suatu pendekatan inovatif, yaitu dengan menyalurkan listrik kepada pihak yang paling membutuhkan melalui data yang diperoleh dari urun daya atau crowdsourcing.

Inisiatif Pengawasan Pasokan Listrik Indonesia yang Pertama Dimulai di Jakarta

Inisiatif Pengawasan Pasokan Listrik

Inisiatif Pengawasan Pasokan Listrik atau Electricity Supply Monitoring Initiative (ESMI) adalah suatu inisiatif yang diterapkan di India oleh Prayas (Energy Group) di Pune, India. Inisiatif ini diluncurkan secara publik pada bulan Maret 2015 di India dan saat ini mencakup beberapa ratus titik di India. Kunjungi www.watchyourpower.org atau www.prayaspune.org/peg untuk informasi lebih lanjut.

WRI bekerjasama dengan Prayas, Energy Group dan bermitra dengan Institute on Essential Services Reform (IESR), Consumers Union of Tajikistan, dan Energy Change Lab untuk memulai uji coba ESMI di negara baru seperti Indonesia, Tajikistan dan Tanzania.

Institute on Essential Services Reform (IESR) di Indonesia, bermitra dengan Prayas Energy Group (PEG) dan WRI sedang melakukan uji coba Inisiatif Pengawasan Pasokan Listrik (ESMI) di Indonesia untuk mengumpulkan data tersebut. Penyelenggara bekerja sama dengan pihak perorangan untuk menyambungkan monitor pasokan listrik (electricity supply monitor atau ESM) yang mudah dipasang di 25 titik di Jakarta dan sekitarnya, seperti rumah tangga, usaha kecil, wilayah pertanian dan bangunan umum. Perangkat ini juga mencatat dan merekam data mengenai pasokan listrik, termasuk informasi pemadaman. Pasokan voltase direkam setiap menit, dan data ini dikirim ke server pusat menggunakan jaringan nirkabel dan disediakan secara daring.

Walaupun data ini mewakili sampel kecil yang terdiri dari konsumen listrik kelas menengah, data awal yang terkumpul dari 25 perangkat ini menunjukkan informasi penting:

<p>A man monitors his electricity. Foo oleh Hening Marlistya Citraningrum/IESR</p>

Seorang pria memonitor listriknya. Foo oleh Hening Marlistya Citraningrum/IESR

  1. Koneksi bukanlah segalanya. 1 Walaupun tersambung dengan jaringan listrik, tingkat voltase listrik pada umumnya cukup rendah di wilayah ini (210 volt dianggap rendah, 220 volt normal, dan 250 volt tinggi). Voltase rendah mempengaruhi kinerja perangkat elektronik atau kemampuan pengisian daya barang elektronik seperti telefon genggam.
  2. Kapasitas bukanlah segalanya. Di sebagian besar wilayah, kapasitas listrik yang terpasang melebihi konsumsi akan listrik. Dengan kata lain, penggunaan listrik oleh gedung bangunan tidak melebihi listrik yang dapat mereka akses, sehingga seharusnya mereka tidak mengalami masalah dengan kualitas pasokannya. Namun, banyak bangunan yang terus mengalami masalah dengan pasokan dan kualitas, dibuktikan dengan pemadaman yang sering terjadi.
  3. Gangguan sering terjadi. 1 Semua lokasi yang diawasi ESMI mengalami berbagai tingkat gangguan listrik, berkisar dari 15 menit hingga beberapa jam. Hal ini menunjukkan bahwa tersambung dengan jaringan listrik tidak menentukan pasokan listrik yang terus menerus. Kejadian ini membatasi kemampuan warga dalam melakukan pekerjaannya. Idealnya, pasokan listrik yang kontinyu perlu menjadi hal yang lumrah di Indonesia, dan data ESMI dapat membantu pihak pembuat kebijakan merealisasikan pasokan listrik yang dapat diandalkan.

Data ini menyajikan gambaran pola kualitas listrik pada suatu wilayah tertentu bagi pemangku kepentingan, sehingga memungkinkan mereka melakukan perbandingan geografis dengan lebih akurat dan membuat keputusan strategis tentang bagaimana meningkatkan akses terhadap listrik. IESR menemukan bahwa gangguan listrik yang sering terjadi dalam bentuk pemadaman listrik diakibatkan oleh voltase listrik rendah dan penggunaan perangkat elektronik. IESR akan menggunakan informasi ini untuk bekerjasama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) guna meningkatkan pasokan melalui perawatan jaringan listrik atau penerapan opsi energi bersih seperti panel surya atap.

Data ini juga memberikan warga bukti bahwa mereka harus mendekati PLN agar PLN dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Sebelumnya, warga tidak memiliki bukti atas kualitas listrik yang rendah, selain lampu berkedip, perangkat elektronik yang rusak, atau pemadaman harian. Kini, warga memiliki data konkret. PLN diwajibkan untuk mempublikasikan data kinerja kualitas listriknya setiap tiga bulan. Jika pelayanan yang diberikan menyimpang sebesar 20 persen dari informasi yang mereka publikasikan, konsumen berhak mendapatkan kompensasi.

Memahami Masalah adalah Langkah Pertama Untuk Memperbaikinya

ESMI di Indonesia masih berada dalam fase uji coba dan data yang tersedia masih terbatas dalam ukuran sampel dan cakupannya. Ke depannya, IESR berencana menyebarkan data ini kepada pembuat kebijakan, lembaga masyarakat sipil, dan kelompok konsumen untuk meningkatkan penyadartahuan tentang masalah kualitas listrik di Indonesia. Selain itu, IESR, PEG, dan WRI berencana memperluas cakupan ESMI di Indonesia. Data ESMI secara nasional akan membantu menyumbang informasi mengenai kebijakan dan investasi seiring dengan rencana elektrifikasi ambisius yang dijalankan Presiden.

Listrik yang tidak dapat diandalkan membatasi pertumbuhan ekonomi, melemahkan upaya pengentasan kemiskinan, dan membatasi ruang gerak kehidupan masyarakat. Pemadaman listrik mempersulit, atau bahkan tidak memungkinkan, keluarga dan usaha melakukan bahkan hal-hal termudah sekalipun seperti memasak, mencuci pakaian, dan menerangi rumah dan tempat usahanya. Dengan data yang tepat, perencana listrik dan pihak lain dapat mencari solusi yang dapat menyalurkan listrik kepada mereka yang paling membutuhkan.