Oleh: Fitri Nur Avivah (Communications Intern)

Sebagai bagian dari tim komunikasi di WRI Indonesia, mengeksplorasi kreativitas dalam menemukan ide baru menjadi salah satu hal yang cukup menantang bagi saya, terutama di tengah situasi pandemi seperti saat ini. Dengan adanya kebijakan work from home, kita tidak bisa terjun langsung ke lapangan untuk sekadar mencari ide. Namun, situasi penuh tantangan ini ternyata cukup menarik bagi saya. Saya mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi lebih banyak ide kreatif yang kemudian dipublikasikan di beberapa platform digital WRI Indonesia.

Cerita Kita adalah salah satu ide segmentasi konten untuk Instagram WRI Indonesia yang saya kembangkan. Awalnya, ide ini terinspirasi dari Humans of New York yang mengangkat cerita kehidupan manusia dari berbagai latar belakang dan sudut pandang yang berbeda-beda. Melihat di sekitar saya banyak sekali orang yang melakukan beragam aksi untuk bumi, timbullah ide untuk mengangkat perspektif mereka dalam konten ini.

Proses yang Penuh Tantangan

Sebelum merangkainya menjadi sebuah cerita yang menarik, ada beberapa proses yang perlu saya lalui, dimulai dari pengumpulan data yang bersifat kualitatif dan menentukan perspektif cerita yang akan disampaikan. Kemampuan komunikasi dalam hal ini menjadi sangat penting, terutama dalam mempersiapkan tulisan dan konten yang sesuai dengan audiens WRI Indonesia. Proses penyusunan materi juga sangat penting karena cerita yang dibawakan harus sesuai dengan isu-isu penting yang menjadi fokus WRI Indonesia.

Setelah mengumpulkan cukup data dan perspektif awal, saya mulai menghubungi narasumber. Biasanya melalui direct messege (DM) via Instagram, email, atau langsung menanyakan kontaknya ke rekan-rekan peneliti WRI Indonesia. Namun, ada beberapa kesulitan saat menghubungi narasumber, seperti menyesuaikan tata bahasa yang tepat, menentukan waktu ketersediaan narasumber untuk diwawancarai, hingga kesulitan teknis apabila narasumber memiliki kesulitan dalam mengakses internet.

Di tengah situasi pandemi ini, pembuatan konten yang membutuhkan interaksi langsung dengan pihak eksternal hanya bisa dilakukan secara online. Tantangan berinteraksi langsung dengan narasumber secara online terkadang cukup menyulitkan proses penulisan, seperti sinyal yang sulit diprediksi hingga alat komunikasi narasumber yang belum memadai. Apalagi, narasumber yang saya hubungi tidak hanya mereka yang berasal dari kota besar, tetapi juga mereka yang berada di pedesaan.

Selain hal-hal teknis, saat mewawancarai narasumber, saya juga belajar untuk memperhatikan perspektif yang mereka ingin sampaikan. Sebelum melakukan proses wawancara, saya melakukan mini riset terkait latar belakang narasumber untuk memproyeksikan kesesuaian topik dengan narasumber. Lalu, saya menyusun deretan pertanyaan yang sesuai dengan topik, dan mendiskusikannya dengan para peneliti WRI Indonesia untuk meminta saran dan pendapat mereka terkait alur cerita atau topiknya. Sebisa mungkin, proses wawnacara yang saya lakukan bersama narasumber dibawakan dengan santai dan personal agar cerita yang didapatkan bisa berbeda dari yang sudah banyak diangkat sebelumnya.

Saat menyusun hasil wawancara, saya juga perlu memperhatikan tata bahasa, sudut pandang, dan konteks penulisan secara keseluruhan untuk menjadi sebuah cerita yang dapat mempengaruhi para pembaca.

Tantangan lain yang saya hadapi saat menyusun konten #CeritaKita adalah ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan narasumber dengan data yang ada, dan ini cukup menyulitkan dalam proses pengolahan data. Namun koordinasi dan diskusi dengan para ahli di WRI Indonesia menjadi kunci dalam mengembangkan konten yang faktual. Hal ini menjadi peluang bagi saya untuk berkolaborasi dengan para peneliti dan ahli di berbagai bidang. Kolaborasi juga menjadi aspek penting dalam pembuatan setiap konten atau tulisan di WRI Indonesia, selain memudahkan proses penyusunan materi dan cerita. Saya juga mendapatkan banyak exposure dan networking baru dengan rekan-rekan di WRI Indonesia dan dari berbagai narasumber yang telah saya wawancarai.

<p>Berikut adalah beberapa cerita yang sudah di publikasi di Instagram WRI Indonesia.</p>

Berikut adalah beberapa cerita yang sudah di publikasi di Instagram WRI Indonesia.

Hingga tulisan ini dibuat, #CeritaKita telah mengangkat kisah dari tujuh narasumber, mulai dari aktivis lingkungan yang tinggal di Aceh, petani kopi dan masyarakat Hutan Adat di Sumatra, Petani Sawit di Riau, aktivis muda dari komunitas lingkungan, hingga pendiri gerakan sosial pangan seperti Foodbank of Indonesia, Pesantren Ekologi dan Suprlus Indonesia. Proses pembuatan konten ini memberikan saya pandangan dan pengetahuan baru dari masing-masing individu yang saya wawancarai. Saya jadi lebih memahami perspektif banyak orang terkait hubungan mereka dan kepeduliannya terhadap alam.

Mengutip pandangan dari Farwiza (forest conservationist), “Sadari bahwa setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga bumi yang sama,” menyadarkan saya bahwa ternyata bukan hanya para aktivis lingkungan yang bertanggung jawab untuk melakukan aksi lingkungan, tapi semua orang mempunyai tanggung jawab yang sama. Sekecil apapun tindakan baik yang kita lakukan untuk bumi, dampaknya akan terasa besar di kemudian hari. Harapannya, kesempatan yang diberikan oleh WRI Indonesia kepada saya untuk merangkai kisah #CeritaKita bisa menginspirasi. Semoga konten #CeritaKita dapat memberikan edukasi dan membuat lebih banyak orang menyadari bahwa manusia dan bumi merupakan objek yang saling terhubung, yaitu untuk saling menjaga keseimbangan satu sama lain, untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.