Pembangkit listrik dunia membutuhkan banyak air. Hanya saja, kita tidak tahu seberapa banyak air yang dihabiskan.

Meskipun sektor listrik adalah pengguna air industrial terbesar, sebagian besar negara tidak mengharuskan pembangkit listrik untuk mengungkapkan penggunaan air mereka. Pembangkit listrik menggunakan air terutama untuk pendinginan, tetapi data yang dimiliki oleh Basis Data Pembangkit Listrik Dunia (salah satu gudang informasi pembangkit listrik global yang paling sering digunakan) hanya mencakup kapasitas produksi listrik 59 persen pembangkit listrik dunia. Kekurangan informasi ini berbahaya bagi semua pihak, mulai dari investor hingga konsumen.

Energi Berkontribusi terhadap, dan Menderita dari, Tekanan Air

Pembangkit listrik termal yang bergantung pada air menghasilkan sebagian besar listrik dunia—lebih dari 81 persen. Pembangkit-pembangkit ini menggunakan bahan bakar seperti batu bara, gas atau energi nuklir untuk menghasilkan panas, yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Untuk sebagian besar pembangkit termal, besarnya volume air sangat penting dalam proses pendinginan suhu tinggi dan menyalakan turbin dengan uap.

Seiring meningkatnya permintaan energi, penggunaan air di sektor listrik diperkirakan akan semakin meningkat , sehingga sumber daya air yang sudah langka semakin terbatas. Tiga puluh enam negara di seluruh dunia sudah menderita tekanan air yang tinggi, bahkan sangat tinggi.

Kesulitan ini sudah terjadi di negara-negara yang rawan kekeringan, yang kebanyakan kesulitan menghasilkan listrik hanya karena kekurangan air. Sebagai contoh, pada tahun 2012, kekeringan tertinggi dalam sejarah terjadi di Amerika Serikat sehingga setidaknya satu pabrik di Connecticut harus menghentikan operasi. WRI menemukan bahwa kekurangan air di India pada tahun 2016 menyebabkan kehilangan listrik dalam jumlah yang sama dengan kebutuhan listrik satu tahun negara tetangganya, Sri Lanka.

Data Penting Tidak Dimiliki

Untuk memitigasi risiko sektor energi, menciptakan insentif bagi teknologi pengairan dan mempromosikan kebijakan yang meningkatkan ketahanan, diperlukan informasi mengenai daerah-daerah dengan tingkat kehilangan listrik terparah karena kekurangan air. Mengidentifikasi pembangkit mana yang paling banyak menggunakan air dan tingkat perebutan air setempat (“tekanan air”) adalah (“water stress”) langkah pertama yang sangat penting.

Namun, banyak negara tidak mengharuskan pengungkapan penggunaan air pembangkit listrik - termasuk beberapa negara dengan tingkat tekanan air paling tinggi, seperti India. Kesenjangan data ini menghambat akuntabilitas. Selain itu, pembuat kebijakan dan kelompok masyarakat sipil juga tidak memiliki data yang akurat tentang jumlah air yang diambil dan dikonsumsi oleh pembangkit listrik di seluruh dunia - air yang dapat digunakan untuk pertanian dan kebutuhan kota, atau berasal dari sumber-sumber yang mengalami tekanan. Investor juga tidak memiliki akses terhadap informasi yang diperlukan untuk menilai paparan mereka terhadap risiko lingkungan..

Menghitung Data yang Tidak Diungkapkan

Karena banyak pembangkit listrik tidak mengungkapkan penggunaan air mereka, WRI telah mengembangkan metode untuk memperkirakan data ini. Metodologi baru ini merincikan sifat-sifat visual masing-masing jenis bahan bakar dan pendingin di setiap pembangkit listrik termal, yang dapat dilihat melalui layanan pemetaan seperti Google Earth. Jenis bahan bakar dan pendingin pembangkit listrik yang telah diidentifikasi melalui citra satelit dapat dicocokkan dengan data empiris pengambilan air dan intensitas konsumsi. Faktor-faktor intensitas tersebut kemudian digunakan bersama dengan data produksi (yang, tidak seperti penggunaan air, biasanya diungkapkan) untuk memperkirakan berapa banyak air yang diambil atau dikonsumsi pabrik selama periode waktu tertentu.

Siapapun dengan akses internet dapat menggunakan proses ini — pemerintah, perusahaan, investor dan jurnalis dapat menggunakan metode ini untuk mulai menilai penggunaan air pembangkit listrik. Diperkuat oleh data transparan, para pemangku kepentingan dapat meminta pertanggungjawaban dari pembangkit listrik atas penggunaan air mereka dan menuntut penggunaan dan pengembangan teknologi dan kebijakan yang lebih hemat air.

Pada akhirnya, pembangkit listrik harus mulai mengungkapkan data penggunaan air mereka secara langsung. Metodologi ini dapat menjadi alternatif sementara. Setelah semua pembangkit listrik termal - dan suatu hari nanti, semua pengguna air - mengungkapkan penggunaannya, kita dapat mengambil langkah yang lebih bermakna dan efektif untuk mengatasi tekanan air yang terus meningkat.

  • PELAJARI LEBIH LANJUT: Para peneliti WRI saat ini sedang menguji coba metodologi ini di India, di mana kekurangan air sudah pernah membatasi produksi listrik. Nantikan makalah penelitian kami yang akan diterbitkan akhir bulan ini.