Fires burning in Palangkaraya, Central Kalimantan, 2011. Credit: Rini Sulaiman/Norwegian Embassy
Kebakaran di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 2011. Sumber foto: Rini Sulaiman/Kedutaan Besar Norwegia

Cecelia Song, Kemen Austin, Andrew Leach, dan ahli-ahli lainnya di WRI turut berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.

Titik api kembali terlihat di pulau Sumatra, Indonesia. Laporan media di wilayah tersebut mengindikasikan bahwa kabut asap yang dihasilkan telah mencapai tingkat yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat di Indonesia dan Malaysia. Data peringatan titik api terbaru dari NASA, dianalisis oleh WRI sebagai bagian dari rangkaian penelitian tentang titik api dan kabut asap yang sedang berlangsung, menunjukkan 198 peringatan titik api berpotensi tinggi selama periode 20-22 Juli, hampir setengahnya terjadi di dalam wilayah konsesi kelapa sawit, HPH (logging), dan HTI (pulpwood). Jumlah peringatan titik api menunjukkan peningkatan yang dramatis dari minggu-minggu sebelumnya. Ini sangatlah mengkhawatirkan, mengingat baru-baru ini pemerintah regional bersama beberapa perusahaan menyepakati sebuah komitmen untuk mengatasi penyebab-penyebab titik api, serta diumumkannya kesepakatan tingkat-tinggi oleh menteri-menteri dari lima negara Asia Tenggara minggu lalu mengenai pengawasan titik api. Diatas semua itu, data yang baru mengindikasikan bahwa krisis titik api dan kabut asap di Indonesia tetap dan terus menjadi isu yang serius. Pemerintah dan perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasi penyebab-penyebab titik api dan merespon secara cepat ketika titik api ditemukan.

Gambar 1 menunjukkan persebaran peringatan titik api pada periode 20-22 Juli. Peringatan titik api terpusat di utara Provinsi Riau.

Gambar 2 mengindikasikan persebaran peringatan titik api di antara penggunaan lahan yang berbeda-beda. Hampir setengah peringatan titik api terjadi di konsesi kelapa sawit, HPH, dan HTI. Daftar konsesi dan perusahaan yang memiliki titik api tersedia di akhir artikel ini.

Jumlah peringatan titik api dalam seminggu terakhir menunjukkan lonjakan yang tinggi dibandingkan minggu-minggu sebelumnya. Aktivitas titik api di tanggal 20-22 Juli sebanyak 198 peringatan titik api. Meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan jumlah peringatan titik api 19 Juni (Gambar 3), jumlah titik api 20-22 Juli masih tergolong tinggi dan kurang lebih sama dengan beberapa hari di bulan Juni saat tingkat kabut asap meningkat ke arah yang berbahaya.

Bagaimana Cara Mengurangi Risiko Titik Api dan Kabut Asap

Lonjakan jumlah peringatan titik api di Sumatra menunjukkan bahwa krisis titik api dan kabut asap jauh dari selesai, seperti yang ditekankan oleh WRI minggu lalu. Pemerintah di kawasan dapat menggerakkan sumber daya untuk membantu mengidentifikasi lokasi titik api, berkontribusi terhadap usaha pemadaman api, dan menginvestigasi penyebab titik api. Perusahaan dapat melakukan hal yang sama, dan memastikan titik api di wilayah konsesi mereka dapat segera dipadamkan.

Kedepannya, pengawasan yang lebih baik, penegakkan hukum yang lebih kuat, data yang lebih transparan, dan perbaikan tata kelola pemerintahan dapat membantu mengurangi risiko titik api dan kabut asap kedepannya. Dalam pertemuan negara-negara Asia Tenggara baru-baru ini di Kuala Lumpur, pemerintah-pemerintah di kawasan berkomitmen untuk saling berbagi peta konsesi, namun memilih untuk tidak membuka peta-peta tersebut kepada publik. WRI baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan bahwa ini merupakan keputusan yang mengecewakan, dan menekan pemerintah-pemerintah di kawasan untuk membuka batas-batas konsesi perusahaan kepada publik. Transparansi ini dapat meningkatkan koordinasi di antara badan-badan pemerintahan, memberdayakan perusahaan agar mampu mengidentifikasi dan memadamkan titik api dengan lebih cepat di wilayah konsesi mereka, memungkinkan penegakkan kontrak yang lebih kuat di antara produsen komoditas dan konsumennya, dan mendorong pengawasan dan riset independen oleh masyarakat. Dengan menanggapi kebutuhan-kebutuhan fundamental tersebut, Indonesia dan kawasan memiliki peluang yang lebih besar untuk menciptakan masa depan dengan asap yang lebih sedikit.

1 * PELAJARI LEBIH LANJUT: Untuk analisis WRI lainnya mengenai kebakaran hutan di Indonesia, silakan lihat seri blog kita.

Karena satelit melewati garis khatulistiwa dua kali sehari, peringatan ini dapat diberikan dalam waktu yang hampir bersamaan. Peringatan titik api dipublikasikan di website NASA FIRMS dalam waktu 3 jam setelah terdeteksi oleh satelit.

Akurasi deteksi titik api telah meningkat dratis dibandingkan ketika sistem deteksi titik api pertama kali dikembangkan oleh satelit MODIS. Saat ini, tingkat peringatan palsu adalah 1/10 dari sebelumnya 1/1000 dengan sistem lama yang pertama kali dikembangkan pada awal tahun 2000an. Algoritma yang digunakan untuk mendeteksi titik api mencakup langkah-langkah untuk menghilangkan sumber-sumber penyebab peringatan palsu seperti kilauan cahaya matahari, pantulan cahaya di air, lingkungan gurun yang panas, dan lainnya. Ketika sistem tidak memiliki informasi yang cukup untuk mendeteksi titik api secara pasti; peringatan titik api dibatalkan. Secara umum, observasi di malam hari memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan siang hari. Ekosistem gurun memiliki tingkat peringatan palsu tertinggi.

Banyak tulisan yang telah dipublikasikan untuk memvalidasi penggunaan peringatan titik api aktif NASA MODIS dalam berbagai aplikasi. WRI tengah membuat rekomendasi untuk mendeteksi titik api yang disebabkan oleh pembukaan hutan (dijelaskan dalam Morton dan Defries, 2008), mengidentifikasi titik api dengan nilai kecerahan lebih besar atau sama dengan 330 Kelvin dan nilai keyakinan lebih besar atau sama dengan 30% untuk mengindikasikan titik api yang kemungkinan besar berasal dari pembukaan hutan. Titik api dengan tingkat keyakinan rendah merupakan titik api dengan tingkat intensitas yang rendah yang dapat disebabkan oleh aktivitas yang tidak berhubungan dengan pembukaan hutan (pembukaan padang rumbut atau pembakaran rumput), atau dapat berupa titik api lama yang telah kehilangan intensitas (titik api yang berasap ketimbang yang memiliki kobaran api). Penggunaan klasifikasi ini menciptakan standar yang lebih tinggi untuk deteksi titik api ketimbang menerima begitu saja setiap peringatan titik api.

Sumber:

NASA FIRMS FAQ

Morton, D., R. Defries, J. T. Randerson, L. Giglio, W. Schroeder, dan G. van der Werf. 2008. Agricultural intensification increases deforestation fire activity in Amazonia. Global Change Biology 14: 2262-2276


  1. Kami menggunakan Data Titik Api Aktif NASA untuk menentukan kemungkinan lokasi titik api di lapangan. Sistem ini menggunakan satelit NASA MODIS yang memonitor seluruh bumi setiap 1-2 hari. Sensor di satelit mendeteksi tanda panas dari titik api di dalam batasan spektrum infra-merah. Ketika citra satelit diproses, sebuah algoritma mencari tanda-tanda titik api. Ketika titik api terdeteksi, sistem mengindikasikan wilayah seluas 1 km2 tempat titik api ditemukan dengan sebuah “peringatan”. Sistem akan hampir selalu mendeteksi titik api dengan ukuran 1.000 m2, dan dalam kondisi ideal, dapat mendeteksi titik api yang sekecil 50 m2↩︎