Places to Watch: 5 Hutan Berisiko di Bulan Ini
CATATAN EDITOR, 15/12/17: Karena adanya kesalahan teknis dalam alat Pemantauan Hutan Global (Global Forest Watch; GFW), data awal mengenai hilangnya tutupan pohon yang kami publikasikan untuk Brasil, Republik Demokratik Kongo dan Indonesia tidak tepat. Luas kawasan yang mengalami kehilangan tutupan pohon tersebut lebih besar dari yang awalnya dilaporkan di Republik Demokratik Kongo dan Indonesia, dan lebih kecil di Brasil. Kami telah memperbaharui informasi di bawah ini secara akurat dan kami menyesali kesalahan tersebut. Kami juga telah menghilangkan acuan yang salah terhadap konsesi di Papua, Indonesia. Silakan hubungi PlacestoWatch@wri.org jika Anda membutuhkan klarifikasi tambahan.
Hutan tropis, beserta masyarakat dan hewan yang menjadikannya rumah, terus terancam oleh pembangunan. Deforestasi dari berbagai kegiatan seperti pembuatan jalan atau ekspansi perkebunan kelapa sawit sering kali tidak disadari hingga dibukanya satu petak lahan yang cukup besar.
Akan tetapi, ada satelit yang memantau kegiatan ini. Peringatan deforestasi GLAD di GFW diperbaharui setiap minggu dan menunjukkan setiap perubahan hutan di seluruh dunia hingga perubahan terkecil. Inisiatif Places to Watch baru kami secara berkala mengidentifikasi kawasan dengan tingkat deforestasi paling mengkhawatirkan baru-baru ini berdasarkan informasi dari ribuan peringatan di seluruh dunia yang dipadukan dengan citra satelit, memberikan penjelasan yang dapat dipercaya tentang apa yang terjadi di lapangan dan sumber daya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Kami berharap dapat meningkatkan tindakan pencegahan kehilangan hutan yang lebih parah lagi.
Berikut ini adalah beberapa kawasan yang terancam di bulan ini:
Kebakaran Mengancam Wilayah Adat di Brasil
Tahun ini, Brasil mengalami tingkat kebakaran hutan yang sangat buruk – kebakaran melonjak pada bulan September ke tingkat kebakaran tertinggi dalam periode satu bulan sepanjang sejarah. Melihat perkembangannya, tahun 2017 sepertinya akan memecahkan rekor tingkat kebakaran tertinggi dalam satu tahun. Meskipun kekeringan memang meningkatkan risiko kebakaran, hampir semua kebakaran tersebut oleh tindakan manusia, kemungkinan besar dalam kegiatan pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan. Degradasi hutan akibat penebangan kayu memperburuk kebakaran karena hutan yang telah ditebang kehilangan daya tahan alaminya terhadap api.
Kebakaran di Wilayah Adat Kayapó
Kebakaran ini menimbulkan ancaman serius terhadap wilayah adat. Satelit telah mendeteksi hilangnya lebih dari 24.000 hektar (ha) tutupan pohon, hampir dua kali lipat dari luas San Fransisco, sejak bulan Oktober di Wilayah Adat Kayapó di Amazon, Brasil.
Seorang Kayapó memantau hutan rakyat. Foto oleh Cristina Mittermeier
Kesuksesan lahan adat di Amazon, Brasil dalam memperlambat deforestasi telah terbukti dalam sejarah. Sekitar 8.000 penduduk Kayapó tinggal di lahan yang dilindungi hukum seluas lebih dari 11 juta hektar, salah satu dari sedikit petak hutan yang belum tersentuh yang tersisa di tepi Amazon.
Deforestasi yang baru-baru ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh kebakaran di kawasan yang telah terdegradasi akibat penebangan dan kegiatan ekstraktif lainnya. Menurut Barbara Zimmerman dari Dana Pelestarian Internasional Kanada (International Conservation Fund of Canada), “Tekanan terhadap lahan Kayapó terus meningkat setiap hari dan suku Kayapó tidak mendapatkan bantuan apa pun untuk menghadapi tingginya kegiatan ilegal, terutama penebangan kayu dan penambangan emas.” Invasi kegiatan penebangan dan penambangan terus terjadi di pelosok timur dan selatan wilayah ini.
Citra satelit menunjukkan kawasan hutan yang terbakar (warna cokelat dan merah) di wilayah adat Kayapó. Gambar dari Sentinel Hub: 26/9/2017
Meskipun banyak tekanan yang dihadapi, masih ada harapan: Dukungan LSM terhadap Kayapó tampaknya sangat bermanfaat melihat kawasan yang dipantau oleh suku Kayapó dan kelompok lainnya melalui kegiatan patroli tidak terpengaruh oleh kegiatan ilegal.
Kebakaran di Wilayah Xikrin do Rio Cateté
Wilayah adat Xikrin do Rio Cateté, yang berjarak hanya 25 kilometer dari wilayah Kayapó juga mengalami kehilangan tutupan pohon yang tinggi akibat kebakaran. GFW menunjukkan bahwa lebih dari, 10.000, ha lahan telah terbakar dalam beberapa bulan terakhir, kemungkinan karena gangguan pada lahan yang telah terdegradasi sebelumnya. Pada tahun 1990-an, suatu perusahaan penebangan kayu melakukan penebangan berlebihan yang menyebabkan tingkat degradasi yang sangat tinggi di wilayah tersebut dengan memanfaatkan perjanjian dengan suku Xikrin.
Kawasan berwarna cokelat pada citra satelit Sentinel-2 ini menandakan kawasan yang terbakar. Gambar dari Sentinel Hub
Permaslahan Keamanan di Republik Demokratik Kongo Memicu Migrasi dan Pembukaan Lahan Hutan
Lebih dari 500 ha hutan utuh telah dibabat di antara Lolwa dan Komanda, dua kota besar di Republik Demokratik Kongo. Sebagai hutan belantara yang belum terjamah terluas di dunia, hutan utuh adalah ekosistem penting bagi keanekaragaman hayati dan simpanan karbon.
Pertanian petani (petak berwarna cokelat dan hijau muda) meluas di lahan yang sebelumnya adalah hutan utuh (hijau tua). Gambar dari Sentinel Hub
Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Masyarakat Pelestarian Satwa Liar (The Wildlife Conservation Society), lahan hutan di utara RN4, jalan nasional utama, telah dibuka untuk produksi arang dan pertanian, termasuk kopi. Penambang skala kecil beroperasi di kawasan yang terletak di sebelah selatan jalan tersebut. Gerakan pemberontak di kota Beni yang berjarak sekitar 150 kilometer ke arah selatan dari kawasan pembukaan hutan dapat memaksa masyarakat untuk mengungsi ke sebelah utara RN4, sehingga hutan ini akan semakin terganggu. Terletak di dekat Cagar Alam Okapi, hutan ini berperan penting sebagai sumber mata pencaharian dan penopang keanekaragaman hayati.
Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Menghabiskan Hutan Primer di Indonesia
Ekspansi suatu perkebunan kelapa sawit di Provinsi Papua, Indonesia mengakibatkan deforestasi seluas 1.000 ha terhitung sejak bulan Oktober saja, sehingga total luas deforestasi di kawasan perkebunan hampir mencapai 20.000 ha sejak tahun 2014.
Meskipun deforestasi ini dianggap ‘terencana’, jangkauan kehilangan tutupan pohon ini cukup mengkhawatirkan karena dapat mengurangi keanekaragaman hayati dan cadangan karbon yang sangat penting. Sepertiga dari hutan hujan yang masih tersisa di Indonesia berada di Papua. Hilangnya tutupan pohon di provinsi Papua ini terus meningkat dalam lima tahun terakhir hingga lebih dari tiga kali lipat antara tahun 2011 dan 2016.
Pembuatan Jalan Angkutan Kayu Membabat Hutan Utuh di Papua Nugini
Jalan angkutan kayu yang baru dengan panjang sekitar 5 kilometer membelah hutan utuh di Provinsi Britania Baru Timur, Papua Nugini sejak bulan Oktober. Global Witness mengunjungi provinsi ini pada bulan November dan mendokumentasikan ekspansi penebangan kayu yang sangat cepat.
Jalan angkutan kayu yang baru membentang sepanjang Provinsi Britania Baru Timur. Foto oleh Global Witness, November 2017
Papua Nugini memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Dengan luas yang mencakup hanya 1 persen dari luas dunia, 7 persen keanekaragaman hayati dunia dapat ditemukan di sini. Akan tetapi, hutan Papua Nugini semakin terancam dengan kehilangan tutupan pohon yang meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Selama ini, perubahan hutan di Papua Nugini terutama dipicu oleh pertanian subsisten dan penebangan komersial. Pada tahun 2016 saja, Provinsi Britania Baru Timur mengekspor tiga perempat juta meter kubik (m3) kayu bulat. Menurut laporan Global Witness, lebih dari setengah kayu ini berasal dari kegiatan pembukaan lahan hutan yang ditentang oleh pemilik lahan setempat.
Citra satelit menunjukkan jalan angkutan kayu (warna cokelat dan hijau muda) yang menembus hutan utuh di Provinsi Britania Baru Timur. Gambar dari Sentinel Hub, 28 Oktober 2017
Waktunya untuk Beraksi
Bagi kawasan-kawasan ini, pemantauan saja tidak cukup. Tindakan nyata harus dilakukan. Lembaga pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat setempat memiliki kemampuan untuk menghentikan deforestasi sebelum terlambat. Pembaca seperti Anda dapat membantu proses ini dengan cara menarik perhatian publik kepada kawasan-kawasan ini. Kami berharap Anda mau membagikan informasi mengenai tempat-tempat ini, termasuk dalam media sosial menggunakan tagar #PlacesToWatch.
Untuk mengikuti perkembangan lebih lanjut mengenai hutan-hutan di dunia, silakan mendaftar untuk menerima notifikasi Places to Watch dari kami. Anda juga dapat membaca artikel di blog kami untuk informasi lebih lanjut mengenai cara kami memantau dan memilih tempat-tempat yang terancam ini.