Tahun 2020 tidak mudah bagi kita semua. Selain pandemi COVID-19 yang menghantam, berbagai bencana juga masih melanda Indonesia di HUT Kemerdekaan yang ke-75 ini. Jakarta dilanda banjir akibat curah hujan ekstrem di awal tahun 2020. Lebih dari 300 desa di Nusa Tenggara Barat dilaporkan mengalami kekeringan ekstrem pada Juli 2020, dan diperkirakan akan berlanjut hingga bulan Oktober. Masyarakat di Semarang merasakan kenaikan suhu dan peningkatan muka air laut. Bencana-bencana tersebut merupakan contoh nyata dari dampak krisis iklim yang sudah kita rasakan.

Krisis iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, baik di tingkat industri maupun individu, yang terus menerus menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) secara berlebihan, seperti karbon dioksida (CO2). Berbagai sektor turut berkontribusi pada keluarnya emisi ke atmosfer, seperti transportasi, listrik, makanan, pakaian, hingga limbah yang berasal dari aktivitas manusia. Namun sayangnya, satu dari lima penduduk Indonesia belum percaya bahwa krisis iklim disebabkan oleh aktivitas manusia.

Di sisi lain, masih banyak dari kita yang belum menyadari bahwa setiap individu bisa berperan penting dalam menurunkan emisi GRK, apalagi jika dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus. Ketika kita sudah menyadari pentingnya gaya hidup berkelanjutan untuk mengurangi emisi, tantangan lain muncul. Kita terkadang mengalami kesulitan dalam melakukan aksi nyata yang terukur untuk membantu menurunkan emisi dan menjadi #PejuangBumi.

Sekarang, masing-masing dari kita dapat menghitung, mencatat, mengurangi, dan menyerap emisi GRK melalui aplikasi EMISI. Dengan fitur kalkulator emisi di aplikasi ini, kita dapat mengetahui emisi yang kita hasilkan dari mobilitas dan kegiatan transportasi. Aplikasi ini juga dapat memberi saran mengenai jumlah dan jenis pohon yang bisa menyerap emisi yang kita hasilkan tersebut. Di masa mendatang, EMISI juga akan mencakup penghitungan emisi dari konsumsi pangan, listrik, pakaian, hingga limbah.

Mencatat Emisi: Langkah awal mengatasi krisis iklim

Jika kita bisa menghitung emisi yang kita hasilkan, kita bisa memahami berapa banyak emisi yang perlu kita kurangi sebagai individu untuk berkontribusi dalam mengatasi krisis iklim. Kini, mengetahui berapa emisi dari perjalanan kita menjadi lebih mudah dengan EMISI. Kita hanya perlu memasukkan asal dan tujuan perjalanan, moda angkutan yang digunakan, dan jumlah orang yang bepergian bersama-sama. Lalu, EMISI akan menghitung emisi karbon dioksida dan polutan udara yang dihasilkan. Kita juga bisa mengetahui emisi dari perjalanan tersebut untuk kurun waktu tertentu, misalnya satu bulan atau tahun, jika kita memasukkan frekuensi pada setiap data perjalanan.

Mengurangi Emisi: Memahami cara menurunkan emisi individu

Setelah kita belajar dan mengetahui jumlah emisi perjalanan kita, EMISI merekomendasikan cara-cara untuk mengurangi emisi tersebut, yang secara umum terbagi dalam tiga cara:

  1. Pencegahan/Avoid, yaitu mengurangi jarak perjalanan atau mengganti aktivitas yang membutuhkan perjalanan dengan media lainnya seperti virtual meeting atau belanja online;
  2. Peralihan/Shift, yaitu menggunakan angkutan yang berkelanjutan seperti angkutan umum massal seperti bus dan kereta, atau berjalan kaki dan bersepeda; dan
  3. Peningkatan teknologi/Improve, yaitu menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, car sharing, atau menggunakan kendaraan listrik dengan sumber energi terbarukan.

Upaya mengurangi emisi sangat penting didahulukan untuk mengurangi dampak krisis iklim, terutama jika dilakukan dalam skala besar dan sering.

Menyerap Emisi: Penanaman pohon sebagai alternatif penyerapan emisi

Tahukah kamu bahwa pohon mampu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen melalui reaksi fotosintesis? Hal ini menjadikan penanaman pohon sebagai salah satu aksi untuk mengatasi krisis iklim. Penanaman pohon dianggap salah satu solusi yang paling efektif dan termurah untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.

Kemampuan pohon dalam menyerap karbon dioksida sangat bervariasi, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi iklim, karakteristik lanskap, spesies pohon, praktik pengelolaan, dan praktik penanaman pohon. Secara umum, satu batang pohon dewasa mampu menyerap rata-rata 22 kg CO2 per tahun. Tentunya angka ini akan berbeda untuk pohon yang baru ditanam atau masih berbentuk bibit pohon. Selain menyerap karbon dioksida, penanaman pohon yang direncanakan dan dikelola dengan benar dapat membantu memulihkan kembali fungsi hutan dan memberi dampak sosial-ekonomi positif lainnya seperti penghidupan bagi masyarakat sekitar, dan kehidupan kita secara umum.

Bentuk aksi iklim individu untuk menghitung dan menyerap emisi

Selain dapat menghitung jumlah emisi yang dikeluarkan dari aktivitas berkendara, aplikasi EMISI juga memberikan kita informasi terkait kebutuhan jumlah pohon untuk menyerap emisi yang telah kita hasilkan. Setelah mengetahui jumlah pohon yang harus ditanam, EMISI memberikan kemudahan kepada kita untuk menanam pohon melalui organisasi - organisasi yang melakukan penghijauan di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Alam Sehat Lestari (Kalimantan Barat), Forum Konservasi Leuser (Aceh), Mitra Aksi (Jambi) dan Carbon Ethics (DKI Jakarta).

Penanaman pohon yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut memberikan manfaat yang berbeda-beda, mulai dari menambah tutupan berbagai jenis pohon yang bermanfaat bagi masyarakat, merestorasi habitat satwa liar, hingga memberikan fasilitas kesehatan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan hutan. Selain itu, organisasi-organisasi ini juga melestarikan tegakan pohon yang sudah ada bersama masyarakat setempat, yang tentunya menjadi komponen penting untuk memastikan tetap terjaganya keanekaragaman pohon-pohon yang akan terus menyerap emisi yang kita keluarkan dari aktivitas sehari-hari.

Sebagai kesimpulan, aplikasi EMISI mentransformasi aksi iklim individu yang terkesan kecil, menjadi aksi kolektif sehingga dampak yang dihasilkan menjadi lebih signifikan. Melalui fitur yang ditawarkan, EMISI bermaksud membuat aksi perubahan iklim menjadi lebih mudah untuk dilakukan oleh siapa pun, kapan pun, dan dimanapun di Indonesia untuk melawan krisis iklim dan menjadi #PejuangBumi. Kemerdekaan RI yang ke-75 ini menjadi titik mula agar setiap harinya kita semua dapat menjadi #PejuangBumi dengan unduh aplikasi EMISI atau kunjungi website EMISI, masukkan data perjalanan, dan tanam pohon untuk menyerap emisi perjalanan tersebut! Satu langkah yang kita buat adalah awal perjuangan kita untuk menjaga bumi.