Dr. Nirarta "Koni" Samadhi, Direktur WRI Indonesia
Pembangunan Indonesia: Tantangan, Risiko, dan Jalan yang Perlu Ditempuh
Terletak di titik temu antara Samudera Pasifik dan Hindia dalam iklim tropis yang ramah, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam yang melimpah—dari jutaan hektar kanopi hutan hujan yang menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna eksotis, hingga ke hamparan perkebunan komoditas-komoditas kunci yang memenuhi kebutuhan dunia.
Walau memungkinkan Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dengan baik, model bisnis yang bertumpu terlalu besar pada keberadaan sumber daya alam dapat membuat sumber daya alam tersebut terancam berakhir dengan cepat. Keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir telah membawa kemakmuran dan kemajuan bagi penduduknya. Perekonomian Indonesia tercatat pada angka 5,6% pada tahun 2000- 2018, menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem hingga 50%. Akan tetapi, harga yang kita bayarkan untuk pertumbuhan tersebut sangatlah mahal.
Kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan pada 2019 mencapai 73 triliun rupiah, setara dengan 0,5 persen produk domestik bruto Indonesia (data Bank Dunia). Belum lagi 900.000 penduduk yang melaporkan penyakit pernapasan. Tingkat deforestasi, meskipun terus menurun sejak 2016, masih tercatat di angka yang tinggi, turut meningkatkan penyebaran penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia) seperti COVID-19. Penangkapan ikan secara ilegal, tata kelola kelautan yang belum memadai, perubahan iklim, dan sampah di laut mengakibatkan kerugian dan kerusakan di laut Indonesia.
Penduduk Indonesia terus menghadapi bencana yang semakin sering dengan intensitas meningkat setiap tahun. Intensitas curah hujan yang meningkat pada malam pergantian tahun baru 2020 akibat perubahan iklim menyebabkan banjir dan kerugian ekonomi di Jakarta. Sebanyak 75 kota dan kabupaten di Indonesia dilanda kekeringan ekstrem pada 2019 (data BNPB). Emisi gas rumah kaca pun terus naik, menciptakan ancaman bagi perekonomian Indonesia dan kualitas hidup kita. Masih banyak lagi dampak negatif dari pendekatan pembangunan saat ini, dan masyarakat dan keluarga kelas bawah yang paling merasakan dampaknya.
Kita tidak perlu membayar harga mahal bagi pembangunan dan pertumbuhan Indonesia. Saat ini, kita bisa menyejahterakan seluruh masyarakat Indonesia secara adil sembari mempertimbangkan batas-batas kemampuan sumber daya alam di sekitar kita.
World Resources Institute Indonesia (WRI Indonesia) didirikan pada akhir tahun 2014 untuk menjadi bagian dari berbagai usaha dalam menjawab tantangan ini.
WRI Indonesia terdaftar secara hukum di Indonesia sebagai Yayasan Institut Sumber Daya Dunia, yang merupakan lembaga kajian independen yang fokus pada pembangunan sosio-ekonomi nasional dengan cara yang adil dan berkelanjutan. Kebijakan penelitian dan portofolio WRI Indonesia sepenuhnya ditetapkan oleh yayasan ini. Seluruh kegiatan kami selalu dirancang untuk mendukung sepenuhnya visi dan misi pembangunan berkelanjutan Pemerintah Indonesia melalui berbagai penelitian, inovasi teknologi, dan pengembangan kebijakan berbasis data dan informasi faktual. Kami bekerja dengan para pemimpin pemerintahan maupun pelaku usaha untuk mewujudkan gagasan-gagasan besar menjadi aksi nyata yang pada akhirnya dapat menciptakan keseimbangan antara penciptaan kesempatan ekonomi, perlindungan lingkungan, serta pencapaian kesejahteraan manusia.
Misi ini bukan tidak mungkin dicapai, terutama dengan komitmen Indonesia yang telah bergerak ke arah pembangunan yang lebih lestari. Selain target Indonesia dalam Perjanjian Paris untuk menurunkan emisinya sebesar 29-41% pada 2030, Indonesia juga mengembangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang didasarkan pada prinsip pembangunan rendah karbon, yakni pendekatan pembangunan yang mengedepankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pelestarian lingkungan – dapat menciptakan kemakmuran tersebut.
Jika dilaksanakan dengan tepat, pembangunan rendah karbon dapat mengantar Indonesia untuk meraih tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6% per tahun hingga 2045, lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan saat ini (BAPPENAS, 2019). Kita juga dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 43% dan menciptakan 15,3 juta lapangan pekerjaan baru dengan upah yang lebih baik dan lebih lestari, sejalan dengan cita-cita Presiden Joko Widodo.
Terutama sekarang ketika Indonesia dan dunia sedang menghadapi pandemi, inilah saatnya untuk membangun kembali dengan lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa paket pemulihan dan kebijakan ekonomi yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan emisi gas rumah kaca memiliki prospek yang lebih baik untuk meningkatkan pendapatan negara dan berbagai sumber daya, seperti masyarakat yang produktif, modal sosial, infrastruktur, dan sumber daya alam. Pengalaman krisis ekonomi pada masa lalu pun mendukung temuan ini.
Sebagai suatu badan hukum yang independen, WRI Indonesia berada pada posisi yang baik untuk mendukung pemerintah dan pemangku kepentingan lain dalam mencapai target-target pembangunannya yang ambisius. WRI Indonesia, dengan beberapa keahlian serta dengan dukungan dari jaringan global WRI, berkomitmen untuk menyediakan dukungan teknis, analisis kebijakan yang objektif, serta memfasilitasi para pemangku kepentingan di dalam negeri untuk menyelesaikan berbagai tantangan untuk menuju Indonesia yang adil dan berkelanjutan.
Salam hangat,
Dr. Nirarta Samadhi
Direktur WRI Indonesia